Hanya kamu yang bisa membuat hatiku berapi-api, dan susah padamnyA.
Saat malam tiba, rumah keluarga Aperta masih ramai dengan anggota keluarga. Para perempuan sibuk beres-beres. Sudah jadi hal lumrah itu terjadi disaat pria mengobrol di ruang tamu.
Sonya tampak mencuci piring dan gelas. Dia berusaha tenang untuk tidak memikirkan apa yang terjadi antara dirinya dengan Andra.
"Tante Onya, dipanggil Om Andra."teriak salah satu anak kecil dari balik pintu. Andra tampak menunggu di depan pintu samping. Sonya membersihkan tangannya dan menemui Andra.
"Aku minta maaf soal yang tadi."ucap Andra singkat.
"Aku juga, aku minta maaf udah bikin kamu gak nyaman."
"Sebenarnya, aku juga mau minta izin sama kamu. Aku keburu janji sama Rey, buat ketemu malam ini. Tapi kalau kamu gak ngizinin aku gak bakal pergi."
Seketika Sonya mengingat ucapan Giska. Seorang istri harus bisa mengerti perasaan suami. Ya, walau itu bisa mengesampingkan perasaannya sendiri.
"Kamu pergi aja ga apa-apa."
"Kamu serius?"
"Iya Dra. Maafin aku karena terlalu egois. Aku paham kamu butuh waktu buat ngobrol banyak hal sama Rey."
Andra langsung memeluknya. Erat hingga membuatnya susah bernafas. "Makasih ya Nya."bisiknya lembut. Suara itu membuat hati Sonya lega. Suaminya telah kembali.
"Ah, kamu gak usah nungguin aku ya. Takut pulangnya lama karena kelamaan ngobrol."teriaknya dari jauh. Rey sudah menunggu di depan rumah.
Sonya lega dengan semua yang sudah terjadi. Life must go on! Semua orang pasti kesal jika pertemanannya dibatasi. Persepsi Sonya saja yang salah, ia mengira Andra masih dendam sama Rey. Ternyata malah sebaliknya.
"Argh, apa aku yang terlalu negatif thinking sama Rey."gumamnya sambil berjalan ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya, mencuci piring yang semakin menumpuk."
Panggilan telepon menghentikan aktivitasnya lagi. Banyak sekali gangguan yang tidak berfaedah. Telepon dari Lala.
"Iya La. Ada apa?"
"Ehmm, Kamu lagi dimana?"
"Di rumahlah. Mau dimana lagi?"
"Sebenarnya,"terdengar keraguan dari suaranya. "Sebenarnya, ada yang mau saya tanyain soal adiknya Pak Andra. Apa Pak Andra ada di situ?"
"Mau nanya apa emang?"
"Tentang mantannya pengantin pria."
"Hah?"
"Saya malu nanya langsung ke Pak Andra. Makanya nelfon kamu dulu. Bisa bilangin sama Pak Andra gak?"
"Hmm, Andra barusan pergi, ada urusan. Lagian dia gak dekat sama Zio."
"Oh gitu, ya udah deh. Saya bahas kapan-kapan aja."
"Gitu doang? Saya kira ada apaan."
"Ga apa-apa kok bu."
"By the way, kalian jadi nginep?"
"Jadi dong. Gak keburu pulang hari ini."
"Ya udah, waktunya digunakan aja buat jalan-jalan. Enjoy your time."
"Siap!."
Sonya senyum-senyum sendiri. Apa mungkin mantannya Zio ada hubungan dengan Lala? Zaman sekarang dunia semakin sempit. Kadang kita bisa mengenal orang baru disaat orang itu berteman dengan teman lama kita. Tahu-tahu sudah saling kenal tanpa diketahui. Aneh bin ajaib. Sonya kembali fokus dengan piring-piring itu. Saatnya bekerja, semoga tidak ada lagi gangguan.
***
Hotel Amaris, tempat janjian Andra dan Giska. Andra hanya perlu mengobrol tiga puluh menit dengan Rey. Lagian Rey juga banyak urusan dan harus pulang on time. Kesempatan itu dimanfaatkan Andra dengan baik.
