Chapter 22

74 8 0
                                    


◇◇◇

Seung Yoon mengerutkan dahi begitu pintu rumah telah ia buka. "Yoon?" Panggilnya heran kala melihat putranya berdiri di depan rumah. Tidak biasanya Yoongi pulang tanpa mengabari. Detik berikutnya bola matanya berpendar ke sisi kanan, mengamati Sehyun. Ternyata putranya datang masih dengan perempuan yang sama, yang ia tolak secara terang-terangan.

"Aku masih boleh masuk, 'kan, Eomma?" Tanya Yoongi dengan senyum jenaka. Sedikit mencandai sang ibu agar suasana tak begitu kaku. Karena aura dingin terpancar begitu kentara di raut sang ibu. Air muka Seung Yoon tak sehangat biasanya ketika menyembutnya pulang.

"Oh, tentu." Jawab Seung Yoon meski dia masih terheran-heran. Heran karena tak menyangka Yoongi mendadak pulang. Kehadiran Sehyun masih ia abaikan dalam pikirannya.

"Jal jinaeseo, Eomma?" Tanya Yoongi begitu ia dan Sehyun duduk bersebelahan di sofa ruang tengah.

Seung Yoon tersenyum. "Baik. Bagaimana denganmu, Nak?"

"Baik, selalu." Jawab Yoongi dan sempat melirik Sehyun ketika ia menjawab pertanyaan Seung Yoon tadi. Membuat wanita itu mengartikan jika Sehyun lah yang membuat Yoongi selalu merasa baik.

"Oh ya, Eomma, bolehkah kami beristirahat terlebih dahulu? Eomma tahu, 'kan, perjalanan dari Paris ke Daegu memakan waktu yang lama. Dan Sehyun juga butuh istirahat."

"Tentu saja boleh." Jawab Seung Yoon ramah. Namun raut wajahnya tampak sedang menyembunyikan sesuatu, Sehyun bisa menangkapnya dengan jelas.

"Kajja, Sehyun-ah." Ajak Yoongi pada Sehyun. Sejenak berpamitan pada Seung Yoon, kemudian Sehyun mengekori Yoongi. Dia tidak ingat pernah berkunjung ke rumah ini sebelumnya. Rumah tradisional mewah ini masih terasa asing.

Baru beberapa menit lamanya Yoongi menikmati kamarnya, Seung Yoon memanggilnya melalui pesan singkat yang dikirim melalui ponsel. Yoongi tahu, ibunya menuntut penjelasan darinya. Tapi itu nanti saja. Sehyun lebih penting saat ini. Yoongi masih ingin menemani sang kekasih beristirahat.

Kurang lebih lima belas menit mendekap Sehyun, Yoongi segera beranjak. Gadis itu sudah beristirahat, terlelap begitu mudah karena mungkin benar-benar lelah. Yoongi juga merasa ini waktu yang pas untuk bicara empat mata dengan ibunya. Mencoba merebut secuil afeksi Nyonya Min.

"Mengapa kau masih membawanya?" Tanya Seung Yoon begitu Yoongi duduk di seberangnya, tanpa basa-basi.

"Eomma... dari awal aku sudah mengatakan bahwa aku mencintainya." Ucap Yoongi dengan nada putus asa. Rautnya terlihat sendu menatap sang ibu. Sangat berhatap sekali kali ini ibunya itu menerima niatnya.

"Tapi tidak harus dia, Yoon. Kau sempurna, kau tidak seharusnya menjalin hubungan dengan perempuan seperti dia."

"Tidak ada manusia sempurna di dunia ini, Eomma. Termasuk aku atau siapa pun makhluk di bumi ini."

"Cari perempuan lain. Dia hanya akan menyusahkanmu saja."

"Dia sudah berubah. Dia sudah mengingat semuanya. Dan dia ingat betul siapa aku, aku kekasihnya, orang yang tak akan pernah berhenti mencintainya."

Seung Yoon tersenyum merendahkan. Tak habis pikir dengan isi kepala putranya sendiri. "Eomma yang sudah setua ini saja masih memiliki ingatan yang kuat, mengapa dia yang semuda itu dengan mudahnya melupakan sesuatu? Kau tidak takut jika suatu hari dia melupakanmu?" Bukan suatu hari, tapi setiap hari. Setiap harinya sebelum Yoongi melakukan terapi pencucian otak terhadap Sehyun, perempuan itu selalu melupakannya.

Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang