Pelajaran pagi ini adalah bahasa Indonesia. Ketika sang guru selesai menjelaskan pelajaran dan hendak memberikan tugas, salah seorang murid protes karena tugas yang menumpuk banyak. “bu, tugas minggu lalu aja belum kelar semua, kok udah dikasih tugas lagi sih?” protes murid itu, namun sang guru sepertinya mengabaikannya dan tetap memberikan tugas kemudian buru – buru pergi karena hari itu akan ada rapat antar sekolah se-kabupaten di aula bawah.
Zahra mengernyitkan dahinya ketika mendengar teman – temannya yang mengeluh karena tugas. Ia lalu bertanya pada Salfa yang tepat di sampingnya. “Sal, emang tugasnya banyak banget ya? Anak – anak kayanya pada bete’ gitu?” Tanya Zahra.
“banyak baanget, Ra. Yah, mulai dari bikin contoh proposal, pengajuan dana, surat lamaran kerja, surat pernyataan, puisi, dan terakhir ini nih, cerpen. Dan semua tugas harus pakai kertas folio minimal dua lembar penuh.” Jelas Salfa.
Mata Zahra membelalak sempurna. “ya Allah, Sal….banyak banget?? Kok Zahra nggak dikasih tau sih?”
Sesaat kemudian, Rayyan datang menghampirinya dan Salfa. “ya kita nggak mau nambah fikiran kamu aja, Ra. Lagian kamu juga udah sibuk acara – acara ekskul, ditambah lagi lomba kamu kemarin. Ya jadi-“
“-jadi kita yang ngerjain tugas kamu. Kalau yang contoh proposal udah kita kumpulin atas nama kamu kok. Tapi kalau empat tugas terakhir ini, kita bagi.” Sambung Salfa. Ia lalu memberikan beberapa lembaran folio berisi tugas – tugas tadi.
Zahra tersenyum, ia benar – benar beruntung memiliki sahabat sebaik mereka. “ya Allah..kalian baik banget sih? Makasih ya? Dan buat ucapan terimakasih Zahra sama kalian, untuk tugas kali ini, biar Zahra yang ngerjain tugas kalian. Gimana?” ujarnya.
Arza terlihat senang mendengar ucapan Zahra. “serius, Ra?? Kamu mau ngerjain tugas kami? Ya jelas boleh dong… kita malah seneng banget-” Arza menghentikan ucapannya saat tangan Salfa menutup mulutnya.
“lambe..lambe..” lirihnya sambil mendelik pada Arza.
“-eh, jangan, Ra. Udah biar kita aja yang ngerjain tugas kita sendiri..” kata Rayyan.
“iya, Ra. Kita nggak mau nambahin beban kamu.” Sambung Salfa.
“ayolah.. ini sebagai ungkapan trimakasih Zahra karena kalian udah bantu ngerjain tugas – tugas Zahra. Lagian, Zahra ‘kan juga suka nulis – nulis cerpen kaya gini, nggak sulit kok.”
“yakin, Ra? Serius?” Tanya Arza memastikan. Zahra tersenyum dan mengangguk.
“makasih ya, Ra?” kata Arza dan Rayyan hampir bersamaan.
“oh iya, hampir lupa!” kata Arza pelan sambil berjalan menuju bangkunya dan mengambil beberapa kertas folio dari dalam tasnya dan diberikan pada Zahra.
“itu tugas yang udah selesai aku kerjain buat kamu. Tinggal satu sih sebenernya, tapi masih belum selesai.” Kata Arza.
Zahra melihat lembar demi lembar tugas itu, Salfa juga terlihat mengamati tugas – tugas Zahra.
Ketika lembar tugas itu sudah habis, “Za, kok Cuma itu? Yang puisi mana?” Tanya Salfa.Zahra menyenggol lengan Salfa dengan sikunya, “jangan terlalu repotin dia dong…diniyahnya keteteran nanti.” lirih Zahra pada Salfa.
Arza tersenyum mendengarnya. “udah, nggak usah sungkan gitu sama aku, Ra..” kata Arza, kemudian beralih pada Salfa. “nggak tau sih, Fa. Mungkin belum selesai.” Ujar Arza pada Salfa.Dahi Salfa mengernyit. “mungkin?? Emang, kamu nyuruh orang lain ngerjain itu?” Tanya Salfa.
Arza cengingisan sambil mengangguk.
“kamu minta tolong siapa?” Tanya Zahra kemudian.
“Akmal.” Jawab Arza singkat.
“hah?? Mas Akmal?? Adduh!” pekik Zahra sambil menepuk dahinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas atau Halal?
RomanceMuhammad Nazeef Akmal "Cukuplah kucintai kamu dalam hati, menyalurkannya lewat untaian doa, dan menjagamu melalui Allah"