.14. Anak Laki-Laki Itu

2.2K 143 8
                                    

Memberi harapan palsu sama saja dengan menunda luka. Suatu saat tunda itu akan terlaksanA.



Rumah yang bernuansa hijau itu memang tampak mencolok dibanding rumah lainnya. Satu-satunya rumah yang dikelilingi pagar. Rinni bilang bahaya kalau ada maling. Meskipun tinggal di desa tapi maling tetap menunjukkan eksistensinya.

Anak itu tampak bermain dengan mobil-mobilan berwarna merah. Wajahnya tirus tapi badannya gempal. Rambutnya ikal dan lebat. Segala hal dilakukan ibunya untuk anak itu.

"Tahu kan bu, istrinya mendiang Pak Galih baru curhat sama aku kemarin."cerita Rinni sembari membuat teh manis panas di dapur. Ia dibantu Giska menata gelas-gelas itu di atas nampan.

"Apaan bu? Jangan menggantung gitu dong. Kayak hubungan saja."Lala menyahut dari ruang tamu.

"Hubungan ibu kali yang digantung."ledek Sonya yang duduk sambil memasukkan kacang ke dalam mulutnya. Kacang goreng yang nikmat sekali dimakan siang-siang begini.

"Bukan digantung lagi bu, sudah jatuh sampai ke tanah. Udah gak ada harapan."

"Jangan gitu ah, menyerah itu kata-kata orang lemah."

"Aku ngaku aja deh, aku memang lemah."

Rinni dan Giska datang membawa empat gelas teh manis panas.

"Ternyata dia sering dihubungi sama selingkuhannya Pak Galih."

"What the hell, Pak Galih selingkuh?"komentar Lala tak percaya. Tentu saja dia kaget, dia juga mengenal Galih. Mereka tinggal di lingkungan yang berdekatan. Beda dengan Giska dan Sonya.

"Iya La, istrinya curhat sendiri. Katanya, suaminya cuma meninggalkan aib dan kesakitan. Bisa-bisanya, selingkuhannya pamer sama dia, bilang kalau selama ini dia dikasih uang bulanan."

"Ini gila sih bu."

"Emang gila. Istrinya sampe bersyukur dia sudah meninggal. Selama ini gak ada yang tahu."

"Kayaknya aku juga bakal bersyukur kalau ada di posisinya dia."Komentar Sonya sontak. Beberapa orang lebih memilih ditinggal mati daripada ditinggal selingkuh.

"Pak Andra gak mungkin selingkuh bu. Ya kali,-"Lala nyerocos sambil minum teh manis di gelasnya.

"Lebih mungkin suami saya yang selingkuh, Nya."sambung Rinni sambil tertawa. Istri yang ditinggal selama berbulan-bulan pasti berpikir begitu. Tapi sebenarnya, Rinni percaya pada suaminya. Terlebih karena suaminya tak setampan Andra. Bukan alasan yang tepat sih karena manusia yang selingkuh tak mengenal paras.

"Mending kita ngobrolin masalah arisan."ucap Giska mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Tahu ih, ngegosip mulu nih Bu Rinni."ledek Lala terkekeh.

Giska sangat terusik dengan pembicaraan itu. Pembicaraan yang seolah mengarah pada dirinya sendiri. Hari-harinya semakin buruk ketika Andra memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu. Ya, sejak mereka memiliki anak itu. Anak laki-laki yang menghabiskan banyak waktu bersama Andra.

Setiap hari, Giska berusaha tegar menghadapi dunia. Orang yang dicintainya ternyata pergi. Dia juga tak bisa mengancam Andra karena itu akan merusak dirinya di mata orang lain. Dia akan diusir atau mungkin dipecat dari sekolah. Life must go on!.

"Kami berencana adopsi anak."ungkap Andra malam itu. Malam terakhir mereka tidur bersama. "Aku sudah tidak bisa lagi ketemu kamu."

Perkataan yang membuat hati Giska sakit. Luka-luka di hatinya yang selama ini hampir sembuh, dilukai lagi. Pria itu memang jahat. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri. Berbulan-bulan untuk Giska sembuh dan bersikap biasa. Rekan kerjanya menghibur tanpa kenal batas, mereka kira Giska begini karena masih ingat mendiang suaminya. Hiburan juga datang dari perempuan yang dengan sengaja ia lukai, Sonya Marisa.

Masih Ada Jari Yang LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang