.43. Yang Tak Terlihat

6.7K 320 17
                                    

Apa yang tampak di luar belum tentu sama dengan yang ada di dalaM





Warung sederhana itu menyediakan aneka gorengan untuk dijual. Tempat yang selalu ramai dengan pelanggan setia. Selalu saja ada pembahasan. Walau desa ini tampak tenang sekalipun, pasti ada topik baru yang menarik untuk dibahas. 

"Parah sih, mereka nikah gitu aja. Gak malu apa ya?"ucap seseorang dengan emosi meluap-luap. Tipe manusia yang berapi-api ketika bicara.

"Orang seperti mereka memang sudah tidak punya malu. Tapi aku yakin, suatu saat mereka akan dapat akibatnya."

"Katanya, dia pernah minta maaf sama Bu Sonya. Ternyata maaf itu cuma dimulut."

"Omongan perempuan seperti dia mana bisa dipercaya. Dibanding itu, kita harus hati-hati sama dia, bu."

"Jaga suami masing-masing. Biar gak hilang."

"Saya lebih milih suami saya mati daripada diambil sama pelakor."jawab salah satunya sambil tertawa. Mereka bisa saja tertawa karena belum pernah merasakannya. Mereka yang berhadapan langsung dengan kejadian pahit itu hanya bisa menahan emosi yang menumpuk di dalam dada. Bahkan jika waktu melunturkan kenangan itu, amarah masih selalu ada.

Kabar tentang pernikahan ini sampai ke telinga Sonya. Dia masih sering bertukar kabar dengan rekan kerjanya di SMP N 1 JayaWijaya. Setelah Sonya pergi, Giska pindah lagi ke sekolahnya yang dulu. Ya, dia dan Andra mengajar di sekolah yang sama. Semua ini mirip seperti masa lalu Sonya. Masa lalu yang benar-benar buruk jika diingat kembali.

"Lupakan soal dia. Kalian baik-baik saja kan?"tanya Sonya via telepon. Ia bicara dengan Alo yang tampak sibuk melakukan sesuatu.

"Baik. Kamu gimana disana?"

"Baik dong. Gavin bentar lagi udah mau lulus SD. Doakan ya, biar dia gak nakal kayak aku yang dulu."

"Gak apa-apa dong nakal. Yang penting tahu batasan."balas Alo sambil tertawa. Meski semua tampak baik-baik saja, Alo mengetahui beberapa informasi dari orang-orang disekitarnya. Tentang Andra dan Giska yang kerap adu mulut dan itu terdengar sampai ke telinga tetangganya. Mereka juga selalu jadi bahan gosip masyarakat. Anehnya, keuangan mereka tampak memukau sejak pernikahan itu terjadi. Bahkan, akhir-akhir ini beredar kabar bahwa mereka membeli tanah di beberapa lokasi untuk dijadikan investasi. 

Alo tidak mau memberitahu Sonya tentang semua itu. Dia tidak mau perempuan itu berpikiran untuk balas dendam lagi. Apapun itu, yang terutama saat ini adalah bahagia. Jangan biarkan sakit itu terus melukaimu. Jika dia bisa jadi luka, kenapa tak bisa jadi bahagia?

"Sini aku mau ngomong!"ucap Lala hendak mengambil alih. Dia sudah berhasil membuat putrinya tidur. Alo tampak ragu tapi Lala langsung mengambil handphone itu.

"Ini aku, Nya. Kau tahu, manusia bejat itu makin menjadi-jadi. Mereka gak ada malu-malunya."ucap Lala ceplas-ceplos. Alo kesal sekali, dia sudah berusaha menjaga bicara, tapi istrinya itu malah mengumbar begitu saja. Tidakkah ia berpikir untuk menjaga perasaan Sonya?

"Kamu itu, biarin aja La. Emang aku siapa?"

"Kamu udah gak peduli lagi? Baguslah. Orang kayak gitu emang gak pantas dipikirin."

Sonya malah tertawa. "Emang apa yang menjadi-jadi?"

Dengan emosi yang meluap-luap, Lala menceritakan semuanya. Andra dan Giska yang semakin menunjukkan eksistensi diri. Harta melimpah dan tentu saja romantisme yang sering dipamerkan di muka umum. Mereka selalu jadi perbincangan dengan dua sisi yang bertolak belakang. Tentang aib yang pernah mereka buat dan tentang kekayaan yang semakin berlimpah ruah. Semua itu cukup membuat semua orang iri dan dengki. 

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang