Beautiful Gift🎁

49 3 0
                                    

"E..tunggu!"

Zahra kembali menghadap Akmal dengan tatapan heran. Akmal lalu memberikan kue pertamanya untuk Zahra. "Ini untukmu" kata Akmal.

Zahra pun menerimanya, "makasih, ustadz.." lirih Zahra kemudian kembali ke bangkunya.

Ning Ayda menyeringai puas melihatnya.

🍀🍀

Setelah membagikan kue pada santri sekelas, dan para santri juga sudah mengambil kitab yang mereka gunakan untuk memblokir jalannya, Akmal pun pamit keluar. Ketika sampai di ambang pintu, Akmal berbalik setelah teringat sesuatu. "Oh iya, mbak. Hampir saja saya lupa. Besok libur dua hari ya? Buat acara nikahannya Gus Birru sama Ning Asma'. Terus abis ini, mbak Zahra tashih ya? Saya tunggu di kantor TU. Dan buat kelompok 2, setorannya libur dulu. Assalamu'alaikum." Kata Akmal sembari keluar kelas.

Para santri bersorak mendengar pengumuman dari Akmal tadi. Pertama karena besok libur 2 hari, dan yang kedua karena setoran hari ini juga diliburkan. Tentu saja ada sebabnya, yakni Zahra yang tashih hari ini.

Tashih adalah melancarkan hafalan dari awal sampai akhir, jadi membutuhkan waktu yang lama. Apalagi yang dihafalkan adalah Alfiyah Ibn Malik.

Ketika Zahra hendak keluar kelas dan menuju kantor TU, Ning Ayda berlari menyusulnya. "Heeeh tungguin, Ra!" Teriaknya sambil membawa hadiah untuk Akmal tadi.

"Lhoh? Kok?"

"Iya, ustadzmu itu lupa kadonya gak dibawa. Padahal masih muda loh, tapi kok ya pikunan." Gerutu Ning Ayda.

"Hussst! Jangan gitu, Ning...kan itu juga ustadznya Ning sendiri loh, bukan Ustadznya Zahra doang." Kata Zahra sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir.

"Iyaa iyaa... ya udah yuk, buruan!" Kata Ning Ayda. Mereka pun berjalan beriringan menuju kantor TU.

Sesampainya disana, "Ra, kamu aja ya sekalian yang kasih." Kata Ning Ayda tiba - tiba sambil menyodorkan kotak kado itu pada Zahra. Namun Zahra menolaknya dengan halus.

"Duh, Ning...Ning aja duluan deh, itu Ustadz Nazeef udah nungguin di dalam..." ujar Zahra. Mereka pun mulai berdebat siapa dulu yang masuk.

Perdebatan mereka terhenti setelah mendengar deheman Akmal yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu. Ketika Zahra hendak meminta Ning Ayda untuk menyerahkan kotak kado yang dibawanya, Ning Ayda malah langsung kabur menuju kantor pengurus yang kebetulan ruangannya gandeng dengan kantor TU.

Namun ketika hendak masuk, Ning Ayda baru sadar kalau Zahra membawa sesuatu di kantung plastik kecil, entah apa isinya. Rasa penasarannya mulai muncul, ia pun merangkak menuju kantor TU lewat pintu pembatas antara kantor pengurus dan TU kemudian sembunyi di bawah meja.

Dua orang pengurus yang sedang mengerjakan administrasi pesantren terkejut melihat Ning Ayda yang merangkak masuk dan duduk di bawah. "Ni-" belum sampai mereka berteriak kaget Ning Ayda langsung mengisyaratkan mereka untuk diam.

Dua pengurus itu kemudian pergi ke kantor pengurus setelah Ning Ayda meminta mereka untuk meninggalkan pekerjaan mereka sebentar. Lagipula, mereka juga tidak enak pada Ning Ayda yang duduk di bawah.

🍀🍀

Zahra baru saja selesai menyetorkan hafalan tashihnya pada Akmal, mulai awal sampai akhir. Namun kurang lancar mulai bab I’robulfi’li sampai sebelum bab Idghom. Akmal mengembalikan kitab mungil bertuliskan “Alfiyah Ibn Malik” itu pada Zahra.

“kurang lancar mulai bait 600 ke atas, mbak.. jadi, tashih lagi ya? Biar lancar awal sampai akhir muhafadzah.” Ujar Akmal.

Zahra mengangguk mengerti.

Ikhlas atau Halal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang