Siapa sebenarnya kamu saat aku tak melihatmu?
Hari ulang tahun Andra, tepat sehari setelah hari guru. Perayaan sederhana direncanakan oleh dia dan Sonya. Orang yang diundang cuma guru-guru SMP N 1 JayaWijaya. Namanya saja syukuran kecil-kecilan.
Sonya sengaja menyuruh Ibeth datang ke rumah. Ya, semua makanan di acara itu dimasak oleh Ibeth. Dibantu juga sama Giska. Kalau Sonya yang mengerjakannya, semua tidak akan selesai tepat pada waktunya.
"Jadi ada guru ganteng di sekolah ya kak?"tanya Ibeth pada Giska sambil mengatur piring dan gelas yang akan dipakai.
"Ganteng tapi aneh, Beth. Aku jamin kamu gak demen."seru Sonya ikut campur.
"Bukan cuma itu aja dek, dia juga udah punya gebetan di sekolah."ledek Giska sambil tertawa. Mendengarnya, Sonya jadi ikut tertawa. Seketika ia ingat kelakuan Lala selama ini. Sangat terlihat jelas kalau ia suka sama Alo. Nyatanya, Alo gak peka terhadap hal itu. Ia lebih peka menggerebek siswa yang merokok, mencontek dan bolos sekolah. Atau mungkin Alo sudah mati rasa semenjak putus dari Kesuma?
Walaupun acaranya sederhana, banyak hal yang perlu dipersiapkan. Giska banyak membantu dan Sonya sangat menghargai itu. Saat perempuan itu ke kamar mandi hendak membersihkan tangan dan kakinya, ia malah disergap oleh Andra. Dipeluk dan diciumnya berkali-kali. Giska tak bisa menolak untuk sesaat hingga ia sadar bahwa ini bukan saat yang tepat.
"Jangan sekarang!"tolaknya sambil mendesah.
"Kapan?"
"Nanti malam."
"Ingat janjimu. Aku gak mau kamu menghindar lagi."ucap Andra sebelum pergi meninggalkannya. Sudah dua mingguan mereka tak bertemu. Dan entah kenapa, Giska selalu menolak. Bahkan saat pukul satu kemarin malam, Andra menggedor pintu belakang rumahnya, ia tak memberikan pria itu masuk.
Dengan segera, ia membersihkan wajahnya dengan air. Berusaha berpikir jernih dan tidak memikirkan hal tadi. Ia rindu, sangat rindu. Setelah dicium berkali-kali, rindunya semakin tak terbendung.
Setelah beberapa lama orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Sesuai perkataan Lala kemarin, ia beneran datang bersama Alo. Sayangnya, wajah Lala tak terlihat senang. Ia malah manyun seakan menahan rasa kesal. Again and again, Alo seperti benda mati yang tak peka pada perasaan wanita.
"Keinginan sudah terwujud, kenapa bete gitu Bu Lala?"bisik Rinni agar tak terdengar oleh yang lain. Ada Pak Budi, guru senior yang sangat disegani.
"Dia tega banget bu, masa saya disuruh jalan kaki dulu sampai gang rumah depan. Saya bete, tapi dia malah buru-buruin saya biar gak telat."
"Lalu, ibu masih suka?"
"SIAPA YANG SUKA?"teriaknya tak bisa menahan diri. Ucapan itu bisa didengar semua orang.
"Kenapa Bu Lala?"tanya Pak Budi mempertanyakan.
"Ahahhaa, gak apa-apa pak. Saya sedang membicarakan film terbaru."Lala mencari alasan.
Dan tentu saja, Alo hanya diam sambil mendengar obrolan. Mungkin benar, dia sudah mati rasa.
Standar perayaan ulang tahun itu tak terlalu rumit. Cuma makan kue, make a wish, lalu makan bersama sambil mengobrol. Doa-doa dipanjatkan mulai dari cepat punya anak, langgeng dalam rumah tangga hingga secepatnya naik jabatan. Target Andra dalam waktu dekat ini adalah ingin jadi wakil kepala sekolah. Dan kalau bisa suatu saat nanti jadi kepala sekolah.
"Namanya siapa kak?"tanya Ibeth pada Giska disampingnya. Ibeth memperhatikan Alo dengan seksama.
"Alo. Kenapa Beth? Demen?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Jari Yang Lain
RomancePondasi yang kokoh tak menjamin rumah luput dari badai dan bencana. Ini adalah pernikahan yang harmonis dari dua insan yang dianggap tidak biasa. Pria tampan yang rela menikahi perempuan tomboy dan berpenampilan seperti pria. Hal tersebut membuat wa...