Tragedi Konvoi

45 2 0
                                    

Suatu hari, Akmal baru saja selesai berunding dengan teman – teman OSIS-nya tentang tampilan mereka di perpisahan nanti. Ketika melewati laboratorium, langkahnya terhenti ketika mendengar suara seseorang yang familiar baginya, suara Zahra.

Hanya wajahmu, yang terukir di dalam hatiku
Abadi dan tak 'kan pernah terganti
Hanya kaulah cinta dalam hidupku
Meskipun langit, t'lah memisahkan cinta kita
Aku 'kan selalu untukmu
Cintamu akan s'lalu bersemi..
Di hidupku..

Akmal duduk di teras laboratorium, menikmati lagu yang menjadi favoritnya itu. Lagu yang sesuai dengan kondisi hatinya saat ini.

Bahkan ia sampai tidak sadar kalau lantunan merdu itu sudah berhenti. Dan tanpa ia sadari, pemilik suara itu sudah ada di belakangnya lalu duduk di dekatnya. “mas Akmaaal….” Panggilnya dengan suaranya yang khas dan agak keras sehingga membuat Akmal sontak menutup telinganya.

astaghfirullahal’adhim!!” pekiknya sambil memejamkan matanya.

Menyadari itu adalah Zahra, Akmal pun menarik kecil telinga Zahra sehingga Zahra meringis karenanya. “kamu ini kebiasaan ya? Seneng banget ngagetin orang.” omelnya.

Zahra terkekeh mendengarnya. “maaf..maaf.. lagian, mas Akmal nih juga ngapain disini sendirian? Ntar kesambet loh!” ujar Zahra.

“ya tadi pas lewat dengar suara kamu, ya aku duduk disini sambil dengerin.” Kata Akmal. Zahra tersenyum mendengarnya. “oh iya, bisa bantuin nggak? Nyariin lagu yang pas buat dance?” Tanya Akmal.

Zahra mengangguk, “bisa sih, Zahra punya banyak. Tapi lagunya india semua, mas Akmal tau ‘kan kalo Zahra suka banget sama india. Gimana? Nggak papa kalo lagunya bahasa hindi?” Tanya Zahra memastikan.

Akmal tersenyum, “nggak masalah deh..yang penting musiknya pas dan asyik buat dance.”

"OSIS mau nampilin dance ya? Atau PMR?" Tanya Zahra.

"OSIS, Zahra.. anak - anak tadi pada ngusulin mau nampilin dance. Tapi musiknya belum ada yang cocok."jawab Akmal.

"Kenapa nggak pake lagu korea aja?"

"Nggak suka semua. Tadi sih udah ada yang ngusulin, tapi ditolak."

Zahra terdiam sejenak.

"Emang kamu nggak punya lagu yang bahasa inggris ya? Masa lagunya hindi semua?" Tanya Akmal kemudian.

"Ada sih sebagian. Tapi cuma dikit."

"Pokoknya besok bawain ya? Siapa tau aja anak - anak ada yang cocok."

“oke, besok Zahra bawain flashdisknya.” Kata Zahra sambil mengacungkan jempolnya pada Akmal. Akmal tersenyum dan mengangguk.

Tiba – tiba, “Mal! Ra! Ayo kita konvoi!” ajak Arza yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping ruang lab IPA.

Akmal dan Zahra saling pandang. Akmal tahu kalau Zahra pasti keberatan namun tidak tahu harus menjawab apa agar teman – teman tidak kecewa dengannya karena menolak ajakan mereka.

“ee..kit-” belum sampai Akmal menjawab ajakan mereka, Arza memotongnya.

“nggak boleh nolak pokoknya. Konvoi kita ini beda sama konvoinya kakak – kakak kelas kita dulu. Jadi sebenarnya kita mau berkeliling desa ini pake’ sepeda. Jadi kalian harus ikut, oke??” kata Arza yang cenderung memaksa.

Mendengar hal itu, Zahra menatap ke arah Akmal dan mengangguk tanda setuju. “ayo!” katanya pada Arza dengan semangat sambil menarik Akmal turun dari kelas.

Saat sampai di tempat parkir, kebetulan Akmal hari itu naik sepeda. Hari ini dia tidak nebeng bis pondok seperti biasanya. Jadi tidak perlu meminjam adik kelas seperti teman – teman yang lain. Setelah dikondisikan, mereka pun berangkat. Arakan angkatan kelas XII SMA Permata itu pun bergerak keluar dari gerbang sekolah. Akmal menaiki sepeda sendiri sementara Zahra berboncengan dengan sahabatnya, Salfa.

Ikhlas atau Halal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang