Cinta adalah hasil dari pertemuan yang kebetulan. Tapi seseorang bilang, tak ada yang kebetulan di dunia ini.
Tenda biru menghiasi pekarangan rumah. Rumah keluarga Aperta yang cukup terpandang di Kota Batam sedang mengadakan acara. Acara pernikahan hari ini didukung oleh artis ibukota yang disewa untuk memeriahkan acara. Gendang dan alat musik lainnya menghiasi panggung.
Zio Jevanino Aperta, pria berusia 27 tahun itu akhirnya menikah. Zio punya hubungan yang tidak baik dengan Andra. Ya, semacam sindrom persaudaraan yang sulit dijelaskan. Walau begitu, keduanya diam-diam saling memperhatikan.
"Aku bingung loh Gis, kok bisa-bisanya dia ikut."komentar Lala sambil make up-an di toilet. Wajahnya sudah buluk karena perjalanan berjam-jam ke Batam. Keringat bercampur aduk dengan debu udara.
"Jangan bingung, biasa aja."balas Giska sambil merapikan rambutnya di depan cermin.
"Pokoknya saya heran. Guru lain aja gak banyak yang ikut. Dan dia juga gak dekat-dekat banget sama Pak Andra atau Bu Sonya. Apa mungkin dia ikut karena saya ikut?"
"Hmmm, bisa jadi sih."Giska asal ngomong. Toh, jawaban seperti itu yang diinginkan Lala.
"Tuh kan, pasti karena aku ikut. Padahal aku sudah tegas mengatakan dia bukan tipeku. Ternyata dia masih berusaha."
"Jangan kepedean La!"
"Ih, bukan kepedean Gis. Emang bener kok."
"Hahaha, aku duluan ya. Mau ketemu Sonya dulu."
"Eh tapi,-"
"Kamu lama La. Nanti nyusul aja ya."Giska keluar dari sana. Lala mengecek pukul berapa sekarang. Benar kata Giska, sudah tiga puluh menit mereka disana dan Lala tak kunjung kelar makeup-an. Ia sibuk memikirkan Alo. Dengan mudahnya Alo bilang akan ikut ke pernikahan Zio. Ya, dia melakukannya tanpa berpikir lama-lama. Aneh bukan?
Dua puluh menit setelah kepergian Giska, Lala akhirnya selesai makeup-an. Transformasi wanita yang memancarkan kecantikan luar biasa. Dia merasa dirinya lebih baik daripada pengantin wanita disana.
Tanpa diduga, ia berpapasan dengan Alo. Alo malah terdiam tanpa melihat ke arah Lala yang tebar pesona. Ia seperti memperhatikan sesuatu di ujung sana, tapi Lala tidak tahu siapa.
"Ehmm!!"Lala mencoba membuat suara untuk memberi tanda kehadirannya. Dan ya, Alo menoleh sesaat, kemudian mengacuhkannya.
"Pak Alo ngapain disini?"
"Gak ngapa-ngapain."
"Hmm, ya sudah."ucap Lala cuek. Ia berjalan hati-hati karena mengenakan sepatu high heels. Jangan sampai jatuh karena itu akan memalukan.
"Bu Lala!"panggil Alo kemudian. Panggilan yang membuat perempuan itu tersenyum dan menoleh setelah mengubah raut wajahnya kembali normal. Dia tidak mau terlihat senang. Hey, Alo yang butuh dia dan bukan sebaliknya.
"Saya boleh minta tolong tidak?"
"Apa dulu pak?"
"Hmm, saya malu bilangnya."
"Apaan sih, ya udah kalau gak mau bilang. Lagian bukan style bapak minta tolong sama saya."
"Tunggu dulu bu. Saya mau minta tolong, tapi bisa dirahasiakan?"
"Dirahasiakan dari siapa?"
"Dari semua guru di sekolah."
"Ya sudah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Jari Yang Lain
RomancePondasi yang kokoh tak menjamin rumah luput dari badai dan bencana. Ini adalah pernikahan yang harmonis dari dua insan yang dianggap tidak biasa. Pria tampan yang rela menikahi perempuan tomboy dan berpenampilan seperti pria. Hal tersebut membuat wa...