Troublemaker; Chapter 1

450 32 4
                                    


Yang pengen langsung ketemu Jimin-Hayoon bisa skip ke chapter 4 ya ^^


Happy reading


.


Dahi Jungkook berkerut dalam. Ada yang berbeda dengan kantornya pagi ini. Seluruh karyawan terlihat berkumpul di lobi, melingkari seseorang yang berdiri di tengah-tengah lingkaran. Tak ingin terkurung kebingungan lebih lama, langsung saja ia dorong pintu kaca di depannya. Tak ada seorangpun yang menoleh ke arahnya. Atensi seluruh karyawannya hanya tertuju pada sosok itu hingga tak sadar akan kedatangan si pemilik utama perusahaan.

"Ada apa ini?" Jungkook bertanya seraya mendekat. Sontak, orang-orang yang tadinya membentuk lingkaran menyebar, berbaris membuat dua barisan menyambut Jungkook. Serentak mereka saling membungkuk hormat. Jungkook tak membalas karena perhatiannya hanya tertuju pada seseorang yang sedang membelakanginya, yang sepertinya sedang menjelaskan sesuatu namun terhenti saat suara Jungkook menginterupsi.

Kedua alis Jungkook menukik tajam kala sosok itu menolehkan sedikit kepalanya ke samping. Ia tersenyum asimetris, lalu dengan perlahan membalikkan badan. Senyum asimetris tadi kini berubah manis. Ia mendekat pada Jungkook dengan tangan melesak ke dalam saku celana, serta dagu yang terangkat pongah.

"Selamat pagi, Tuan Jeon Jungkook yang terhormat." Sapanya penuh rasa hormat, tak segan-segan sedikit membungkuk. Jungkook menggeram, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Perlahan lelaki itu mendekat, memeluk Jungkook sebagai sambutan akan kehadiran dirinya sendiri yang begitu tiba-tiba. Namun tentu tak mendapat tanggapan dari Jungkook.

"Senang masih bisa melihatmu lagi." Lelaki itu berbisik di telinga kiri Jungkook, menekan di kata masih. Dan dari cara dia berucap, tersirat sebuah ancaman dan tanda bahaya bagi Jungkook. Jungkook paham akan setiap gelagat buruk lelaki itu. Dengan tegas ia dorong tubuh Joshua agar melepaskan pelukan persahabatan - yang nyatanya pelukan untuk memulai perang. Pelukan yang menyampaikan pesan agar Jungkook segera membangun tameng.

"Semuanya kembali bekerja!" Jungkook berjalan lurus memasuki elevator, tak mengindahkan kehadiran Joshua yang saat ini tengah tersenyum pongah menatap punggungnya.

"Kalian semua tidak lupa, 'kan, dengan apa yang telah kupesankan tadi?" Jungkook dapat mendengar itu sebelum elevator saling menutup. Entah Joshua yang sengaja membesar-besarkan suara agar ia mendengar, atau karena telinganya yang terlampau nyaring? Namun opsi pertama yang paling benar agaknya. Karena Joshua terdengar sengaja membesarkan suaranya agar Jungkook penasaran dan merasa tertarik akan ucapannya. Dan sebenarnya, taktik itu berhasil. Jungkook termakan umpan.

Kedua alis Jungkook kembali menukik tajam saat pintu ruangannya telah ia buka. Ia membuka pintu dan mendapati Joshua duduk di kursi kebesarannya dengan kedua kaki yang disilangkan di atas meja kerja Jungkook. Dan lelaki tidak tahu diri itu tengah memainkan iPadnya dengan santai, seolah ruangan itu miliknya pribadi. Mungkin dia lupa, jika ruangan terbesar itu merupakan ruangan sang penguasa perusahaan. Memang tidak tahu diri sekali.

Jungkook tidak tahu bagaimana cara Joshua bisa lebih dulu masuk ke dalam ruangannya. Mungkinkah karena dia yang berjalan terlalu lamban tadi, terlalu mengulur waktu, bahkan sempat pula mengambil kopi di vending machine. Dan dari sini Jungkook sadari, bahwa dia tak bisa mengulur waktu lagi.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Jungkook datar seraya mendudukkan diri di seberang Joshua. Meski sadar Jungkook telah duduk di hadapannya, Joshua tak urung menurunkan kedua kakinya dari atas meja. Ia hanya melirik Jungkook sekilas, lalu fokus pada iPadnya lagi.

Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang