Chapter 9

85 7 0
                                    


◇◇◇

"Appa sudah pulang?" Tanya Hayoon pada anak-anaknya saat memasuki pelataran rumah, menemukan mobil suaminya terparkir.

"Sepertinya sudah." Jawab Jiho yang saat ini menyembulkan kepala keluar jendela mobil, memastikan ucapan sang ibu. "Cheonsa-ya, ayo turun. Appa sudah pulang." Jiho membuka pintu mobil, membantu Cheonsa turun, lalu kedua bocah itu berlarian masuk ke dalam rumah. Sebelumnya Hayoon mengambil tas Jiho yang anak itu tinggalkan, lalu mengamati mobil Jimin yang berada tepat di depan mobilnya. Mobil itu kosong. Dan kesegala yang ada di dalamnya benar-benar menjelaskan jika Audi itu memang milik suaminya.

Hayoon berjalan masuk ke dalam rumah. Sembari melangkah ia hidupkan ponselnya dan menerima pesan dari Jimin yang mengatakan; jika dia sedang berada di gudang, jangan biarkan Jiho dan Cheonsa masuk karena dia sedang membereskan gudang yang berdebu.
Ya, mungkin ini alasan suaminya itu pulang cepat hari ini. Dia sedang dalam mood ingin beres-beres.

"Appa!" Panggil Jiho begitu Hayoon sudah masuk ke dalam rumah. Jiho sudah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumahan, membuat Hayoon tersenyum karena bocah itu sudah terbiasa dengan hal baik yang selalu ia dan Jimin ajarkan.

Teriakan Jiho tak akan didengar ayahnya, tentu saja. Karena Jimin sedang berada di bagian paling belakang dari rumah besar itu.

"Jiho-ya, Cheonsa-ya, kita makan dulu. Appa sedang di gudang, di sana banyak debu. Kalian tidak boleh ke sana. Di sana banyak penyakit." Ucap Hayoon sembari menyiapkan makan siang untuk kedua anaknya. Jiho mendudukkan Cheonsa tepat di sebelah ia duduk, lalu melipat tangan menyaksikan semua yang dilakukan Hayoon dengan saksama, membuat Cheonsa ikut melakukan hal serupa. Mereka tampak menggemaskan.

"Jika di situ banyak debu, mengapa Appa ke sana? Aku tidak mau Appa sakit."

Hayoon tersenyum lembut pada kedua anaknya. "Appa itu kuat. Kau lupa?" Canda perempuan itu. Berhasil membuat senyuman Jiho terbit setelah raut cemas yang tercetak di wajahnya hilang.

Setelah Jiho dan Cheonsa terlelap di tidur siang mereka, Hayoon segera beranjak dari kamar keduanya.

"Eomma... jangan lupa bangunkan aku jam empat nanti. Aku tak mau Jiyeon menungguku..." desis Jiho. Hayoon sempat kaget dibuatnya. Entah Jiho hanya mengigau atau bocah itu belum sepenuhnya terlelap, Hayoon tidak tahu. Yang pasti, saat dia membacakan dongeng untuk kedua anaknya, Jiho-lah yang pertama kali menutup mata.

"Ne." Balas Hayoon lantas terkekeh lucu.

Sekarang tujuan Hayoon adalah ruang kerja Jimin. Niat awalnya hanya untuk menutup pintunya yang terbuka. Tapi melihat isi di dalamnya agak berantakan, Hayoon tertarik untuk masuk ke sana.

Laci di sudut kanan dari lemari kaca yang terletak di balik kursi Jimin terbuka. Hayoon mendekat, dan benda-benda di sana kosong. Benar-benar kosong dan tak ada yang tersisa. Setahu Hayoon, tempat digunakan Jimin selama ini untuk menyimpan barang-barang dari Sena, dan barang-barang itu sudah tidak ada lagi di sana. Selagi Jimin masih di gudang, tak ada salahnya Hayoon mencari tahu di mana barang-barang itu ia alihkan.

Sekian lama mencari dan tak menemukan apa-apa, Hayoon menarik satu kesimpulan. Maka ia berlari masuk ke dalam kamarnya guna mengambil sesuatu lalu menemui Jimin di gudang.

"Jim..." panggilnya saat Jimin membuka jendela kecil yang ada di gudang itu, sekadar untuk pergantian udara, membiarkan udara masuk untuk mengganti udara pengap yang tersumbat.

Jimin tersenyum saat pelukan dari belakang tubuhnya terasa begitu erat. "Ne?"

"Yogieseo mwohae?" Tanya Hayoon sambil meletak dagu di atas pundak Jimin.

Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang