◇◇◇
Sena tersentak kala sentuhan di bahunya terasa begitu lembut. Membuyarkan segala lamunannya yang berkelana jauh. "Eomma..."
"Jangan melamun..." tegur Dae seraya tersenyum geli. Merasa geli melihat sang putri yang tampak begitu gugup pagi ini.
"Aku... takut..." Dae beralih berdiri di sebelah putrinya - yang pagi ini terlihat begitu anggun bak putri dalam cerita dongeng.
"Itu bukan perasaan takut, Sayang. Itu adalah rasa gugup. Eomma juga seperti itu saat menikah dengan Ayahmu dulu." Dae mulai mengenang masa-masa yang dilewati putrinya sekarang, yang juga pernah ia rasakan beberapa tahun silam.
"Tapi ini rasanya berbeda, Eomma... Aku benar-benar takut. Entah karena apa." Lirih Sena sembari menatap nanar pantulan wajahnya di cermin.
"Kau takut Jimin membatalkan pernikahan ini?" Dae terkekeh. "Dia sangat mencintaimu. Mana mungkin dia melakukan itu."
"Bukan, Eomma. Geunyang..."
"Eomma, Samchon menunggu di bawah." Sehyun datang menyampaikan pesan pamannya, yang akan mengantar sang ibu ke gereja tempat pemberkatan Jimin dan Sena diselenggarakan. Sementara Sena akan berangkat dengan sang ayah, dan Sehyun yang akan berangkat sendiri.
"Eomma dan Samchon menunggumu di gereja. Kau harus tersenyum. Jangan seperti itu. Buang rasa gugupmu itu. Semua akan baik-baik saja." Menuruti perintah sang ibu, Sena menarik paksa kedua sudut bibirnya untuk membentuk lengkungan walau terasa sulit. Ia tatap dengan nanar senyumannya melalui cermin rias di hadapan.
"Sehyun-ah..." panggil Sena saat Sehyun berbalik, hendak meninggalkannya seorang diri.
"Hm?"
"Nan meuseowo..." lirih Sena, mencoba berbagi apa yang ia rasakan saat ini pada sang adik. Meminta solusi untuk mengurangi kegugupan yang menjalar semakin terasa.
"Eomma benar, Eonni. Mungkin kau hanya sedang gugup saja. Tenangkan dirimu. Percaya semua akan berjalan lancar." Sehyun yang berdiri di balik punggungnya tersenyum tipis. Sena bisa melihatnya melalui cermin. Namun Sena tentu tak akan bisa melihat jika senyuman itu palsu. Sehyun bisa berbicara sebaik mungkin di depan Sena tanpa ia ketahui, jika saat ini Sehyun sangat ingin mencabik-cabik wajah cantiknya. Dadanya sudah bergemuruh sejak pagi menjelang. Lebih-lebih kala melihat betapa cantiknya sang kakak saat ini, apalagi saat bersanding dengan Jimin nanti. Bahkan kedua tangannya terkepal menahan geram. Tidak. Sehyun tak akan bisa menerima kenyataan ini. Sena tak boleh menikah dengan Jimin. Hanya dia. Hanya dia yang akan menikah dengan Park Jimin. Semua orang harus tahu, hanya Im Sehyun lah yang pantas menjadi pendamping Park Jimin, tidak siapa pun termasuk Im Sena, kakak kandungnya sendiri. Argumen itu telah ia deklarasikan jauh-jauh hari kala pertama kali ia mengetahui Park Jimin adalah kekasih Sena. Bahkan hingga detik ini, detik-detik di mana mereka akan menjadi sepasang suami istri, argumen itu masih tetap berlaku dalam hidup Sehyun sampai Jimin benar-benar menjadi miliknya.
"Kau akan mengiringiku di gereja nanti, 'kan?" Tanya Sena menatap Sehyun penuh harap.
"Geureom. Itu sebabnya aku harus berangkat sekarang. Aku harus menyambut Eonni di gereja nanti."
Sena tersenyum lega. Kalimat sederhana dari Sehyun berhasil mengusir rasa takutnya. "Kalau begitu pergilah. Tunggu aku di gereja."
"Eonni tak apa, 'kan, kutinggal?"
"Hm. Lagipula ada Appa di sini." Keduanya saling melempar senyum sebelum Sehyun meninggalkan Sena seorang diri di dalam kamarnya.
'Ya Tuhan... Tolong, hapus rasa takut ini dari diriku...' Sena menggigit bibir bawahnya berkali-kali. Begitu Sehyun beranjak, rasa takutnya kembali terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomanceMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...