.12. Cemburu

2.8K 143 1
                                    

Terkadang manusia hanya berdiam di satu tempat dan terlukA.




Hari ini sekolah tampak seperti surga. Tak ada siswa yang tertekan karena tugas menumpuk. Today, hari guru dilaksanakan. Hari paling santai bagi siswa dan guru. Saatnya bersenang-senang.

Kue-kue diletakkan di meja panjang yang dipindah ke tengah lapangan. Siswa akan melakukan acara menyuapi guru. Momen ini biasanya dilakukan siswa-siswa penting di sekolah. Siswa boleh memberi guru hadiah tapi bukan dengan paksaan. Menteri pendidikan sudah lama melarang pemaksaan terhadap hadiah di hari guru.

Pak Jaus menyampaikan pidato perayaan hari guru yang dikirim oleh menteri pendidikan. Kegiatan yang membosankan bagi para siswa. Setelah itu, siswa melakukan lomba-lomba yang menarik. Mulai dari lomba memasak, menyanyi, menari hingga stand up comedy.

"Selamat hari guru sayang."bisik Andra ditelinga Sonya.

"Selamat hari guru juga sayang."balas Sonya sambil merangkul tangan pria itu. Romantisme yang tidak hanya membuat para guru iri tapi juga para pelajar.

Setelah semua acara inti berakhir, tibalah waktunya acara hiburan. Andra bergabung dengan guru laki-laki yang sibuk gitaran di ujung sebelah kanan. Sedangkan guru perempuan sibuk ngemil di kursi depan sambil menonton pertunjukan spesial dari para siswa.

Sonya duduk agak terpisah dari guru lainnya. Ia senang mendengar suara siswa laki-laki yang dengan percaya diri berteriak menyanyikan lagu Slank. Semua orang tertawa dan sangat terhibur.

"Sendirian saja bu."tanya Alo sambil duduk dua kursi dari kursi Sonya.

"Saya kadang suka sendiri kalau mau fokus."

"Saya sengaja kesini mau nanya."ucapnya tegas. "Tentang Bu Lala, kenapa dia akhir-akhir ini aneh."

Sonya terkekeh. Aneh yang dimaksud Alo itu apakah keanehan yang dilihat semua guru di sekolah ini? Tingkah Lala yang bertolak belakang dengan ucapannya? Ya, perempuan yang dengan gamblangnya menyatakan permusuhan pada Alo tapi diam-diam malah selalu membicarakannya.

"Aneh gimana pak?"tanya Sonya mancing mania. In this moment, dia bisa mengorek perasaan Alo. Sadar atau tidak, ada seorang pengagum rahasia yang tipenya tsundere ala-ala.

"Dia bilang sama saya, apa saya cantik hari ini? Saya balas aja, engga. Kamu jelek banget."

Sonya tertawa terbahak-bahak. Kenapa juga Alo malah menjawab seperti itu?

"Sebenarnya saya jawab begitu bukan karena dia jelek banget, saya cuma gak habis pikir. Apa dia kira saya Ivan Gunawan? Saya bukan ahli di bidang penampilan wanita."

"Astaga Pak Alo, masih jam segini tapi udah bisa bikin saya hampir muntah karena tertawa."

"Saya bingung kenapa ibu malah tertawa."

"Itu lucu banget pak."

"Jadi kenapa dia begitu?"tanya Alo serius.

"Ehm, gimana ya bilangnya.."gumam Sonya bingung. Dia tidak berhak menyimpulkan perasaan Lala. Jangan sampai dia menimbulkan sesuatu yang buruk. Alangkah lebih baik jika Alo menyadarinya sendiri.

"Saya sendiri masih gak paham. Mungkin kamu bisa tanya langsung sama Bu Lala."

"Gak mungkin. Setelah saya bilang dia jelek, dia marah dan tidak mau mengobrol."

"Yeah, bapak terlalu tidak sopan."

"Kami sudah kenal cukup lama. Saya rasa, tak perlu terlalu menjaga perasaan."

"Ya, mungkin. Tergantung orangnya."

"Oh ya bu, apa tidak pernah cemburu dengan Pak Andra?"

"Kok tiba-tiba nanya gitu?"

"Saya hanya penasaran. Apa hanya saya yang suka cemburu dengan hidup mantan saya. Sejujurnya, sampai sekarang saya masih suka cemburu. Ya, meski harapan pun sudah tidak ada."

"Mantan yang pernah kamu ceritakan dulu?"

"Iya bu. Kesuma namanya."

"Ohhh, entahlah pak. Suamiku tak pernah terlihat dekat dengan siapapun. Dan aku percaya padanya. Dia mengajarkanku arti rasa percaya."

Tatapan Sonya tertuju pada Andra. Disaat yang sama, pria itu mengisyaratkan Sonya untuk datang. Tangannya menyuruh perempuan itu menyusulnya kesana.

"Saya kesana dulu ya pak."ucap Sonya bergegas.

Alo memperhatikan dari jauh. Perhatiannya teralihkan dengan hadirnya perempuan itu. Lala.

"Gak berniat minta maaf?"ucapnya tegas.

"Untuk apa?"

"Sudah bilang saya jelek!"

"Maaf, saya memang tidak sopan."

"Padahal saya sudah bantu bapak di Batam waktu itu. Tapi saya malah diginiin."

"Lalu maunya bagaimana bu?"

"Mau kabulkan permintaan saya?"

"Ya sudah, dengan terpaksa."

Walaupun kesal, Lala tetap berniat mengungkapkan permintaannya. "Bapak ikut ke rumah Pak Andra besok. Beliau ulang tahun."

"Saya tidak diundang, buat apa datang."

"Ini, ini undangannya."

"Apa masih zaman merayakan ulang tahun? Hal yang berulang-ulang dirayakan akan membosankan."

"Ini bukan acara besar pak. Ini cuma bakar-bakar ikan sambil nyanyi. Pak Budi, Pak Jaus sama Pak Tono datang kok."

"Ya sudah."

"Tapi bapak jemput saya ya."

"Hah?"

"Di dalam ada alamat rumah saya. Saya tunggu besok."

Alo ingin mengeluh. Tapi mengeluh kepada siapa? Perempuan itu sangat menyusahkannya. Ia memeriksa alamat yang ditulis di kertas kecil di dalam undangan. Tak jauh memang, tapi membuat Alo harus keliling kompleks.

Ia mengarahkan pandangan ke tempat Sonya dan Andra. Mereka tampak sedang menikmati lawakan dari guru-guru disana.

Pertemuan yang terlambat bukan berarti sia-sia. Alo bersyukur berada di tempat itu. Setelah tujuannya sudah bukan Kesuma, ia jadi lebih lega. Menjadi guru ternyata menyenangkan. Masa pengangguran yang cukup lama ia lewatkan memberikan efek jera. Jera berada di masa itu, tapi tetap menghargai masa itu.

DM Instagram mengalihkan perhatiannya. Dengan seksama ia buka, hatinya dag-dig dug. Pesan dari Kesuma Ananda.

at.kesumanada : Lain kali kita ketemu kalau kamu pulang. Goodluck in your life Al. 



~&&&~

~&&&~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang