Ketika kehilangan seseorang, kau mengharapkannya untuk kembali. Nyatanya, yang kembali bukan orang yang sama dengan yang pergI.
Alo Elbin Aljaba. Pria dengan paras tampan yang menganggap dirinya penuh pesona. Sudah lama ia tidak menghirup aroma sekolah yang menyengat. Alo sudah lama menantikan hari ini, hari dimana ia bisa pamer di media sosial bahwa ia adalah seorang PNS.
Dendamnya pada Kesuma akan terbalaskan. Kesuma yang sudah menikah dua tahun yang lalu dengan pria lain. Kesuma malah menerima perjodohan yang dirancang orang tuanya. Dia kelihatan bahagia dengan bayinya yang baru lahir. Alasan perempuan itu meninggalkannya adalah pekerjaan. Kalau dipikir-pikir, siapa juga yang mau nikah dengan pengangguran seperti Alo dua tahun yang lalu.
Alo menyalurkan dendamnya dengan prestasi. Ia menjadi satu-satunya guru matematika baru yang diterima di SMPN 1 Jayawijaya. Tes itu ia ikuti dengan persiapan yang matang. Motto hidupnya saat ini adalah menjadi guru sombong bagi para siswa.
"Pak Alo, nanti perkenalan setelah guru-guru kumpul di ruang guru ya? Perkenalannya seperti biasa saja."jelas Budi sambil berjalan ke kantor kepala sekolah.
"Silahkan melapor ke kepala sekolah dulu ya pak."
"Sip. Thanks Pak Budi!"
Alo mengetuk pintu ruangan sebelum masuk. Ia melihat pria paruh baya dengan kumis memenuhi wajah. Pria itu tak mengusik kepercayaan dirinya. Ia harus tetap pada tujuannya, menjadi guru sombong dan berkharisma.
"Selamat pagi Pak!"
"Pagi, Alo Elbin Aljaba-"
"Benar sekali pak."
"Guru matematika."
Alo tersenyum dan mengangguk. Bangga? Tentu saja. Siapa yang tidak bangga mendapat pekerjaan mulia itu? Kesuma akan menyesal telah meninggalkannya.
"Bentar lagi bel berbunyi. Kita langsung siap-siap saja. Pak Alo sudah persiapkan pidato kan?"
"Hahah, tentu saja Pak Jaus.."
Pak Jaus merapikan beberapa dokumen milik Alo. Dan disaat yang sama, Alo sibuk update Insta Story dengan status-status pamer. Kapan lagi bisa menjajakan diri di Instagram? Harapannya Kesuma melihat dan memberinya selamat. Sampai bel berbunyi dan Pak Jaus mengajak Alo ke ruang guru, Kesuma tak terlihat batang hidungnya. Mungkin dia sibuk mengurus anak dan suaminya. Sungguh menyebalkan.
Mereka berdua sudah ditunggu para guru di ruangan itu. Pak Jaus dengan segala kewibawaannya menapaki lantai ruangan. Ia mengajak Alo untuk mempercepat langkah.
Alo tak ganggu dengan banyaknya tatapan mata. Ia paham tujuan utamanya. Jadilah guru matematika sombong dan berkharisma. Kalau tampan kan sudah punya.
Ia menelusuri wajah demi wajah. Hendak mengatakan kalimat pembuka. Mulutnya tersumbat melihat wajah yang tak asing. Wajah yang dulu pernah ia temui. Hingga waktu berjalan sekitar lima menit. Masih saja hening.
"Pak Alo, Pak Alo, Pak Alo!"
"Hah?"
"Silahkan perkenalan. Jangan grogi pak!"ucap Pak Jaus berusaha menyadarkan.
Kesadarannya akhirnya kembali. Ia menarik nafas panjang. Mencoba melupakan apa yang ia lihat barusan. Ia tersenyum penuh percaya diri.
"Perkenalkan, nama saya Alo Elbin Albaja. Panggil saja Alo. Saya guru matematika yang baru ditempatkan disini. Kesan pertama saya masuk area sekolah ini sangat menarik dan sepertinya akan menyenangkan. Sekolah yang menarik dan bau khasnya yang bikin saya rindu masa sekolah dulu. Dan untuk guru-guru disini, saya mohon bantuannya ke depan. Terima kasih."
"Baik, terima kasih Pak Alo."ucap Jaus mengambil alih. "Semoga Pak Alo bisa membantu guru-guru disini dalam mencerdaskan kehidupan bangsa."
Perkenalan singkat itu berakhir. Alo diserbu guru-guru muda yang beberapa tahun lalu baru ditempatkan juga. Berbagi kisah tentang tes masuk PNS dan tentang sekolah ini.
"Gimana Bu Giska? Ganteng kan?"tanya Rinni pada Giska yang tampak sibuk dengan tugas siswa kelas 11.
"Lumayan bu."
"Ah, ibu gak seru. Kalau Bu Lala punya saingan kan jadi seru. Lihat tuh Bu Lala, malah nempel kayak lem kertas."
"Biarin aja bu. Kesenangan Bu Lala jangan diganggu."
"Hmm, saya juga jadi males. Mending makan siang aja."
Sonya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rinni. Wanita yang umurnya sudah banyak tapi masih tetap suka melihat drama anak muda.
Bagaimana bisa jatuh cinta itu mudah? Untuk mencintai Andra saja, Sonya butuh bertahun-tahun. Semuanya juga karena kegigihan Andra. Jika tidak, hati Sonya belum tentu luluh. Andra satu-satunya pria yang membuatnya jatuh cinta. Seumur hidupnya, baru kali itu. Jatuh cinta pertama pada pria yang sudah jadi suaminya.
Beruntung.
Kata itu menggambarkan hidup Sonya. Terkadang Sonya takut pada keadaan. Sonya takut tidak bisa memberikan satu hal pada Andra. Satu hal yang selama ini mereka nantikan dengan susah payah. Seandainya Tuhan memberinya dengan cuma-cuma. Nyatanya tak segampang itu. Sepertinya ia harus berdarah-darah dulu untuk mendapatkannya.
"Tuhan, jangan ubah cintanya jika aku tak bisa memberinya hal itu. Berikan kami jalan keluar yang tak akan mengubah rasa cinta itu."
Saat guru di kantor guru sudah mulai berkurang, Sonya beranjak dari tempat duduknya hendak ke toilet. Guru baru yang tadi digandrungi itu tampak berdiri di depan pintu sambil memantau suasana sekolah.
Sonya berjalan tanpa memperdulikannya. Ia menuju toilet yang tak jauh dari kantor guru. Setelah selesai, ia berencana untuk bergabung dengan Giska untuk makan siang di kantor. Beberapa orang memilih untuk membawa bekal makan siang. Sama seperti Sonya.
Tatapan guru baru itu membuat Sonya tidak nyaman. Dari tadi, ia melihat Sonya dengan seksama. Jangan sampai pria itu punya maksud lain. Sonya itu sudah berkeluarga.
"Kenapa lihat-lihat? Gak sopan banget."
"Ma-Maaf."
"Lain kali jangan gitu ya. Bikin risih!"
Ia langsung melengos masuk ke ruang guru. Membiarkan Alo kebingungan sendiri. Alo kepikiran akan banyak hal. Bukan lagi tentang Kesuma, mantan nya itu. Tapi juga tentang kisah di masa lalu yang kini memenuhi ingatannya.
Seharusnya masa lalu sudah berlalu. Namun, banyak yang bersandar untuk tetap dibayang-bayangi oleh masa itu. Berkali-kali Alo harus merasakannya. Dendamnya belum tuntas dengan Kesuma, kini ada lagi yang datang tanpa permisi.
"Alo, sadarlah Alo! Sadar!"gumamnya.
Gerombolan siswi lewat dari depannya. Melirik ke arahnya dengan cekikikan. Mereka tampak membicarakan sesuatu.
"Guru baru itu ya? Ganteng!"
"Iya kan? Aku tadi bilang apa? Emang ganteng kok."
"Semoga saja tahun depan diajarin sama dia."
Percakapan yang membuat darah murni Alo mengalir lebih cepat. Ia tersenyum bangga. Saatnya menjadi tampan, sombong dan berkharisma. Seperti tujuan awalnya.
~&&&~
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Jari Yang Lain
RomancePondasi yang kokoh tak menjamin rumah luput dari badai dan bencana. Ini adalah pernikahan yang harmonis dari dua insan yang dianggap tidak biasa. Pria tampan yang rela menikahi perempuan tomboy dan berpenampilan seperti pria. Hal tersebut membuat wa...