Ia berjalan menuju lantai 7, kamar yang dipesan dengan uang bonus yang didapat dari Pak Jaus. Langkah kakinya dipercepat saat sudah sampai ke lantai itu. Ia sudah tak sabar bertemu Giska. Perempuan itu terlalu menyita perhatiannya selama ini. Kebaya yang ia pakai hari ini mempercantik penampilannya. Rambut yang dicurly dan bibir mungil yang diberi warna orange. Sungguh membuat pikiran Andra kemana-mana.
Ia menekan bel pintu hotel. Tak berapa lama, seseorang membuka pintu. Tersenyum dengan sangat manis dan membuat badan Andra mendekat dan membekapnya.
Badan yang ia kagumi sedari tadi kini jadi miliknya. Utuh tanpa interupsi. Ia mencium bibirnya hangat, memeluknya dan membawa tubuh itu ke atas tempat tidur. Hasrat pria itu mengalir dengan desahan nafas tak beraturan.
Mereka terhanyut dalam dunianya sendiri. Dan untuk pertama kalinya, Giska melakukannya dengan perasaan bersalah. Bolehkah ia begini? Bolehkah ia melakukan hal ini pada orang sebaik Sonya?
"Makasih sayang!"bisik Andra mengakhiri malam yang panas itu. Ia tampak puas setelah melakukannya. Giska tersenyum. Senyuman palsu yang berhasil membuat Andra percaya. Pria itu kemudian tertidur.
Giska tak bisa tidur. Terlebih saat ia memeriksa ponselnya. Ia menerima pesan dari Sonya.
"Selamat tidur Gis. Thanks sudah datang. Doain aku sama Andra baikan ya."
Ia membalikkan badan ke arah Andra. Wajah pria itu memberikan ketenangan. Ia mengusap rambutnya yang penuh dengan keringat. Efek AC tidak begitu terasa setelah perbuatan mereka barusan.
"Tidurlah, Yang."gumamnya seraya memeluk Giska.
"Ehm..."jawab Giska lembut.
Lahir dari keluarga berantakan membuat Giska kuat menghadapi penindasan. Setelah menikah dengan Rivo, ia terjebak masa-masa berat. Orang-orang mengira kalau suaminya itu berakhlak mulia. Rivo tak lebih dari seonggok kotoran yang menyisakan luka di batin dan fisiknya. Kejam dan meninggalkan bekas.
Giska tak punya siapa-siapa selain dirinya sendiri. Kedua orang tuanya bercerai dan lepas tanggung jawab. Setelah Rivo meninggal, Giska malah bersyukur hidup sendirian. Bayang-bayang tentang pernikahan harmonis ternyata tak nyata. Itu hanya imajinasi belaka.
Jika Rivo masih hidup di dunia ini, Giska tak akan pernah lepas dari kasus KDRT. Kasus yang tak akan ia publish selamanya. Ia tak ingin dibenci oleh orang-orang di sekitarnya.
Manusia di zaman ini terlalu sulit untuk dimengerti. Mereka bisa membuat gosip jadi fakta. Mereka bisa memberi standar bahwa suatu status begitu hina. Ya, status janda yang disematkan pada diri Giska sudah cukup kejam menghancurkan hatinya. Mereka ketakutan jika suaminya direbut.
"Tidak, aku tidak begitu!"batinnya menyangkal semua itu.
Penyangkalan yang malah membenarkan. Dia tak bisa tidur sampai pagi. Bahkan saat Andra beranjak pergi, mencium keningnya, ia masih terjaga. Pikirannya campur aduk dengan cinta, persahabatan dan penyesalan. Beginilah rasanya jadi benalu di hidup sendiri. Air matanya jatuh membasahi kasur. Bukan tangisan yang dramatis karena perasaannya kosong. Tak bergairah dan tak menentu.
~&&&~
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Jari Yang Lain
RomancePondasi yang kokoh tak menjamin rumah luput dari badai dan bencana. Ini adalah pernikahan yang harmonis dari dua insan yang dianggap tidak biasa. Pria tampan yang rela menikahi perempuan tomboy dan berpenampilan seperti pria. Hal tersebut membuat wa...