.18. Pengkhianatan

5.9K 205 5
                                    

Ada kalanya pikiran positif membawamu ke arah yang negatiF. 




"Aku mencintaimu, seperti bumi mencintai matahari. Bumi tak bisa hidup tanpa matahari. Tapi kenyataannya, bumi juga tak bisa hidup tanpa air. Sayangnya aku tak bisa sekaligus menjadi keduanya."

Keberhasilan seorang pria didukung oleh wanita yang ada disampingnya. Akhirnya Andra mendapat kesempatan jadi kepala sekolah. Jabatan yang semakin tinggi tak membuatnya lupa dengan kewajiban sebagai seorang ayah. Dia selalu menyisihkan waktu untuk Gavin. Tak hanya pada Gavin, tapi juga pada wanita selingkuhannya, Giska.

Setelah pindah sekolah, Andra jadi sering menghabiskan waktu di luar. Bahkan ia jarang makan siang di rumah. Dia semakin sibuk di luar sana. Sonya mencoba untuk mengerti. Toh, ini untuk kebaikan bersama.

"Permisi!"terdengar suara seseorang dari luar. Mengetuk pintu rumah dengan perlahan. Sonya membuka pintu dan mendapati perempuan berambut bob disana.

"Maaf bu, mau nanya tentang Giska, perempuan yang tinggal disebelah. Apa ibu tahu dia dimana?"

"Harusnya sih udah di rumah ya mbak. Soalnya sekolah juga udah beres jam segini."

"Hmm, dua hari yang lalu saya kesini juga, jam segini, tapi tak ada orangnya. Saya boleh menitipkan ini. Bilang saja dari Via, adik iparnya."

"Oh baik, nanti akan saya sampaikan."

Perempuan bernama Via itu pergi. Sonya melirik ke arah rumahnya Giska, dan sepertinya dia memang tidak ada di rumah. Gavin mengambil perhatiannya. Ia menggendong anak itu masuk ke dalam rumah. Sonya meletakkan kertas tadi di atas meja.

Setelah membuat Gavin tertidur, Sonya kembali ke ruang tamu. Ada niat di hatinya ingin mengetahui isi kertas itu. Via bisa saja berniat jahat pada Giska. Walaupun hubungan mereka tak sedekat dulu, Sonya masih peduli pada Giska. Dia tidak ingin perempuan itu mengalami hal yang sama seperti dulu. Dengan berat hati, ia membukanya. Kebetulan juga, kertas itu tidak ditutup dengan lem kertas. Jadi, kalau dibuka tidak akan ketahuan.

Isinya adalah surat tanah. Apa mungkin mereka terlibat tanah yang bermasalah? Tapi itu bukan urusannya.

Dia menaruh kertas itu kembali. Karena sudah semakin sore, Sonya memutuskan untuk ke warung terdekat. Untung saja Gavin masih tidur, jadi dia bisa pergi sebentar.

Warung Bu Hegi, berlokasi tidak jauh dari rumahnya. Disana banyak ibu-ibu yang suka mengobrol tentang banyak hal. Sonya hanya mau membeli minyak karena terlanjur habis.

"Bu Sonya, tumben kesini."

"Iya bu, minyak di rumah habis."

"Oh gitu,"

"Ngomong-ngomong Bu Sonya, akhir-akhir ini ada suara-suara aneh lagi ya dari rumah sebelah."ucap salah satu wanita disana. Wanita yang tinggal tepat di sebelah rumah Giska.

"Suara aneh gimana bu?"

"Dulu saya sering dengar. Udah lama banget sih. Tapi saya heran, suara itu ada lagi akhir-akhir ini. Apa ibu gak dengar? Atau mungkin suami ibu?"

"Suara apa bu, lebih tepatnya."

"Suara orang berdebat atau melakukan sesuatu. Aneh bukan, jam 1 atau jam 2. Saya pernah nanya sama Bu Giska, katanya dia tidak mendengar apa-apa."

"Hmm, aku juga gak dengar apa-apa bu."

Sonya segera pamit duluan setelah menerima minyak goreng itu. Saat dia hendak berjalan meninggalkan tempat itu, mereka malah berbincang hal yang lebih aneh.

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang