Happy reading☆☆☆
.
.
.
Setelah satu minggu dirawat di Amerika, akhirnya Jungkook diperbolehkan pulang, kembali ke Busan. Sore ini dia sudah tiba di apartemen yang sangat dirindukannya. Rasanya ia tak pernah ingin meninggalkan apartemen ini lagi. Dan rasa yang paling tak bisa ia tahan adalah rasa takut kehilangan sosok yang selama ini setia menemaninya menghabiskan waktu di apartemen ini.
Jimin membukakan pintu apartemen. Jira mendorong kursi roda Jungkook, membawa Jungkook masuk. Saat berada di ruang tengah apartemen, mereka semua terkejut. Sama-sama tersentak dan sama-sama membulatkan mata menatap seseorang di depan mereka dengan sorot penuh rasa tidak percaya.
"Tidak perlu terkejut seberlebihan itu." Tegur wanita itu seraya bangkit dari duduknya dan mendekat pada Jungkook.
"Berapa lama kau dirawat di sana?" Mengambil alih kursi roda Jungkook, mendorongnya untuk ia bawa ke ruang tengah.
"Satu minggu." Jawab Jungkook apa adanya tanpa berani menatap wajah ibunya.
"Eonni..." lirih Jira seraya menatap Hayoon gusar. Matanya berkaca-kaca. Bahkan wajahnya sudah seputih kertas. Ia benar-benar takut sekarang. Aura lain dari Yoojung menguar. Ia takut Yoojung akan memarahinya karena tak berhasil menjaga putranya.
Hayoon melingkarkan tangan di lengan Jira. Ia seret gadis itu dengan pelan agar bergabung bersama Jungkook dan ibunya di ruang keluarga. Diekori dengan Jiho dan Jimin yang menggendong Cheonsa.
"Apa sudah lama menunggu, Imo?" Tanya Jimin seraya mendudukkan diri di seberang Yoojung.
"Tidak terlalu." Jawab wanita paruh baya itu dingin.
"Eommonim... mianhae..." lirih Jira dengan kepala tertunduk dalam. Ia duduk di sofa tunggal di sebelah kursi roda Jungkook.
Helaan napas berat berembus dari celah bibir Yoojung. Jira semakin mengeratkan cengkeramannya pada ujung blus. Rasa gelisah semakin memenjara hatinya. "Mengapa tak ada seorang pun yang mengabariku tentang ini?" Yoojung bertanya. Dingin dan datar. Begitulah nada bicara Yoojung yang terdengar. Jira benar-benar tegang. Sekadar untuk menghela napas saja begitu sulit ia lakukan.
"Kami tidak ingin ini menjadi beban bagi Imo dan Samchon." Jimin yang menjawab.
"Justru karena kalian tidak memberi kami kabar, ini yang menjadi beban bagi kami." Napas panjang Yoojung embuskan. Secara bergantian menatap putra dan menantunya lurus-lurus. "Kalian kurang terbuka satu sama lain. Jika kalian masih terus seperti ini, masalah semacam ini tak akan pernah ada habisnya."
"Mianhae, Eommonim..." lirih Jira.
"Eomma berharap masalah semacam ini tak akan terulang lagi. Kalian sudah menikah, bukan sepasang kekasih yang hanya menjalani sebuah hubungan untuk mengurangi rasa bosan. Mempertahankan sebuah pernikahan itu hal yang sulit jika kalian tidak saling terbuka. Jika ada masalah, ada sesuatu yang mengganjal atau sesuatu yang tidak kalian sukai satu sama lain, cerita, terbuka. Ceritakan apa yang kalian rasakan satu sama lain." Jira berpikir dalam hati; bukankah itu yang sudah ia lakukan? Ia sudah meluapkan semua yang ia tahan pada Jungkook. Tapi Jungkook malah balas membentaknya hingga pertengkaran itu terjadi dan berujung dengan Jungkook yang mengalami cedera parah. Apa tetap dia yang bersalah di sini? Ya, meski dia mengakui dia juga bersalah. Tapi ia rasa secara garis besar tidak.
"Ini semua salahku." Jungkook buka suara dan sontak semua orang menatap ke arahnya. Termasuk sang istri. Mata Jira terasa memanas saat Jungkook bersuara dengan kepala tertunduk dalam. Setelah mengambil jeda, Jungkook memberanikan diri mengangkat kepala, menatap lurus sang ibu bersama penyesalan yang membuat hatinya terasa nyeri. "Ini semua salahku. Jika aku tidak egois, hal seperti ini pasti tak akan terjadi. Aku terlalu mementingkan pekerjaan dan mengabaikan segalanya. Jadi... ini risiko yang harus aku tanggung. Tidak ada yang bersalah di sini. Ini semua kesalahanku." Tidak dapat lagi menahan rasa harunya, Jira meneteskan air mata. Ingin sekali rasanya memeluk Jungkook erat-erat. Namun tidak mungkin sekarang. Sebelum orang-orang di sekitarnya tahu ia menangis, buru-buru Jira hapus air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomanceMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...