Semua masakan telah matang dan tersaji di piring serta mangkuk besar yang sudah disiapkan. Setelah makanan demi makanan sudah ditata rapi di meja yang sudah tersedia di kelas belakang, Zahra termenung di dekat pintu. “kaya ada yang kurang. Tapi apa ya?” fikirnya.
Tak lama kemudian, teman – teman sekelas sudah masuk dan mulai ramai setelah melihat menu – menunya. “waaah…kesukaanku itu, cap cay dan cah kangkung.” Seru salah seorang dari mereka.
“Ra, minumannya apa?” Tanya Nahla.
Degg!
“Nah, kan?? Baru ingat kalau Zahra tadi nggak mesan buah untuk bikin es buahnya.” Fikir Zahra sambil menepuk dahinya sendiri. “lupa, La!” ujarnya pada Nahla.
“Ra! Ayo dimulai! Udah laper nih!” ajak Aisya.
Zahra mengangguk. Ia lalu duduk bersama teman – temannya membentuk lingkaran besar. “assalamu’alaikum teman – teman.. emm…langsung saja ya? jadi acara masak – masak plus makan – makan ini, adalah bentuk syukur dari Zahra karena Alhamdulillah akhirnya Zahra bisa khatam Alfiyah. Tapi sebelumnya Zahra minta maaf ya? Zahra tadi lupa belum bikin minumannya. Jadi-” Zahra menghentikan ucapannya ketika mendengar suara ketukan pintu. Ia pun melihat ke sana, begitu pula anak – anak yang lain yang juga langsung menoleh ke asal suara. Zahra tertegun ketika melihat sang ustadz yang tak lain adalah Akmal sedang berdiri di depan pintu sambil menenteng 4 kantung plastic berisi es di kedua tangannya. Ia pun beranjak dan menerima 4 kantung plastic yang Akmal sodorkan padanya itu bersama Mayra yang kebetulan tempatnya ada di dekat pintu.
Seusai meletakkan 4 kantung plastic itu di sebuah meja, Zahra menghampiri Akmal yang tampak sedang menunggunya di depan kelas. “itu tadi buat apa, Ustadz?” Tanya Zahra to the point.
Akmal tersenyum, “maaf ya? sebenarnya aku punya rencana buat syukuran karena kamu udah khatam Alfiyah, tapi keduluan.. tadi Ning Ayda yang aku kasih tahu biar anak – anak ngumpul disini setelah pulang sekolah..” jelas Akmal.
Dahi Zahra mengernyit heran. Pantas saja tadi Ning Ayda ngajak ngumpul di kelas belakang bagian bawah, ternyata udah janjian dulu sama Ustadz Nazeef? Dan tunggu! Yang khatam Alfiyah kan Zahra, kenapa yang syukuran dia?, fikir Zahra bingung.
“gimana? Nggak papa ‘kan kalo aku ikut ngerayain khataman kamu?” Tanya Akmal kemudian.
“e- emm…nggak pap-” ucapan Zahra langsung terhenti ketika Ning Ayda dan Mayra tiba – tiba muncul diantara mereka.
“calon istrinya kita ajak masuk dulu ya, Ustadz? Kasihan itu teman – teman udah pada kelaparan..” ujar Ning Ayda dengan watadosnya.
Mulut Zahra menganga kesal mendengarnya, sementara Akmal terkejut mendengar ucapan Ning Ayda yang menyebut Zahra sebagai calon istri. “apa dia sudah tahu tentang Zahra yang menerima lamaranku tempo hari? Apa Zahra bercerita padanya tentang itu?” tanyanya dalam hati.
“pripun, Ustadz? Kulo beto riyen njeh calone? Nanti pas lamaran bisa diajak ngobrol kembali kok.” tanya Mayra kemudian.
Akmal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil tersenyum malu. “baiklah, kalau begitu saya permisi dulu. Assalamu’alaikum..” ucapnya sambil berlalu pergi dengan langkah cepat. Dalam fikirannya muncul banyak pertanyaan. Darimana Ning Ayda dan Mayra bisa tahu tentang hubungannya dengan Zahra saat ini? Mungkinkah Zahra cerita dengan teman – temannya soal itu? Dan apa mungkin satu kelas juga tahu tentang hal itu? Ah sudahlah, ia bisa tanyakan itu pada Zahra nanti malam ketika lamaran, seperti yang dikatakan Mayra tadi.
🍀🍀
Setelah membersihkan ruang kelas yang digunakan untuk syukuran tadi, Zahra dan Mayra berjalan beriringan menuju tempat parkir. Namun ketika hendak belok setelah melewati lorong ndalem, tiba – tiba saja Zahra menabrak seseorang dengan cukup keras sehingga membuatnya terjatuh dan buku – bukunya berserakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas atau Halal?
RomanceMuhammad Nazeef Akmal "Cukuplah kucintai kamu dalam hati, menyalurkannya lewat untaian doa, dan menjagamu melalui Allah"