Aku cuma butuh kamu, tapi kamu butuh aku dan yang laiN.
Wanita itu tampak sibuk dengan cucian menumpuk, piring kotor, bahan makanan untuk makan siang dan anak laki-laki yang harus diperhatikan 24/7. Ia sudah tak sempat mengganti baju dinasnya, demi makan siang tepat waktu. Di jari tangannya masih membekas sayatan pisau yang sudah mengering akibat memasak buru-buru.
Saat anak laki-laki itu menyentuh kabel yang terhubung ke televisi, ia langsung bergegas, memindahkan posisi anak itu ke tengah-tengah. Dan kembali ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sebagai seorang ibu, naluri wanita tak akan bisa hilang. Meskipun banyak pekerjaan rumah yang menumpuk, tapi pusat perhatiannya adalah pada anak.
Dan dia merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Andra. Andra tak banyak menuntut. Malahan ia membantu Sonya mengurus Gavin. Kadang ia memandikannya, mengantar ke toilet kalau mau poop dan masih banyak lagi. Tak semua suami mau berbuat demikian kan?.
"Papa pulang!"teriak Andra dari balik pintu. Ia meletakkan tasnya di atas sofa dan langsung memeluk Gavin yang sedang bermain.
"Sudah pulang pa? Ganti baju sana, makanan sudah siap."ucap Sonya sambil menata piring di meja makan. Sejak punya Gavin, mereka berdua sepakat untuk mengganti nama panggilan. Mari menyesuaikan diri dengan keadaan. Awalnya memang sulit, tapi lama-lama jadi terbiasa.
"Okey ma. Thanks udah masakin kita makan siang. Bilang apa sama mama, Gav?"
"Ma-ka-sih, ma-ma!"jawab Gavin dengan susah payah.
Menu makan siang hari ini sangat enak. Ayam kampung gulai dengan sambal bawang sebagai pelengkapnya. Gavin duduk disamping Andra dengan piring kecil yang berisi ayam suwir dan air yang dituang ke nasi. Dia sudah bisa makan sendiri.
"Ma, gimana kalau papa jadi kepala sekolah? Ya, ada yang nawarin papa."
"Ide bagus pa."
"Iya, tapi papa harus pindah sekolah. Walaupun begitu, ini kesempatan emas."
"Itu bukan masalah lah. Mama sih pasti dukung seratus persen."
"Papa mau semangat kerja buat Gavin. Nanti kalau dia udah masuk sekolah, kita gak riweh mikirin biaya sekolah."
Uang dan koneksi adalah poin penting jika ingin jadi kepala sekolah. Sama seperti jabatan pada umumnya, dua hal ini selalu jadi kriteria utama. Itulah alasan Andra mendekati Pak Jaus. Pak Jaus memberinya kesempatan untuk mengembangkan diri dan berkenalan dengan orang-orang penting.
"Oh ya pa, mama penasaran sama Bu Giska. Dia jadi sering menghindari mama."ungkap Sonya seraya mengambil tissue untuk diberikan pada Andra. Pria itu sudah selesai makan.
"Mama coba tanya langsung aja."
"Iya ya, aku jadi ngerasa bersalah. Apa mungkin aku berbuat salah sama dia. Soalnya dia bertingkah biasa kalau ada Bu Rinni sama Bu Lala. Tapi kalau berdua, dia sering menghindar gitu."
"Jangan overthinking ma, mungkin mama aja yang kepikiran."
"Iya kali ya."
"Gavin mau main sama papa?"
Gavin mengangguk. Andra membawanya ke teras rumah untuk bermain. Sonya kembali melakukan pekerjaan rumah. Ini lebih melelahkan daripada mengajari siswanya dari pagi sampai sore. Seorang ibu harus bisa menentukan pekerjaan mana yang diprioritaskan. Dan tentu saja harus bisa membagi waktu. Dia bisa menyempatkan waktu untuk menyapu rumah saat cucian direndam, memasak sambil menyuapi anak makan, memperhatikan anak sambil mengoreksi tugas siswanya. Rumit bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Jari Yang Lain
RomancePondasi yang kokoh tak menjamin rumah luput dari badai dan bencana. Ini adalah pernikahan yang harmonis dari dua insan yang dianggap tidak biasa. Pria tampan yang rela menikahi perempuan tomboy dan berpenampilan seperti pria. Hal tersebut membuat wa...