.26. Panggung Sandiwara

3.7K 224 5
                                    

Kadang cinta berlabuh pada orang yang salah di waktu yang tepaT






Sonya membuka pintu ruangannya dengan wajah ditekuk. Dokumen yang bertumpuk di atas meja membuatnya menghela nafas. Pekerjaan kemarin belum selesai juga. Dan pasti akan bertambah lagi hari ini. Dia jadi sedikit menyesal mengambil jabatan ini.

Dia meletakkan tas-nya dan mencoba fokus tapi tak bisa. Dia merebahkan diri dengan kepala menengadah. Dia takut menghadapi masa depan. Apa ia sanggup melewati semua ini?

Pintu diketuk pertanda seseorang datang. Alo masuk sambil tersenyum. Akhir-akhir ini dia tampak lebih perhatian. Bukan sebagai pria, tapi sebagai adik. Dan Sonya mencoba untuk menerima semua perhatian itu.

"Bu, ini dokumen peralatan sekolah. Kemarin sudah saya konfirmasi dengan Pak Budi."

"Terima kasih pak."

"Oh ya bu, saya mau ngasih undangan."

"Undangan?"tanya Sonya heran. Ia membaca nama dalam undangan itu dan tersenyum. Akhirnya, perjuangan itu membuahkan hasil.

"Kami juga mengundang Pak Andra dan Bu Giska. Kalau semisal ibu tidak mau datang, saya tidak masalah."Alo mencoba menjelaskan. Sampai sekarang pun, Alo tetap ada di pihak Sonya.

"Tidak apa Al. Selamat ya, akhirnya kamu menikah."

"Makasih bu. Kalau begitu saya permisi."

Ucapan selamat itu hanya sekedar omongan. Sonya tak tulus mengatakannya. Dibanding mengucapkan selamat, Sonya ingin menyuruh Alo tidak usah menikah. Dia takut mereka mengalami hal yang sama seperti dirinya. Pernikahan yang awalnya sangat menyakinkan, tapi ternyata penuh kepalsuan. Andai dulu Sonya tidak jatuh cinta.

Sonya kembali mendapat pesan dari Rey. Pria itu seperti iklan berbayar di handphonenya. Pesan yang tak pernah absen setiap harinya. Untuk sekedar bilang jangan lupa begini dan jangan lupa begitu. Pria itu mungkin sama seperti Andra. Seseorang yang baik, tapi di awal saja.

Tapi dia cukup berguna. Sonya bisa jadi kepala sekolah dengan bantuannya. Tak hanya itu, Rey juga jadi tempat pengaduan Sonya untuk masalah rumah yang sulit dilakukan perempuan. Sonya seperti orang jahat yang memanfaatkan kebaikan orang lain.

Waktu terasa begitu lama. Sonya menghabiskan waktu di kantor dengan rasa jenuh dan bosan. Dia lebih suka mengajari siswa di lapangan. Itu lebih menyenangkan daripada mengecek puluhan dokumen setiap hari. Pukul tiga sore, dia bersiap untuk pulang. Dia berjalan melewati trotoar dan berpapasan dengan beberapa siswa. Di gerbang pintu keluar, dia malah bertemu dengan Via. Ah, perempuan itu liciknya melebihi ular.

"Sesuai dugaanku, kau pulang jam segini."

"Kau mau apa lagi?"

"Aku mau memberitahumu sesuatu."

Sonya tertawa hebat. Via benar-benar parasit berwujud manusia. "Tak usah beritahu. Aku tak ingin mendengarnya."

"Kau tahu kan, aku membenci Giska?"

Sonya geram. Dia menarik tangan Via ke arahnya. Genggaman itu menyakiti perempuan itu. Hingga ia meringis kesakitan. Wajar saja, Sonya memang ahli beladiri dan seorang guru olahraga. Dia punya kekuatan fisik yang berbeda dari perempuan pada umumnya. "Terus kenapa, kenapa kau membantunya waktu itu? Kau kira aku bisa dibodohi dua kali? Kau kerjasama lagi sama dia?"

"Lepasin!"Via membebaskan diri dari cengkraman itu. "Aku memang konyol. Masalah waktu itu cuma demi uang. Kau tahu kan, aku butuh uang."ucapnya menjelaskan. Penjelasan yang tak membuktikan apa-apa. "Dia berniat untuk punya anak. Katanya, ibu mertuamu akan menyukainya jika dia bisa melahirkan anak kandung."

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang