"Ayok cepetaan!! Ntar keburu siang!" Seru Aurel pada Zahra yang sedang memetik buah jambu air di dekat rumah. Seperti biasa, di hari minggu Zahra dan beberapa sahabatnya, Uzma, Dinda, Aurel, dan Indah akan memetik jambu air itu untuk menunggu fajar sedikit terlihat di ufuk timur lalu pergi jalan - jalan bersama ke pematang sawah yang dekat dengan madrasah mereka. Mereka yang menggelar jarik untuk menangkap jambu yang jatuh sementara Zahra yang naik ke atas pohon untuk memetik jambu itu lalu dijatuhkan. Setelah beberapa jambu berhasil dipetiknya, Zahra pun turun dari pohon dan langsung bergegas ke madrasahnya bersama mereka.
Di teras madrasah, mereka memakan buah jambu hasil petikan mereka sambil bercanda bersama. Beberapa saat kemudian, "eh, disana udah mulai kelihatan tuh sinarnya!" Seru Aurel sambil menunjuk ke arah timur dimana semburat cahaya mentari mulai sedikit terpancar.
Tak mau kesiangan, mereka pun bergegas berangkat untuk jalan - jalan tanpa meninggalkan sedikitpun sampah disana. Mereka memang sering meluangkan waktu bersama saat hari minggu untuk sekedar jalan - jalan meski hanya sebentar. Apalagi hari libur Zahra berbeda dengan keempat sahabatnya itu. Jika mereka libur di hari Minggu, maka Zahra libur di hari jum'at.
Aku kesal dengan waktu..
yang tak pernah berhenti bergerak..
barang sebentar..
agar 'ku bisa menikmati tawamu..
ingin ku berdiri di sebelahmu..
menggenggam erat jari - ja-Senandung kecil Zahra terhenti ketika tiba - tiba Indah tersandung sebuah batu kemudian ditolong oleh Aurel yang saat itu berada di dekatnya.
"Aduuuh...gara-gara mbak Zahra nih!" Katanya seenak jidat. Yang disebut namanya langsung mendelik heran menatap gadis yang baru tersandung itu. Zahra berjalan sendirian di belakang keempat temannya itu dan jarak mereka agak jauh, mana mungkin dia yang menjadi penyebab tersandungnya Indah?
"Kok Zahra sih? Kamu sendiri tuh yang nggak lihat - lihat jalan. Udah gede juga masih aja blayakan." Ledek Zahra. Sudah biasa mereka saling meledek seperti itu. Toh juga hanya bercanda.
"Nggak.. nih tadi juga lagi dengerin mbak Zahra nyanyi kaya tadi. Gini nih, ingin ku berdiri di sebelahmu.. menggenggam erat jari jarimu..kan gitu?" Indah membeo, menirukan nyanyian Zahra tadi, sementara Zahra masih terdiam menunggu apa yang akan dikatakan Indah selanjutnya.
"Kan aku jadi mikir, kencan di whatsapp aja nggak pernah, dipisahin jarak sih iya, tapi kan nggak pernah contact tuh. Nah terus, menikmati tawamu, berdiri di sebelahmu, menggenggam erat jari - jarimu. Itu buat siapa coba? Aku mikirin itu makanya aku jadi kesandung.. gara - gara siapa coba?" Lanjut Indah balik meledek Zahra.
"Zahra lagi yang kena." Lirih Zahra kesal sehingga membuat keempat sahabatnya itu tertawa kecil. Sementara Zahra tak menghiraukan mereka dan terus menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh sang pencipta pagi ini.
Mereka terus berjalan menyusuri pematang sawah hingga melihat sebuah gubug kecil tempat para petani biasa beristirahat. Zahra pun mengajak mereka kesana.
"Ya makanya, mbak..cepetan nikah deh. Biar nggak halu terus..hehe.." ledek Dinda setelah mendengar senandung kecil Zahra, masih lagu yang sama.
"Iya, mbak..ntar Indah yang bagian jadi penerima tamu. Hehee.."
"Aku yang jadi domasnya, ntar mbak minta mas Arsya jadi domas juga, biar aku bisa bersanding sama dia. Hehehee..." ujar Uzma yang memang menyimpan rasa pada adik sepupu Zahra yang bernama Arsya itu.
Ucapan Uzma tadi spontan mengundang deheman dan ledekan dari teman - temannya. "yee... sekarepe dewe kamu, Ma!" Ledek Indah sambil menyenggol lengan Uzma.
"Ehh bentar dulu! Kalo Uzma jadi domas, terus penerima tamunya Indah, aku kebagian apa dong?" Tanya Dinda.
"Kamu bagian ngudek jenang wae.." jawab Indah sehingga mengundang tawa mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas atau Halal?
RomanceMuhammad Nazeef Akmal "Cukuplah kucintai kamu dalam hati, menyalurkannya lewat untaian doa, dan menjagamu melalui Allah"