Menurutmu, apakah semesta diperuntukkan untuk dua hati bertemu? Beberapa hal terlalu aneh jika disebut sebagai sebuah kebetulaN.
Pagi adalah saat paling hectic di rumah keluarga Aptera. Sebagai keluarga guru, Andra dan Sonya harus bersiap pagi-pagi sekali agar tidak telat masuk sekolah. Sonya harus masak sarapan yang tidak bisa lepas dari nasi. Budaya Indonesia yang satu itu memang tidak bisa dihilangkan. Kalau belum makan nasi namanya bukan makan.
Sonya selalu menyiapkan lauk di kulkas. Jadi, paginya cuma perlu memanaskannya saja. Simple dan gak butuh waktu lama. Ikan goreng dengan taburan sambal dan nasi panas disajikan di meja makan. Itu akan menjadi menu sarapan hari ini.
Setelah semua beres, ia ke kamar untuk ganti baju. Saat itu, Andra terlihat bercermin. Memastikan penampilannya sudah baik dan rapi. Guru itu cerminan bagi murid-muridnya.
"Nya, entar jangan lupa titip ke ketua kelas 10D ya."
"Hmm,,,"
"Kamu kelas sampai jam berapa?"
"Jam 12 udah kelar, Dra."
"Kalau gitu, nanti kita makan siang bareng ya."
"Iya."
Andra segera ke meja makan untuk sarapan. Hari ini dia sengaja izin tidak masuk ke kelas 10D karena ada urusan ke dinas pendidikan. Sebagai kaki tangan kepala sekolah dia sering ditunjuk untuk menangani sebagian urusan kepala sekolah.
"Masakan kamu enak banget."
"Biasanya enggak enak ya?"
"Enak juga. Pokoknya selalu enak."goda Andra tersenyum lebar.
"Haha. Oh ya Dra, katanya sekolah mau bikin koperasi gitu. Terus guru-guru diajak buat gabung. Emang sih, tujuannya bagus. Soalnya bisa ngabantu guru yang lagi butuh uang tanpa bunga yang gede."
"Ah iya, aku dengar kemarin diomongin Pak Mandus."
"Iya. Aku sih gak masalah Dra."
"Iya, itu bagus kok kalau yang mengelolanya benar. Tinggal gimana guru-guru bisa komitmen. Kan gak benar kalau ada yang mundur di tengah jalan."
Begitulah kebiasaan Andra dan Sonya dalam mengawali hari. Sibuk membicarakan sekolah dan apa yang terjadi kemarin. Dan itu cukup menarik untuk diperbincangkan.
Sarapan pagi tak berlangsung lama karena waktu terus memburu. Dengan segera, Andra mengenakan sepatu yang sudah dipersiapkan oleh Sonya. Ia pamit dan berangkat naik mobil. Tak lupa ia mencium kening Sonya sebelum pergi. Romantisme yang bagi Sonya sangat luar biasa.
"Bu Sonya, selamat pagi."
"Selamat pagi Bu Giska."
"Mau berangkat sekolah kan? Ayo bareng aja."
Giskalia Juanita, guru bahasa Indonesia yang merupakan tetangga Sonya. Rumah mereka tepat bersebelahan. Giska belum lama pindah rumah setelah cerai mati dengan suaminya. Sonya sering mendengar ibu-ibu di tukang sayur membicarakan Giska. Giska itu perempuan mandiri yang sangat ramah dan baik. Ia sengaja pindah rumah dengan niat melupakan kenangan bersama suaminya.
"Tumben jalan kaki bu?"tanya Giska sambil terus menatap ke depan. Buku ditangan kirinya mengayun ke depan dan ke belakang.
"Iya bu, suami lagi ada urusan ke kantor bupati."
"Oh pantes."
"Iya bu, sebenarnya kan sekolah gak jauh-jauh amat."
"Iya, iya.."
"Oh ya bu, rumah yang sekarang punya ibu sendiri?"
"Iya bu. Itu punya mendiang suami saya. Tadinya mau dikontrakkan. Soalnya kan dekat banget sama sekolah. Tapi gak jadi, soalnya rumah saya yang lama udah diambil ibu mertua."
"Maaf ya bu, saya malah bikin ibu makin sedih."
"Ga apa-apa Bu Sonya. Saya paham kalau ibu-ibu disini penasaran sama saya. Tapi setidaknya gak ada yang ngatain saya di komplek ini."
"Ngatain?"
"Iya bu. Dulu saya sering dipanggil janda baru sama ibu-ibu komplek. Emangnya jadi janda sehina itu?"
"Saya malah salut sama ibu. Ibu bisa hidup mandiri tanpa suami. Seharusnya ibu bangga. Mereka yang ngatain ibu itu karena gak mampu. Mereka cuma bersandar sama penghasilan suami."Sonya ikutan kesal mendengar penuturan Giska.
Status janda bukan hal yang pantas untuk dibicarakan. Tak ada manusia yang senang menjanda. Sangat tidak manusiawi jika hal itu dianggap hina.
"Makasih ya bu, saya senang ada yang mengerti perasaan saya."
"Pokoknya kalau ada apa-apa, bilang sama saya aja bu. Kita kan tetangga, jadi bisa saling berbagi banyak hal."tawar Sonya dengan penuh kelembutan.
Giska tersenyum menyanggupi. Tak terasa gedung sekolah sudah di depan mata. SMP N 1 Jayawijaya. Terlihat jelas pelajar berseragam putih biru berlalu lalang. Hiruk pikuk di pagi hari yang menyenangkan.
Bagi Sonya, Giska itu sosok yang menyenangkan. Dan menurut desas-desus, dia sangat disukai para pelajar. Ya, dia bukan guru yang kasar dan suka memberi tugas. Sangat berbeda dengan Sonya. Sonya selalu menekankan peraturan di atas segalanya. Kalau telat, push up sepuluh kali. Kalau bermain-main ketika disuruh, lari keliling lapangan lima kali. Banyak jenis hukuman yang bisa ia berikan. Andai para pelajar itu tahu kalau Sonya sudah berubah banyak dibandingkan dulu. Dulu ia jauh lebih kejam kepada anak didiknya.
Rambut cepak dengan postur tubuh seperti pria bisa membuat siswanya takut. Sekarang penampilannya sudah banyak berubah. Rambut sudah dibentuk bob dan badan sudah semakin kurus. Tak lagi seperti postur badan pria. Walaupun begitu, gaya jalannya masih saja tomboy. Itu salah satu hal yang sulit diubah oleh Sonya.
"Ibu-ibu, ada apa ini?"tanya Giska spontan saat melihat beberapa orang berkerumun.
"Eh, Bu Giska dan Bu Sonya. Ada berita baru."ucap Rinni antusias. Tampak guru-guru sibuk mengobrol. Masih terlalu pagi membicarakan gosip terbaru.
"Apa sih bu? Heboh banget masih pagi."keluh Sonya.
"Ada guru baru."
"Eh serius?"
"Serius dong. Guru ganteng yang baru diangkat jadi PNS. Bu Lala lagi heboh banget, sudah niat dia mau nge gaet."
"Bu Rinni, jangan gitu ah. Malu dilihat anak-anak."ledek Giska sambil tertawa.
"Bu Giska juga bisa loh. Siapa tahu cocok kan."
"Bu, gak boleh gitu. Bu Giska belum lama kehilangan suaminya udah ngomong gitu."protes Sonya kesal. Bukankah tidak benar membicarakan hal itu pada orang yang baru kehilangan seperti Bu Giska?
"Iya bu, saya juga cuma bercanda. Gak usah serius gitu dong."
"Iya, ga apa-apa kok Bu Sonya."
Semua sibuk membicarakan guru baru yang akan masuk ke SMP N 1 Jayawijaya. Kecuali Sonya. Dia sibuk chatting dengan Andra. Bilang kalau dia udah kangen banget. Satu-satunya sumber kebahagiaan Sonya adalah Andra. Itulah makanya dia mengerti perasaan Giska. Pasti perempuan itu belum bisa lupa dengan orang yang dicintainya. Sonya tidak terpikirkan jika diberi keadaan seperti di posisi Giska saat ini.
~&&&~
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Jari Yang Lain
RomancePondasi yang kokoh tak menjamin rumah luput dari badai dan bencana. Ini adalah pernikahan yang harmonis dari dua insan yang dianggap tidak biasa. Pria tampan yang rela menikahi perempuan tomboy dan berpenampilan seperti pria. Hal tersebut membuat wa...