Hari Perpisahan

22 2 0
                                    

Hari itu tiba, dimana acara perpisahan digelar. Zahra, Akmal, dan para petugas lainnya bersiap di belakang panggung. Tampilan pertama adalah grup band Zahra, dan Zahra menyanyikan 2 lagu.

Akmal mengerutkan kening sambil memandang ke arah Zahra, “2 banget, Ra? Satunya apa?” Tanya Akmal penasaran.

Zahra hanya tersenyum menggoda Akmal, “ciyeee mas Akmal kepo nih…” godanya sehingga membuat Akmal tergelak dan mengacak kasar kepala Zahra. Zahra mendengus kesal sambil menuentuh ujung kepalanya sendiri. “iiih, jilbab Zahra berantakan nanti..” ujarnya dengan bibir sedikit mengerucut karena kesal. Akmal tersenyum melihatnya.

“ya udah sana, buruan naik!” kata Akmal. Zahra pun langsung naik ke panggung menyusul teman – temannya yang sudah naik panggung lebih dulu.

Music mulai terdengar, Akmal tertegun ketika mendengar instrument awal music yang ternyata adalah lagu favoritnya, Bintang di Hati. Lagu milik Melly Goeslaw. Dan lagu kedua adalah lagu milik Rossa, Cinta Dalam Hati. Akmal terlihat begitu menikmati lagu itu.

Tanpa disadari Akmal, penampilan Zahra sudah usai, dan saat ini gadis itu sudah berdiri di samping Akmal sambil tersenyum. “eeeaaaa mas Akmal terpesona ya dengerin Zahra nyanyi?” Tanya Zahra dengan nada menggoda sambil mencubit hidung Akmal sehingga membuyarkan lamunan Akmal. Akmal tertawa kecil seraya mengacak kasar kepala Zahra yang terbalut jilbab maroon. Zahra berusaha menjauhkan tangan Akmal dari kepalanya sambil tangan kanannya berusaha mengacak rambut Akmal yang rapi.

“heiiiih mas Akmal nakal banget sih?? Awas ya!!” ucapnya sambil berusaha mengacak kasar rambut Akmal yang semakin jauh karena Akmal berusaha menghindar dan menahan tangan Zahra.

Di tengah keasyikan mereka bercanda, salah seorang teman Akmal bernama Adel menepuk bahu Akmal dan membuat Akmal menoleh sehingga Zahra berhasil mengacak – acak rambut Akmal. “yess!!” seru Zahra kegirangan.

“Mal, siap – siap disana ya? Regu kamu abis ini tampil.” Ujar gadis itu sambil menunjuk ke arah lab IPA yang tak jauh dari sana. Akmal mengangguk pada gadis itu. Ia berlalu setelah membenahi rambutnya yang agak berantakan karena Zahra. “tunggu disini ya? Jangan pergi dulu. Abis ini aku mau ngasih sesuatu ke kamu.” kata Akmal sebelum pergi. Zahra mengangguk sambil tersenyum.

Ketika Akmal sudah naik ke atas panggung, Zahra berniat merekamnya. Namun saat ia mengeluarkan ponsel, bertepatan Zain mengirimkan pesan suara padanya melalui whatsapp.

Ia pun membukanya dan menjauh dari panggung agar bisa mendengar pesan itu. Namun belum sampai ia membuka voice note itu, foto Putra muncul di layar ponselnya. Ia pun menerimanya.

“iya, kak..”

“dek, kesini sekarang ya? Pakdhe kritis, beliau pengen banget ketemu kamu.” Kata Putra dari seberang.

Zahra membeku, tatapannya menerawang jauh. Baru beberapa hari ini ia lega karena kondisi sang ayah membaik dan sudah diperbolehkan pulang. Tapi sekarang masuk rumah sakit lagi karena kondisinya kembali kritis.

“dek Ra? Kamu masih disitu ‘kan?” Tanya Putra membuyarkan lamunan Zahra.

“e- em i- iya, kak. Zahra kesana sekarang.” Kata Zahra gugup.

Setelah menutup sambungan, Zahra beralih ke chat Zain dan mendengarkan pesan suaranya. Ia lalu bergegas ke kelas untuk mengambil tasnya dan buru – buru keluar gerbang sekolah. Seseorang memandangnya heran karena meninggalkan acara yang bias terhitung lumayan penting baginya. “dia pergi kemana buru – buru begitu?" Tanya orang itu dalam hati.

Setelah Zahra masuk ke mobil, Zain pun mulai melajukan mobilnya dan menuju rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, suasana begitu hening. Semua tenggelam dalam kecemasan masing – masing. Apalagi sang ibu, meskipun ia sudah berpisah dari suaminya itu, dia tetap ayah dari anak – anaknya.

Ikhlas atau Halal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang