◇◇◇
"Mereka masih tidur?" Tanya Jungkook setelah Jira keluar dari kamar Jeon twin.
"Eoh." Jira mendudukkan diri di seberang Jungkook, di ruang makan. "Apa itu cukup?" Tanya Jira melihat di meja makan mereka hanya ada segelas susu dan roti dengan selai kacang. Sereal gandum cokelat kesukaan Jungkook sudah habis. Ya, kebutuhan bulanan mereka memang sudah menipis. Bahkan beberapa ada yang sudah habis. Mereka tak sempat keluar membelinya karena sibuk mengurus bayi kembar mereka.
"Cukup. Tadi... saat aku mandi, sabun kita hampir habis, dan pasta gigi benar-benar sudah habis."
Jira menaikkan satu alisnya menatap Jungkook curiga. "Jadi kau tidak menyikat gigimu?" Guraunya.
"Micheoseo?! Tentu saja aku menyikatnya!" Sungut Jungkook membuat Jira terkekeh.
"Lalu dengan apa kau sikat gigimu?" Kembali Jira bertanya dengan nada menyelidik.
"Tentu saja dengan pasta gigi, Babe. Kau pikir dengan sabun?" Jawab Jungkook seakan tak berminat menjawab tanya retoris itu.
"Kau bilang sudah habis?"
"Eung, setelah aku memakainya."
"Mian... aku belum sempat membeli yang baru."
"Gwaenchana. Hari ini aku masuk setengah hari. Nanti kita pergi berbelanja bersama Jeon twin."
"Kau yakin akan membawa mereka?" Jira menaikkan satu alisnya lagi, menatap Jungkook - yang fokus sarapan - dengan tidak yakin.
"Dangyeonhaji." Sekarang perempuan itu tersenyum miring. Ya, karena Jungkook yang punya rencana membawa mereka, jadi nanti Jungkook lah yang harus mempertanggung jawabkan rencananya itu.
"Alright." Jawab Jira sambil menyapukan selai kacang ke atas permukaan roti.
"Suap..." pinta Jungkook dengan manja setelah Jira mengunyah rotinya sendiri. Membuat sang istri menatapnya risih. Walaupun Jungkook suaminya, dan Jira sangat mencintai lelaki itu, tetap saja rasa muak Jira terhadap laki-laki itu sedikit tercipta. Tapi hanya di saat-saat seperti ini.
"Shireo!" Tolak Jira dan kembali melanjutkan kegiatannya memoles roti dengan selai.
"Kau tahu, semenjak kita memiliki baby, kau tak pernah lagi memperhatikanku." Sungut Jungkook seraya menggigit kasar roti miliknya. Jira terdiam, mencerna ucapan Jungkook baik-baik.
"Mworagoyo?"
"Kau pasti juga tak sadar jika aku belum memakai dasi." Pandangan Jira turun ke dada bidang Jungkook. Dan benar saja, seragam kantor lelaki itu belum lengkap. Jungkook sendiri sebenarnya tak bermaksud menyinggung Jira. Ia hanya menyampaikan apa yang memang ingin ia sampaikan. Dan dia sendiri tahu, Jira seperti ini karena sibuk mengurus bayi mereka. Mengurus satu bayi saja susah, apalagi dua. Jungkook tahu betul bagaimana susahnya mengurus bayi. Membuat Jungkook mengerti mengapa Hansa melarang Kookie tinggal bersama mereka untuk sementara ini. Tapi Jungkook tidak mau Jira benar-benar melupakannya.
"Mianhae..." desis perempuan itu seraya meletak rotinya ke piring. Jira sendiri juga sadar, dia tadi tidak menyiapkan pakaian Jungkook dan tidak membuatkan Jungkook sarapan. Dia jadi merasa bersalah terhadap suaminya itu.
Jira berdiri, meninggalkan sarapannya begitu saja lalu masuk ke dalam kamar.
"Mau kemana?" Tanya Jungkook heran. Lelaki yang terkadang polos itu tidak terpikirkan jika hati Jira mungkin saja terluka karena ucapannya tadi. Jadi Jungkook melanjutkan sarapannya kembali dengan santai meski dia belum mendapat jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomanceMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...