.40. Hilang Tapi Ada

4.8K 260 13
                                    

Raga bisa saja menghilang, tapi memori akan selalu menetaP





Sonya berbincang dengan bagian dinas pendidikan untuk mengurus kepindahannya. Dia merasa beruntung bisa menduduki jabatan itu meski bukan dengan alasan yang profesional. Dia merasa lepas dan bebas saat menyelesaikan semuanya. Dan sesuai harapan, Alo akan menggantikannya jadi kepala sekolah. 

"Sudah selesai bu?"tanya Alo yang tiba-tiba muncul dengan dua cup minuman panas. Dia memberikan salah satunya kepada Sonya. 

"Sudah. Aku merasa bebas sekarang. Apalagi, aku bisa mengajar olahraga lagi."balas Sonya sambil meneguk minuman itu. 

"Ah, soal perceraian bagaimana?"

"Entahlah Al, aku juga gak tahu. Dia benar-benar keras kepala. Sampai sekarang, dia belum tanda tangani surat gugatan cerai itu. Padahal, dia yang paling diuntungkan kalau kami cerai secara baik-baik."ucap Sonya menjelaskan. Dia masih gak nyangka, Andra sebodoh itu untuk tetap pada pendiriannya. Pria itu tak lagi menggunakan logika dalam tindakannya.

Tiba-tiba saja, dering panggilan telepon terdengar. Alo mencarinya di tas besar yang dia bawa. Dia menerima panggilan dari seseorang. Cukup lama mereka berbincang.

"Aku gak tahu ini berita baik atau buruk buatmu. Tapi, Giska benar-benar pergi sekarang."

"Kau tahu darimana?"tanya Sonya tak percaya. Dia terlihat syok. Apa yang membuat perempuan itu pergi secepat ini. Bahkan, dia lebih dulu pergi dibanding Sonya. Rencana kepergian tanpa ucapan perpisahan di depan para koleganya.

"Semua guru di sekolah sudah tahu, Nya. Apa dia mengatakan sesuatu padamu?"

Argh, Sonya jadi ingat pertemuan terakhir mereka. Ketika kata maaf keluar dari mulut wanita itu. Kata maaf yang membuat Sonya melayangkan tamparan di pipinya. Sonya menarik nafas panjang. Dia masih tidak paham dengan jalan pikiran dua orang itu. Andra yang dengan bodoh tak mau bercerai. Dan Giska yang pergi tanpa peduli jika tak bisa bekerja lagi.

"Aku rasa, Andra melakukan sesuatu sama dia. Makanya dia nekat kabur."ucap Alo memberi tanggapan. Tanggapan yang membuat Sonya tidak lega sedikitpun. Dia jadi kepikiran dengan hidup wanita itu. Dia tahu kalau Giska tak lagi punya keluarga. Argh, kenapa dia masih punya hati untuk memikirkan wanita itu?

Saat Sonya sampai di rumah, seseorang malah sudah menunggu di depan rumah. Pria yang kini tampak lebih gila dari biasanya. Sonya keluar dari mobil dengan wajah datar.

"Ahh, tumben kesini. Mau tanda tangan surat cerai ya?"tanya Sonya pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.

"Kamu senang sekarang? Gara-gara kamu, Giska pergi dari rumah."ucapnya dengan emosi yang meluap-luap. Dia masih saja bodoh dan tidak paham situasi yang sebenarnya. 

"Sebaiknya tanya sendiri sama dia, kenapa dia pergi. Kenapa jadi nanyain aku sih."balas Sonya ketus hendak membuka pintu rumah. Tapi Andra menahannya dengan kepalan tangan yang kuat. Bahkan membuat Sonya meringis kesakitan. Alo langsung datang hendak menyelamatkan. Tapi Sonya bukan perempuan lemah yang pasrah menerima semua perlakuan kasar itu. Dia menarik tangannya dan membalas Andra dengan tendangan di kaki. Enak saja, Andra harusnya belum lupa kalau Sonya pernah belajar bela diri.

"Pak, tolong selesaikan masalah ini dengan kepala dingin."ucap Alo menengahi. Dia gak mau mereka jadi tontonan para tetangga. Tetangga zaman sekarang banyak yang meresahkan. Mereka bisa memutarbalikkan fakta melebihi seorang pengacara handal.

"Segera tanda tangani surat cerai itu. Kalau tidak, kau juga yang rugi!"ucap Sonya tegas. "Dan lagi, wanita itu juga akan kena imbasnya."lanjutnya sambil tersenyum. Seketika dia berhenti sebelum masuk rumah."Bahkan dia masih berniat minta maaf, beda banget sama kamu. Kamu masih gak sadar tentang kesalahanmu. "ucapnya mengakhiri.

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang