◇◇◇
Pintu ruang rawatnya berderit, Jaeyun menoleh ke sana. Matanya yang semalaman kemarin terpejam membesar, dadanya mulai berdetak tak normal. Refleks ia ubah posisi duduknya menjadi lebih tegap, menunggu sang dokter mendekat padanya.
"Selamat pagi..." sapa Seo Hee seraya membawakan sarapan untuk Jaeyun. Malam setelah ia mengoperasi polisi itu, Seo Hee langsung pulang karena ia akan bertugas pagi ini. Dan kala pertama kali masuk rumah sakit, Seo Hee langsung menuju dapur rumah sakit, mengambil sarapan untuk Jaeyun begitu tahu jika Jaeyun sudah sadar dari perawat yang merawatnya semalam.
"Selamat pagi..." balas Jaeyun. Melihat senyum hangat Seo Hee membuat senyuman Jaeyun turut mengembang, menghangatkan tubuhnya di ruang yang ia benci ini.
"Bagaimana keadaan Anda? Sudah merasa lebih baikkah?"
Jaeyun mengangguk, senyumannya semakin lebar. "Ne. Lebih baik dari semalam."
"Syukurlah. Kalau begitu sebaiknya Anda makan dulu, aku sudah bawakan sarapan untuk Anda, Pyeongchalnim." (Pak Polisi)
"Jaeyun-ah!" Pintu dibuka begitu saja oleh seorang wanita. Wanita itu berlari dan langsung mendekap Jaeyun erat, tangisnya meledak kuat. Disusul dengan seorang lelaki yang kini berdiri di samping Seo Hee. Paras lelaki paruh baya itu mirip dengan Jaeyun. Seo Hee yakin dia adalah ayah Jaeyun. Lalu tak lama seorang lelaki berseragam pilot dan seorang lelaki dengan setelan suit datang. Keduanya sangat mirip. Seo Hee yakin mereka kembar.
"Dokter Kim," dan si kecil Jina ikut masuk.
"Hai, Dokter Jeon." Jina memeluk Seo Hee singkat.
"Terima kasih sudah menyelamatkan Oppa-ku, Dokter Kim." Ucap Jina dengan senyum mengembang manis.
"Bukan aku, tapi Tuhan." Balas Seo Hee merendah. Ia amati semua anggota keluarga Jeon yang sudah memenuhi ruang rawat Jaeyun. Jaeyun, kedua adik kembarnya dan Jina hampir memiliki kemiripan. Namun Seo Hee juga bisa melihat jika Jina dan Joon Hoo lebih mirip dengan ibu mereka, sementara Jaeyun dan Joon Hoo lebih mirip dengan ayah mereka. Dan sangat kentara sekali jika keluarga ini dipenuhi dengan kehangatan.
"Bukankah Mommy sudah melarang?! Kau tidak boleh menjadi polisi lagi!" Cecar Jira di tengah isakannya setelah melihat kondisi putra pertamanya.
Jaeyun terkekeh geli melihat tingkah kekanakan sang ibu. Ia balas dekapan sang ibu, lantas mengecup kepalanya sekali. "Jadi Mommy ingin aku menyumbangkan seragamku?" Jira berhenti terisak. Ia tatap Jaeyun tajam.
"Tentu saja tidak! Mengapa kau sama menyebalkannya dengan Daddy-mu!" Sungutnya.
"Mengapa aku jadi dibawa-bawa?" Protes Jungkook. Seo Hee terkekeh. Keluarga yang hangat dan harmonis. Sayang, kehangatan kekeluargaan seperti ini tak pernah ia rasakan sejak ia kecil. Dan Seo Hee tak ingin mengganggu kehangatan keluarga ini.
"Geurae. Aku ke sini hanya untuk mengantar sarapan untuk Inspektur Jeon. Selamat beristirahat, Inspektur Jeon. Jika Anda butuh sesuatu, Anda bisa memintanya padaku atau pada perawat yang ada di sini."
"Tentu Jaeyun Oppa lebih memilihmu, Dokter Kim." Celetuk Jina diiringi senyum menggodanya. Membuat semua orang menoleh pada Seo Hee yang kebingungan. Sementara Jaeyun memelototkan mata pada Jina, lalu mengacungkan kepalan tangan diam-diam.
"Oh... Jadi dokter ini yang sudah mencuri hati Jaeyun Hyung? Pantas saja Jaeyun Hyung selalu bersemangat mengantar Jina ke rumah sakit." Joon Hoo ikut menimpali. Membuat Seo Hee semakin merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomansaMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...