.31. Masih Bersamanya

3.4K 193 8
                                    

Perbuatanku memang jahat. Maafkan, karena perlu waktu lama untukku berdamai dengan rasa kecewA




Setelah berbulan-bulan mengikuti program kehamilan, Giska memutuskan untuk menemui dokter bersama dengan Andra. Dia akan berusaha keras untuk mendapatkan anak. Anak kandung lebih berharga daripada anak adopsi. Sonya akan kalah telak setelah ini.

Dia bergegas pulang saat bel berbunyi. Dia gak peduli dengan semua guru di sekolah, dia punya standar kebahagiaannya sendiri. Dia akan bertemu Andra di rumah sakit. Dan akan ada masa depan cerah untuk mereka berdua.

Saat dia sampai di rumah sakit, dia mengambil antrian. Dia mengirim pesan pada Andra, tapi tak ada jawaban. Hingga akhirnya, sepuluh menit setelah jadwal janjiannya, pria itu mengirimkan pesan.

Andra : Sayang, maaf ya. Aku tiba-tiba ada urusan mendadak. Kita jadwalin minggu depan aja ya.

Giska langsung menghubungi nomor Andra. Tapi nomornya berada di luar jangkauan. Giska ingin marah, tapi dia menahan semua amarah itu.

"Atas nama Ibu Giskalia Juanita!"ucap suster yang mengurus antrian. Giska masuk kesana dengan penuh keraguan. Hatinya sangat cemas. Kenapa Andra membatalkan janji di waktu yang mepet seperti ini?

Giska melakukan pemeriksaan. Dokter mengatakan semua baik-baik saja. Tapi perlu kehadiran pria untuk memastikan semuanya. Kehadiran anak tak bisa dilakukan satu orang saja, harus ada kerjasama antara dua pihak.

Dia menyelesaikan konsultasi tanpa jawaban yang pasti. Dia sedih dan bergegas pulang ke rumah.

***

Taman bermain anak di kawasan lapangan Gelora Jaya tampak ramai. Para orang tua menyempatkan diri untuk membawa anak-anaknya kesana. Sekedar menghabiskan waktu dan memberikan kebahagiaan untuk anak-anaknya.

"Dia lagi main sama Gavin."ucap Sonya di telepon.

"Baguslah. Giska sudah pulang ke rumah."

"Aku terlalu takut Rey."

"Tidak apa, ada aku yang akan selalu memberikan bantuan."

"Aku merasa gak kuat berhadapan dengannya. Tapi dia masih bisa tersenyum padaku."

"Aku pikir, kau mulai berhasil."

"Ya. Itu semua berkatmu."

"Sudah ya. Hati-hati saat pulang."

Sonya memasukkan handphonenya ke dalam tas. Dia tersenyum lagi melihat Andra dan Gavin main bersama. Dia tak tahu apakah rencana ini efektif atau tidak. Dia hanya menunda keberhasilan Giska. Bisa saja suatu hari mereka pergi ke rumah sakit dan berhasil melakukan program kehamilan. Hanya Tuhan yang tahu.

"Makasih ya."ucap Sonya. "Kamu senang kan?"tanyanya pada Gavin.

"Iya ma! Lain kali pergi lagi ya pa."

"Iya."ucap Andra lembut.

Gavin langsung masuk ke dalam rumah. Sedang Sonya dan Andra tetap di teras rumah. Mungkin kalau ada yang melihat mereka berdua, orang-orang akan berpikir kalau ada harapan untuk keluarga ini. Tidak. Tidak ada lagi harapan.

"Kamu gak pulang?"tanya Sonya setelah diam beberapa saat.

"Oh iya, aku pulang ya."

"Iya. hati-hati di jalan."ucapnya singkat. Lalu ia langsung masuk sambil menutup pintu. Tak baik melihat wajah jahat itu terus menerus. Sonya takut terlihat lemah di depan Andra. Dia harus terlihat bahagia. Tapi kenyataannya, Andra tahu kalau Sonya tak bahagia. Selama bertahun-tahun berumah tangga, Andra tahu betul bagaimana ekspresi Sonya ketika benar-benar bahagia. Kali ini dia tampak menahan segala sesuatu di dalam hatinya.

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang