.22. Menahan Amarah

3.9K 210 10
                                    

Diawali dengan janji suci, tapi bisa berakhir dengan caci makI.





Tepat pukul 1 malam, Andra melipir dari kamarnya untuk berkunjung ke rumah Giska. Lagi dan lagi. Anugrah baginya karena rumah Giska sangat dekat dan bisa dijangkau kapan saja. Terlebih dulu ia memastikan kalau Sonya sudah tertidur pulas. Lalu ia pergi.

"Aku lagi gak mood!"ucapan Giska yang membuat Andra kecewa. Andra bukan tipe pria brengsek yang memaksa keinginannya. Dia bisa mengerti bahwa setiap manusia punya keadaan yang berbeda-beda. Tak sopan jika egois terutama masalah nafsu.

"Kenapa Gis? Kamu ada masalah?"tanya Andra sambil duduk diatas ranjang. Ia menggenggam erat tangan Giska. Perempuan itu tersenyum sesaat.

"Aku ada masalah sama guru di sekolah Dra. Aku bingung banget, kenapa beberapa orang menjauhi aku? Padahal aku gak merasa berbuat salah."

Giska tak hanya dijauhi Lala, beberapa guru lain tampak sensitif berada di dekat perempuan itu. Tak ada jawaban mengapa hal itu terjadi. Giska juga jadi canggung mengobrol dengan Rinni. Rinni tampak lebih cuek dari biasanya. Kalau hal itu, Giska bisa mengerti. Persoalan hidup Rinni semakin hari semakin berat. Terutama masalah suaminya yang sudah berhenti berlayar. Hanya Rinni yang menghasilkan uang sedang suaminya tidur seharian.

"Perasaan kamu aja kali."

"Enggak. Aku yakin, ada yang gak beres."

"Apanya yang gak beres?"

"Kamu gak bakal ngerti Dra. Hanya perempuan yang bisa mengerti hal ini."

"Giska, jangan sekali-kali meragukan kemampuan pria."

"Ini sama saja dengan membicarakan skincare dan model rambut. Laki-laki gak akan mengerti."

"Ya udah, aku jadi cewek aja. Biar bisa ngertiin kamu."

Giska tertawa."Gak gitu Dra."

Nafsu yang mendominasi perasaan Andra tak bisa dibendung lagi. Ia langsung mencium perempuan itu dengan ambisi. Ciuman yang membuat Giska ikut terhanyut. Moodnya langsung berubah, dan keinginan itu tak bisa ditahan lagi.

Dalam waktu yang sesaat, tubuh mereka tak lagi dibalut sepotong pakaianpun. Mereka saling memeluk dan melepaskan hasrat masing-masing. Saat-saat yang diinginkan oleh Andra. Dia yakin perempuan itu juga menginginkannya.

"Aku balik ya."ucap Andra sambil memakai bajunya. Giska tak bisa terlelap lagi. Ia hanya berbaring sambil menantikan kepergian Andra.

"Iya,-"

"Katanya kamu butuh teman perempuan kan?"

Giska mengangguk.

"Kenapa gak baikan sama Sonya?"

"Hah, gila ya kamu!"

"Gak gila. Lagian dulu kalian temenan kan? Dia juga gak pernah nganggep kamu musuh."

"Aku yang anggap dia musuh, Dra."

"Kenapa? Apa Sonya pernah bikin kamu sakit hati?"

"Bukan. Aku hanya,-"balas Giska sedih. Ia menghela nafas panjang. "Hanya iri padanya. Dia bisa memilikimu."

Andra langsung mendekat ke arahnya, mencium keningnya dan memeluknya. "Kamu jangan khawatir ya, aku selalu ada buat kamu."ucapnya mengakhiri. Ia buru-buru keluar dari kamar itu. Takut waktunya habis. Sudah pukul tiga lewat. Akan mengkhawatirkan jika Sonya bangun.

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang