.34. Pasir Dalam Genggaman

3.6K 204 6
                                    

Jika waktu bisa membuatmu jatuh cinta, waktu juga bisa membuatmu membenci cintA




Cinta itu butuh bukti bukan janji. Alasan Andra nekat pergi dari rumah itu adalah untuk mendapatkan Sonya kembali. Sudah hampir satu bulan dia minggat dari rumah itu. Dia dan Giska sempat mengalami perdebatan panjang, tapi Andra tetap pada keputusannya. Untuk apa dilanjutkan lagi jika sudah tak berguna? Apalagi, Sonya tampak memberi harapan padanya. Jadi tidak masalah jika kehilangan Giska. 

Dengan percaya diri, dia menemui Sonya dengan tampilan memukau. Dengan sengaja dia menyuruh perempuan itu untuk menitip Gavin pada orang lain. Dan ya, Sonya melakukan apa yang dia suruh. 

Mereka sampai di sebuah restoran yang butuh waktu sekitar dua jam dari desa. Andra tak menyangka, Sonya datang dengan tampilan yang berbeda dibanding biasanya. Dia cantik sekali. Dia mengenakan gaun berwarna merah maroon dan itu sangat cocok untuknya.

"Jadi ada apa Dra? Tumben ngajak makan berdua?"tanyanya sambil menyendok makanan penutup ke dalam mulutnya. Aneka buah-buahan dan puding. "Sesuai permintaanmu, aku sengaja berdandan."ucapnya sambil tersenyum.

"Aku sudah membuktikan niat baikku."ucapnya antusias. "Aku sudah lama pisah dari dia. Aku ingin kita kembali seperti dulu."lanjutnya kemudian. 

Sonya langsung tertawa. Tawa yang keras hingga membuat tamu lain melirik ke arahnya. Saat menyadarinya, dia mengatur posisi dan berhenti tertawa. Senyum sekilas pada Andra. "Kau bodoh Dra!"ucapnya lagi dengan penuh kemarahan.

"Hah? Kau kenapa?"tanya Andra heran. 

"Aku tidak apa-apa."jawabnya singkat. Dia seperti dipenuhi beberapa kepribadian di waktu yang tak jauh berbeda. Andra bertanya-tanya di dalam hati.

Kemudian, Sonya mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah amplop cokelat yang dia letakkan di atas meja.  Andra melihatnya dengan dahi mengkerut. Ini tak ada dalam rencananya.

"Apa ini?"

"Surat gugatan cerai!"balasnya tegas. Andra cemas dan membeku. Jantungnya berdebar tak beraturan. Dahinya mengkerut penuh tanya. Dan berharap tanya itu diberikan jawaban. Ekspektasinya terlalu tinggi. Dia kira pengorbanannya selama ini bekerja. Dia kira dosa-dosanya bisa diampuni hanya dengan kata maaf. Ternyata yang terjadi malah sebaliknya. 

"Kamu gila? Aku sudah melakukan semuanya buat kamu Nya. Aku rela pisah dari Giska juga demi kamu."

"Kembali saja jika kau mau."

"Kau kira semudah itu?"

"Tentu mudah buatmu. Di masa lalu, aku juga melakukan semuanya untukmu."

"Kau masih dendam padaku?"

Pertanyaan yang membuat Sonya ikut bertanya. Benarkah ini untuk balas dendam? Rasanya tidak. Surat cerai yang dia berikan menjadi bukti kalau dia sudah bisa melepaskan Andra sepenuhnya. Dia gak mau lagi terikat dengan hubungan yang buruk. Argh, mengingat semua kejadian itu, dia semakin membenci Andra. Tidaklah mungkin dia bisa kembali. Setiap kali melihat pria itu, bayang-bayang kepahitan memenuhi kepalanya. Bahkan setiap malam dia tak bisa tidur hanya karena ingatan buruk tentang cinta sejati yang sebenarnya palsu. 

"Gak bisa Nya. Aku masih mencintaimu!"

"Aku juga."

"Lalu kenapa?"

"Tapi benciku lebih besar dari cinta itu."

"Jangan biarkan perasaan mempermainkanmu."ucap Andra dengan penuh harap. "Pasti semua bisa diperbaiki. Aku menyesal dan semua bisa kembali, Nya."

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang