.29. Mengesampingkan Perasaan

3.6K 194 7
                                    

Cara membalikkan keadaan adalah dengan membiarkan semesta menunjukkan karmanyA.




Bersama tak berarti seirama. Sama seperti Sonya dan Andra yang kini berada di mobil yang sama. Sejenak mengingatkan mereka tentang memori di masa lalu. Perjalanan ini akan terasa sangat panjang. Tak ada keputusan yang mudah, termasuk kembali pada pria yang memberi luka terlalu dalam. Sonya memilih tidur selama perjalanan berlangsung. Bahkan dia duduk di kursi belakang. Seakan dia sedang memesan taksi.

Andra juga bertingkah sama. Dia memilih diam. Sonya sibuk menatap layar handphonenya. Hingga sebuah video masuk ke Whatsappnya. Video yang membuat Sonya mengesampingkan perasaannya.

Andra menghentikan kendaraan di salah satu rest area. Dia berniat makan dan minum kopi. Manusia biasa pasti butuh istirahat untuk mengembalikan tenaganya. Ia terlihat ragu untuk mengajak Sonya keluar. Tapi cewek itu malah bicara lebih awal.

"Hmm, ini mau makan ya?"

"Iya."

"Ya udah, sekalian aku mau bicara sesuatu."ucap Sonya sambil bergegas keluar dari mobil. Andra menyusulnya dengan tatapan heran. Ya, ekspresi Sonya berubah drastis. Ia tampak ceria dan bersemangat.

Mereka memilih makan di salah satu restoran yang menyediakan makanan khas Indonesia. Lidah Sonya memang tidak cocok dengan makanan western atau makan cepat saji lainnya. Makanan itu membuatnya cepat lapar lagi.

"Kau pasti penasaran, kenapa aku terlihat senang."ucap Sonya seakan tiada permusuhan diantara mereka.

"Ya, itu benar."

"Ibeth bilang Gavin sudah mendingan. Dan dia rindu padamu. Aku merasa bangga bisa membawamu kesana."

Perkataan itu berhasil membuat Andra senang. Entahlah, kesenangan ini terasa seperti kembali ke masa mudanya. Dan sudah cukup lama ia tak berbincang sedekat ini dengan Sonya.

"Kau serius berkata seperti ini?"tanya Andra penuh selidik.

"Aku melakukan ini untuk Gavin. Dan satu lagi, bolehkah aku minta tolong?"

"Minta tolong apa?"

Mereka sampai di rumah sakit saat hari semakin malam. Mereka langsung ke lantai tiga untuk menemui Gavin. Disana ada orang tua Sonya dan Ibeth. Andra merasa tertekan saat sampai disana. Mereka memberi Andra tatapan tidak suka. Ya, tingkah mereka sangat wajar. Tapi Sonya tampak tidak peduli.

Sonya menarik tangan Andra saat Gavin bangun dari tidurnya. Andra yang kaget berusaha menetralkan wajahnya.

"Papa?"ucap Gavin seakan tidak menyangka kedatangan Andra.

"Vin, kamu kangen papa ya? Maafkan papa yang jarang menemui kamu."ucap Andra seraya memeluk anak itu. Itulah permintaan Sonya pada Andra. Bertingkah bahwa mereka baik-baik saja di depan Gavin. Hati yang senang adalah obat yang manjur. Semoga dengan hati Gavin yang bahagia, ia bisa sembuh dengan segera.

Sonya meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan. Ia bertemu orang tuanya dan Ibeth di kursi tunggu depan kamar. Sonya menyuruh mereka untuk pergi. Biarlah ini jadi tanggung jawab Sonya.

"Kakak serius?"tanya Ibeth lagi.

"Iya Beth. Pulang lah sama bapak ibu. Gavin juga udah gapapa kan? Kalian jangan sampai kurang tidur."

Akhirnya Ibeth menyerah. Walau luarnya bahagia, Sonya terlihat sangat berbeda. Ya, kebahagiaan itu seperti kepalsuan yang terlihat jelas dimata Ibeth. Dia gak bisa berbuat apa-apa. Bertanya terlalu banyak hanya akan membebani Sonya.

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang