Syafakillah

47 3 0
                                    

Dalam semogaku, aku ingin kamu selalu sehat, bahagia, dan selalu ada dalam lindungan-Nya.. karena do’a ini adalah caraku menjagamu, melalui Allah..

Akmal baru saja berganti seragam pramuka lalu melipat kaos olahraganya. Ia kemudian mengeluarkan buku biologinya untuk mengerjakan tugas yang belum selesai. Namun fikirannya tak bisa diajak kompromi. Ia menutup kembali bukunya dan mengusap wajah frustasi sambil menghembuskan nafas kasar. "Ya Allah...si Zahra tadi kenapa ya kok pingsan? Apa mungkin dia belum sarapan?" Tanyanya dalam hati.

Ingin sekali ia menjenguk Zahra ke UKS. Namun ketika ingat kalau disana juga ada Hamza, ia pun menepis keinginannya itu. "Buat apa juga kamu kesana? Udah ada Hamza, Mal.." begitulah hati menahannya. Hatinya terusik sejak Zahra terjatuh dan dibantu oleh Hamza tadi. Akmal cemburu? Ya. Dia memang cemburu, tapi ia belum memahami perasaan itu sepenuhnya.

Baru saja berhasil membujuk diri sendiri untuk tidak ke UKS, Hamza datang menghampirinya. "Mal, dicariin Zahra tadi. Katanya kamu disuruh ke UKS." Ujarnya.

"Kondisinya gimana?" Tanya Akmal.

Hamza tersenyum. "Dia baik - baik aja kok." Ujar Hamza.

Tanpa sepatah kata lagi Akmal pun bergegas menuju ke UKS. Ia benar - benar cemas pada Zahra saat ini.

Sesampainya di depan UKS, Akmal melihat Zahra berlari ke kamar mandi. Ia pun mempercepat langkahnya menuju UKS. Ketika masuk, ia mendengar suara Zahra seperti muntah - muntah di dalam. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan mencari keberadaan Salfa, namun tak juga ia temukan. Ia lalu mendekat ke kamar mandi dan mengetuk perlahan pintunya.

"Ra.." panggilnya.

Tak ada jawaban. Masih suara Zahra yang sedang muntah di dalam.

Tok tok tok!

"Ra..kamu nggak papa kan?"

Hening.

Tok tok tok!

"Dek..." panggil Akmal lagi.

Sesaat kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Akmal mulai panic ketika melihat Zahra keluar. Wajahnya benar – benar pucat, ia tampak lemas, mungkin karena perutnya kosong saat ini.

"Dek? Kamu baik - baik aja?" Tanya Akmal khawatir.

Belum sampai Zahra melangkah sempurna keluar dari kamar mandi, tubuhnya limbung. “ya Allah, Zahra!” pekik Akmal spontan dan menangkap tubuh Zahra agar tidak ambruk ke lantai.

"Ra! Bangun, Ra.." kata Akmal cemas. Sesaat kemudian, Salfa datang dengan sepiring nasi rames dan segelas teh di kedua tangannya. Ia pun terkejut melihat Zahra pingsan lagi.

"Mal, Zahra kenapa?" Tanya Salfa setelah meletakkan makanan dan minuman di tangannya tadi.

"Aku juga nggak tau, Sal. Tadi dia muntah di kamar mandi, terus pas keluar dia malah pingsan." Tutur Akmal. Ia menggendong Zahra dan menidurkannya di matras lagi. "Kamu juga kenapa ninggalin dia sendirian?" Omelnya pada Salfa.

"Ya Allah, Mal..aku beliin makanan buat dia di kopsis tadi, sama teh hangat biar perutnya agak enakan." Ujar Salfa.

Salfa lalu mengambil minyak kayu putih di kotak P3K untuk dioleskan di kening, hidung, dan perut Zahra. Namun belum sampai dioles, Akmal menahannya. "Eh, Sal..kok wajah sama tangannya Zahra merah semua ya?" Tanya Akmal.

Ikhlas atau Halal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang