Seusai sholat Isya', seperti biasa muhafadzoh kubro nadzom Tanwirul Hija menggema di seantero madrasah diniyah Ar Raudzah putri. Dan Zahra adalah pembinanya, didampingi oleh Kamila dan Kayla. Namun baru beberapa angkatan berjalan, salah seorang santri bernama Rani berlari ke kamar mandi sambil memegangi perutnya sehingga beberapa santri sempat gagal fokus dan tertawa melihat Rani.
"Stop!!" Seru Kamila sambil mengedarkan pandangan pada mereka. "Kenapa pada ketawa? Apa yang lucu?" Tanya Kamila. Suaranya terdengar tegas sehingga para santri yang semula tertawa jadi diam seketika.
"Ayo diulang lagi angkatan ini!" Suruh Zahra kemudian tak kalah tegas. Mereka pun kembali melafalkan bait - bait Tanwir hingga selesai.
"Mbak Ra! Mbak Ra!" Suara seseorang yang memanggil membuat Zahra menoleh ke asal suara. Dilihatnya Rani celingak - celinguk di ambang pintu menuju kamar mandi. Zahra pun menghampirinya.
"Ada apa, Ran?"
"Mbak, panggilin mbak Kayla dong!" pinta Rani.
"Kay...dipanggil adekmu nih!" Panggil Zahra pada Kayla. Kayla pun datang menghampiri. "Kenapa?"
"Mbak, minta tolong dong, beliin obat yang biasa tak beli pas lagi udzur.." pinta Rani.
Kayla tampak berpikir, "obat pereda nyeri kamu itu ya? Di rumah apa ndak ada?" Tanya Kayla.
"Udah abis, mbak.."
"Emm..ya udah. Bentar ya?"
Kayla pun keluar untuk membeli obat di apotik dekat madrasah. Sementara Zahra mengajak Rani untuk berbaring di tikar yang sudah digelarkan oleh teman - teman lain.
"Kamu sering kaya gini ya?" Tanya Zahra.
"Iya, mbak. Tiap udzur selalu kaya gini. Pengin tak copot aja rasanya ini perut kalo lagi awalan udzur." Gerutu Rani.
Zahra terkekeh mendengarnya. "Ada - ada aja kamu!" Ujarnya. "Nggak kamu periksain gitu?" Tanya Zahra kemudian.
"Udah sih, mbak..tapi katanya nggak papa, nggak ada penyakit juga." Jawab Rani. "Mbak nggak pernah ya?" Tanya Rani kemudian.
"Pernah sih. Tapi pas telat aja. Hehee.." jawab Zahra.
Sejenak kemudian, Kayla sudah tiba dan langsung memberikan obat itu pada Rani. Sementara Zahra langsung pulang untuk bersiap - siap. Zain mengajaknya pergi untuk membeli keperluan madrasah yang sedikit mendadak.
Siang itu, jam olahraga kelas IPA 2 baru saja selesai karena persiapan Ujian Praktek bulan depan. Zahra kembali dari lapangan dengan langkahnya yang sedikit lemas. Perutnya terasa sangat nyeri. Ia langsung duduk di bangkunya, meletakkan kepalanya di atas lipatan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegangi perutnya, kemudian tertidur.
Baru beberapa menit Zahra tertidur, ia kembali terjaga ketika mendengar derap sepatu siswa yang baru kembali dari lapangan. "Ra? Kamu nggak papa?" Tanya Salfa yang sudah duduk di sampingnya.
Zahra mengangkat kepalanya sembari tersenyum pada Salfa. "Nggak papa kok. Cuma agak nyeri dikit." Ujarnya.
"Hmm..lagi udzur ya?"
Zahra mengangguk pelan, lalu kembali meletakkan kepalanya dan memejamkan mata. "Tak beliin air putih deh ya? Nggak tega aku lihatnya." Kata Salfa kemudian.
Zahra mengangkat kepalanya lagi. Ia ingat kalau Rani kemarin meminum obat pereda nyeri. "sekalian beliin asam mefenamat juga nggak papa kok, Sal..hehe.." pinta Zahra.
Salfa menghembuskan nafas pelan, kemudian tersenyum dan mengangguk. "Sendiko dawuh, kanjeng ratu.." kata Salfa sambil menyatukan kedua telapak tangannya, seperti seorang pelayan yang patuh pada majikannya. Ia kemudian pergi keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas atau Halal?
RomanceMuhammad Nazeef Akmal "Cukuplah kucintai kamu dalam hati, menyalurkannya lewat untaian doa, dan menjagamu melalui Allah"