"Zahra rasa, Gus Daffa sudah tahu alasannya. Maaf, Zahra permisi. Assalamu’alaikum..” ucapnya sembari beranjak keluar ndalem dengan langkah cepat. Entah kenapa Aisya belum juga kembali dari kamar mandi.
“Zahra!!” panggil Gus Daffa.
Zahra bergegas keluar dari ndalem dengan was – was, apalagi Aisya juga belum kembali dari kamar mandi. Namun tanpa diduga, Gus Daffa malah mengejarnya.
“Zahra!” panggil Gus Daffa, lagi.
Zahra semakin mempercepat langkahnya. Tiba – tiba saja seseorang menangkap dan menarik tangan Zahra hingga berhadapan dengan orang itu. “katakan kenapa kamu menolak lamaran saya, Ra?”
“apa Gus Daffa lupa kalau saya sudah menerima lamaran orang lain?” Tanya Zahra sambil menepis tangan Gus Daffa yang mencekal pergelangan tangannya.
“tapi kau masih bisa coba jalani dulu dengan saya, dan kamu batalin lamaran kamu yang dulu.”
Mulut Zahra menganga mendengarnya, tak menyangka Gus Daffa mengatakan hal itu. “maaf, Gus. Tapi apa Gus Daffa tidak tahu? Dalam Fiqih, laki – laki tidak boleh melamar perempuan yang sudah menjadi pinangan orang lain.”
“tidak perlu mengajari saya!” geram Gus Daffa.
“saya tidak mengajari, tetapi mengingatkan njenengan-”
“Zahra!”
“kenapa, Gus? Bukankah santri boleh mengingatkan gurunya ketika gurunya lupa telah melakukan kesalahan?” Tanya Zahra.
“Sial kau, Zahra!” geram Gus Daffa kesal. Gus Daffa sudah menarik tangan Zahra dan hendak menariknya masuk kembali. Namun Zahra memberontak lalu mendorongnya hingga ia hampir jatuh tersungkur.
“Zahra!”
Terdengar suara teriakan seseorang, sebuah teriakan yang sarat dengan nada teguran. Zahra yang sudah menaikkan jariknya dan siap untuk berlari, spontan menoleh ke asal suara. Matanya membelalak sempurna saat menyadari Ustadz Fatih ada disana, dan saat ini beliau menatap tajam ke arah Zahra.
Zahra menunduk dalam saat Ustadz Fatih melangkah mendekatinya. “siapa yang mengajarimu bersikap tidak sopan begini pada Ustadzmu?” Tanya Ustadz Fatih dengan nada tinggi, membuat Zahra semakin menunduk.
“ikut saya ke kantor!” suruh Ustadz Fatih.
Ketika Zahra mengikuti Ustadz Fatih, ia baru sadar kalau di belakang Ustadz Fatih tadi banyak asatidz dengan mengenakan jas. Tampaknya mereka akan mengadakan rapat siang ini. Akmal pun juga ada diantara mereka. Pemuda itu menatap Zahra lekat, dengan tatapan yang sulit diartikan Zahra. Zahra merasa sangat malu saat ini. Bukan hanya pada Akmal, tapi juga pada para asatidz yang tampak menatapnya tak suka.
Dan tanpa disadari oleh siapapun, seseorang di balik jendela menyaksikan semua kejadian disana.
Saat di kantor, Ustadz Fatih memberikan hukuman pada Zahra, yaitu membersihkan ndalem selama seminggu. Semula Zahra hendak menolak. Entah kenapa, hatinya mulai was - was kembali. Jangan - jangan Gus Daffa akan memaksanya lagi nanti. Namun apa daya, ia tak berani membantah.
Diam - diam, ia meminta tolong pada Aisya agar mengawasinya dari luar dengan berpura - pura menyapu teras garasi. Dan tanpa disadari oleh Zahra, Ning Ayda ternyata juga mengawasinya atas permintaan Gus Alif.
***
“heh! Diajak ngomong malah ngelamun.” Tegur Mayra sambil menyenggol pelan lengan Zahra dan membuyarkan lamunan Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas atau Halal?
RomanceMuhammad Nazeef Akmal "Cukuplah kucintai kamu dalam hati, menyalurkannya lewat untaian doa, dan menjagamu melalui Allah"