.30. Hanya Satu Ingatan

3.2K 211 12
                                    

Setiap hal mengingatkanku tentang kamu. Tapi aku hanyalah satu ingatan dari sekian banyak ingatan yang tersisA.




Pria itu menikmati secangkir kopi panas di sebuah tempat yang sepi pelanggan. Hujan deras berhasil menghentikan perjalannya pulang. Sudah hampir dua puluh menit, tapi hujan tak kunjung reda. Ia menyibukkan diri dengan melihat foto di handphonenya. Foto Gavin saat memanggilnya papa. Ia rindu sekali. Rasanya ingin bertemu dengan anak itu.

"Argh, kenapa aku harus selingkuh?"

Akhir-akhir ini, pertanyaan itu selalu muncul di kepalanya. Pertanyaan yang terlambat datang. Giska mengirimkannya pesan, tapi ia tak membalasnya. Sepulang sekolah tadi, ia ke sekolah Gavin. Sekedar ingin melihat dari jauh, meski cuma sebentar.

Dalam kegaduhan suara hujan, satu keluarga datang untuk berteduh. Seorang ayah dan anak. Si ayah mencarikan sesuatu untuk anaknya karena udara semakin dingin.

"Permisi pak, boleh minta tolong?"

"Ah, ada apa pak?"

"Saya boleh nitip anak saya? Saya mau jemput istri saya dari gedung seberang. Payung saya cuma ada satu."

"Oh, i-iya pak."ucap Andra mengiyakan. Anak perempuan itu kini duduk bersamanya. Kemungkinan umurnya sama dengan Gavin. Andra tersenyum kepada anak itu.

"Om, aku mau cerita."ucap anak itu dengan ketegasannya. Anak kecil yang bicara dengan lugas tanpa terbata-bata. Dia punya public speaking yang bagus.

"Boleh, om bakal dengerin."

"Kemarin ayah marahin ibu. Aku kesal banget. Tapi aku senang, sekarang ayah jemput ibu ke gedung itu."

"Om senang dengarnya. Kamu belajar yang rajin ya, biar ayah gak marahin ibu lagi."

"Semua itu salah ayah, Om. Ibu udah capek kerja, tapi ayah malah marah-marah."

Orang itu kembali dengan seorang wanita disampingnya. Mereka tak terlihat seperti punya masalah. Ya, berbeda dengan ucapan anak perempuan tadi. Bahkan mereka tampak romantis dengan usapan pria itu di rambut basah perempuan itu.

"Pak, terima kasih sudah menjaganya."ucapnya pada Andra.

"Sama-sama pak."jawab Andra singkat.

Andra kembali bernostalgia dengan banyaknya memori yang tersimpan di kepalanya. Dulu ia sangat mencintai Sonya. Tapi kenapa sekarang ia berlabuh pada wanita lain? Hatinya seakan tertinggal di rumah itu. Rumah Sonya yang kini berubah drastis dibanding dulu saat bersamanya.

Setelah hujan reda, ia bergegas pergi. Ia sampai di rumah dengan pemandangan yang mengerikan. Giska dihajar habis-habisan oleh wanita yang dikenal Andra dengan baik. Andra jadi pihak ketiga diantara mereka.

"Bu Alma, kenapa begitu sama dia?"ucap Andra marah. Dia menghalangi badan Giska agar tidak mendapat pukulan lagi. Wanita itu berhasil membuat wajah Giska lebam dengan pukulan dan jambakan.

"Kau masih membela dia? Dia memang perempuan gila. Dia mendekati suamiku. Dia kira suamiku akan sama seperti kamu? Hanya orang bodoh yang terhasut wanita bejat seperti dia."ucap wanita itu marah. Dia adalah istri dari Jaus.

"Ibu tahu darimana? Ibu hanya memfitnah orang yang tidak bersalah."

"Matamu tidak bersalah! Perempuan bejat seperti dia pantas diperlakukan seperti itu. Ingat ya, jangan sekali-kali kau dekati suamiku lagi. Dan jangan ajak dia ngobrol di sekolah."ucapnya tegas. Lalu dia pergi meninggalkan Giska dengan wajah porak-poranda.

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang