Happy reading☆☆☆
.
.
.
Ah Young menarik tuas di pintu kamar Jira. Dan syukurnya berhasil. Sejak kemarin ia dan Yoojung mencoba membuka pintu bercat putih itu, namun tak ada hasil. Jira mengunci diri di dalam kamar sejak kepergian Jungkook. Para orangtua mulai khawatir, sejak semalam Jira belum memakan apa-apa. Itu sebabnya Yoojung dan Ah Young sangat lega saat pintu kamar Jira tak lagi terkunci. Ah Young yang membuka pintu, sementara Yoojung membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas susu, juga beberapa potong buah.
"Ji..." Jira menghela napas sebelum menyahut. Tanpa berniat berbalik menatap ibunya.
"Ne?"
"Kau harus makan, Nak."
"Taruh saja di situ." Potong Jira cepat.
"Tapi, Ji," Jira kembali memotong ucapan Yoojung dengan tindakannya yang berdiri, mendekat pada Yoojung dan Ah Young. Kedua wanita seumuran itu terkejut melihat bagaimana merah dan sembabnya mata Jira. Putri mereka benar-benar kacau dan hancur.
Jira mendudukkan diri di tepi ranjang di depan mereka. "Eomma, Eommonim, bukan aku bermaksud mengusir kalian. Tapi... aku hanya ingin sendiri saat ini." Pinta Jira dengan kepala tertunduk dalam, tak sanggup menatap wajah Ah Young dan Yoojung.
"Kami tak bisa meninggalkanmu sendiri, Nak." Bantah Ah Young. Akhirnya Jira mengangkat kepalanya lantas tersenyum tipis pada kedua ibunya. Senyuman yang bertujuan memberi isyarat pada mereka bahwa dia baik-baik saja, namun juga menyiratkan rasa perih yang tertahan.
"Aku baik-baik saja. Percayalah. Aku hanya ingin sendiri saat ini. Lagipula sebentar lagi Jungkook pulang. Dia sudah menghubungiku tadi." Bohong Jira. Perempuan itu beringsut ke atas ranjang dan berbaring membelakangi kedua ibunya. "Tolong, tinggalkan aku sendiri. Aku janji, jika aku butuh sesuatu, aku akan memanggil Eomma atau Eommonim. Aku hanya butuh ketenangan saat ini. Aku baik-baik saja dan aku masih bisa mengurus diriku sendiri. Pulanglah..." pinta Jira dengan lembut.
Hening untuk sejenak. Ah Young dan Yoojung masih berdiri di hadapan Jira, mengkhawatirkan perempuan itu.
"Aku akan makan, setelah Eomma dan Eommonim meninggalkanku." Helaan napas panjang kedua ibunya terdengar saling bersahutan.
"Geurae, kami akan pulang. Tapi kau berjanji harus baik-baik saja. Harus selalu mengabari kami." Pesan Yoojung sebelum beranjak pergi.
"Eoh, jika butuh apa-apa segera hubungi kami, Ji." Imbuh Ah Young.
"Ne, Eomma, Eommonim. Jangan khawatirkan aku. Aku baik-baik saja." Balas Jira dengan seutas senyum tipis tersemat di bibir. Kemudian suara pintu yang berderit terdengar setelahnya.
Jira terdiam, menatap kosong gorden putih yang menutup pintu kaca balkon kamarnya. Pikirannya kembali menerawang jauh. Menyesali semua yang telah terjadi, meratapi apa yang telah menimpanya. Secara tak sengaja tangannya terarah pada perut, menyentuh perutnya yang kini kembali rata. Benar-benar terasa ada yang hilang dari dirinya.
Sambil terus mencengkeram perutnya, tak sadar Jira meneteskan air mata untuk yang kesekian kali.
Mianhae, Aegi-ya...
Kira-kira beberapa menit kemudian, pintu kamar Jira kembali berderit. Jira tahu siapa yang masuk. Pasti kedua ibunya yang agaknya masih ragu untuk meninggalkannya kendati sudah berpamitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomanceMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...