◇◇◇
10 years later
Dan dari sana lah semuanya berawal. Kehidupan yang sesungguhnya dapat Hayoon rasakan ketika orangtuanya dan orangtua Jimin melepas mereka untuk tinggal berdua. Orangtua Jimin bermukim di Jepang dan orangtuanya bermukim di Jeju. Meninggalkan mereka berdua tanpa ada yang tahu apa yang telah terjadi dengan rumah tangga keduanya. Mereka hanya tahu jika pernikahan Jimin dan Hayoon baik-baik saja dan layaknya pernikahan pada umumnya. Pasalnya, kala mereka hendak meninggalkan pasangan suami istri itu, Hayoon mulai memperlihatkan tanda-tanda adanya kehidupan dalam rahimnya. Tentu mereka berpikir semua baik-baik saja tanpa ada yang berpikir jika semua terjadi justru malah sebaliknya.
"Saengil chukkahae Eomma!" Teriakan dari arah belakang tubuhnya membuyarkan lamunan Hayoon. Perempuan itu tersentak dan tubuhnya agak terdorong kala ada seseorang berhambur memeluknya dari belakang.
"Saengil chukka hamnida... Saengil chukka hamnida... Saranghaneun uri Eomma... Saengil chukka hamnida..." disusul dengan nyanyian merdu para anggota keluarga kecilnya.
"Saengil chukkahae, Eomma." Cheonsa mengecup singkat pipi sang ibu sebelum melepas dekapannya. Hayoon berbalik dan terkesiap kala sebuah kue tart dengan lilin berangka empat puluh lima muncul di hadapan, di atas tangan Jihoon. Matanya berkaca-kaca melihat Jimin, Jiho, Cheonsa dan Jihoon berdiri di hadapannya dengan topi ulang tahun yang lucu, juga terompet yang mereka tiup kala mengucapkan selamat ulang tahun untuknya tadi.
"Hm." Jihoon melirik pada kue di tangan, memberi sang ibu intruksi untuk meniup lilin di atas kue tart tersebut.
Hayoon memejamkan mata, menautkan kesepuluh jemarinya, lalu memanjatkan doa. Tak banyak yang ia pinta. Ia hanya ingin keluarganya tetap bahagia seperti saat ini, serta berdoa agar mereka selalu diberi kesehatan dan perlindungan. Selesai memanjatkan doa, ibu tiga anak itu meniup lilin yang ada di atas kue tartnya.
"Apa doa Eomma?" Tanya Jihoon penasaran.
"Anak nakal tidak boleh tahu." Ucap Hayoon seraya mencubit gemas hidung Jihoon dengan mata menyipit, membuat Jihoon mengerucutkan bibir.
"Aku anak yang paling baik di antara mereka berdua."
"Ya! Semua orang tahu, kau lah anak yang paling nakal. Sejak kecil." Protes Cheonsa tidak terima. Lalu gadis itu tersenyum lebar pada sang ibu, kemudian berhambur memeluknya erat. "Saengil chukkahae, uri yeppeo Eomma... Tenang saja, aku selalu mendoakan semua yang terbaik untuk Eomma. Saengil chukka, Eomma..." Hayoon tersenyum lembut sembari membalas dekapan putrinya.
"Gomapta, Princess..." balasnya. Dan setetes air mata jatuh ke bahu Cheonsa. Cheonsa tahu, ibunya mulai menangis. Maka ia lepas pelukannya dan menghapus lembut air mata Hayoon.
"Ah... Eomma selalu seperti ini..." gerutu gadis itu.
"Apa bedanya denganmu." Timpal Jihoon. Membuat sang ibu terkekeh.
"Jangan pedulikan dia, Eomma..." Cheonsa menatap Jihoon tajam, lalu tersenyum lebar pada Hayoon, mencium kedua pipi perempuan yang telah melahirkannya ke dunia itu dengan penuh kasih sayang. "Saengil chukkahae, Eomma... i love you so bad..."
Kesal, Jihoon meletak kue di tangannya ke atas meja. "Awas!" Ucapnya sambil menjauhkan Cheonsa dari Hayoon.
"Ya!" Cheonsa tak kalah kesal. Ia tendang bokong Jihoon dari belakang. Meski air matanya terus mengalir, namun Hayoon masih bisa tertawa melihat ulah anak-anaknya.
Jihoon memeluk Hayoon erat, tersenyum lebar. "Saengil chukkahae, Eomma... Tetaplah menjadi Ibuku, Ibu yang paling baik dan paling cantik di dunia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomansaMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...