.28. Kedatangan Yang Disesali

4.1K 216 13
                                    

Ibarat bunga, sedap dipakai layu dibuanG.




AKAN SELALU ADA hari yang buruk dalam hidup seseorang. Karena hidup tak semulus jalan tol. Itulah yang dirasakan Giska hari ini. Dia sampai di SMA 1 dengan tatapan menghakimi dari semua orang. Dan dia malah tersenyum menghadapi mereka semua. Tak peduli dengan mereka, Giska bahagia dengan hidupnya saat ini.

"Percaya dirinya tinggi ya, bisa datang kesini tanpa rasa malu."

"Cuma perempuan jahat yang menyakiti perempuan lain."

"Sekolah ini akan hancur reputasinya karena perempuan itu."

"Guru yang tak tak bisa jadi panutan."

They have their own opinion. Giska gak peduli. Dia hanya menjalani tugasnya sebagai guru. Tadinya dia takut dan trauma, tapi semuanya kembali baik saat Andra setuju untuk mereka punya anak. Impian yang dinantikan Giska satu tahun belakangan.

"Permisi bu, ini dokumen dari ibu kepala sekolah. Mohon ditandatangani. Nanti saya yang kasih ke ibu itu."ucap perempuan berseragam SMK itu. Dia sepertinya sedang magang.

"Oh iya. Makasih ya."

"Sama-sama bu."

Setelah perempuan itu pergi, Giska merasa lega. Setidaknya dia gak harus ke ruangan itu. Dia gak ingin bertatap muka dengan Sonya.

Tidak ada yang mengira suatu masalah akan terjadi. Orang tua siswa yang didominasi ibu-ibu mendatangi sekolah. Mereka gak suka kalau Giska kembali mengajari anak-anaknya. Giska bukan guru yang layak disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Dia hanya seorang cerminan buruk bagi siswanya.

"Tolong ya, buat ibu dan bapak. Saya tahu kalian kecewa pada keputusan ini. Tapi ini bukan keputusan sekolah kita. Ini semua perintah dari dinas."ucap Pak Budi saat bicara di depan ibu-ibu itu.

Mereka masih tetap tidak terima. Di desa memang kerap terjadi demo kecil-kecilan. Efeknya cukup terasa bagi semua pihak. Soalnya ya, aib seperti ini bisa abadi dalam waktu yang panjang.

"Pokoknya, saya mohon kerjasamanya bu."ucap Pak Budi mengakhiri. Hingga akhirnya mereka bubar setelah mengeluarkan semua unek-uneknya.

Giska gak nyangka semua ini akan terjadi padanya. Malu, tentu saja. Tapi ia coba sabar. Ia mengerjakan tugasnya dengan baik walaupun banyak yang menggunjingnya. Bahkan para pelajar melihatnya dengan tatapan sinis. Walaupun mereka masih teenager, mereka paham betul arti selingkuh. Sosial media yang merajalela di kalangan masyarakat membuat manusia mudah mendapat informasi.

"Libur weekend ini aku mau pulang ya Gis. Mau ketemu mama."ucap Andra tiba-tiba. Dia terlihat menonton berita di televisi.

"Kamu udah baikan sama tante?"

"Sebenarnya gak sekalipun seorang ibu melupakan anaknya. Waktu itu mama cuma kecewa. Dan sekarang, dia nyuruh aku ke rumah."

"Apa aku boleh ikut?"

"Gak bisa Gis. Lain kali aja ya?"ucap Andra seraya memohon. Dia gak mungkin membawa Giska disaat mamanya dengan tegas bilang jangan datang dengannya.

"Ya, udah."

"Makasih sayang. Aku pergi cuma sampai hari minggu kok."

"Iya, ga apa-apa. Ngomong-ngomong ada acara apa sampai kamu harus datang?"

"Istrinya Zio melahirkan. Dan lagi, kata mama dia kangen sama aku."

Masih ada jari yang lain. Kata yang dulu membuat Giska yakin kalau masih ada kesempatan untuknya. Dan itu benar. Tapi kesempatan yang datang tak selalu mencapai hasil yang sempurna. Hanya orang-orang kuat yang menjalani hidup seperti dia. Dan mungkin itu cara semesta memberikan keadilan. Giska berhak bahagia setelah menderita dengan suami pertamanya.

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang