Chapter 25

83 6 0
                                    


◇◇◇

5 years later

"Yang ini?" Tanya Jiho seraya menunjukkan kunci yang dimaksud sang ayah.

"Hm. Kau bisa?"

"Akan kucoba." Jimin menggeser posisinya, membiarkan putranya mengambil alih pekerjaan yang sedang ia kerjakan. Perlahan Jiho mulai menggerakkan dongkrak yang dipasangkan Jimin pada ban mobil. Dan berhasil.

"Wah... sepertinya kita sudah bisa membuka bengkel." Jimin berucap bangga seraya mengacak sayang rambut Jiho. Sepasang ayah dan anak itu tergelak bersama.

"Tapi aku tak berminat, Appa." Balas Jiho sambil membersihkan tangannya yang dilumuri oli. "Appa tahu, 'kan, aku ingin menjadi apa?"

Jimin tersenyum lebar. "Dangyeonhaji. Appa sangat tahu, dan Appa akan selalu mendukungmu." Jimin menepuk-nepuk sayang puncak kepala Iron Man-nya - yang kini tingginya sudah hampir setara dengan Jimin. Bahkan mungkin ketika anak itu beranjak dewasa nanti, tingginya bisa melebihi tinggi ayahnya.

"Oppa, Jihoon merusak pesawatku..." kadu Cheonsa sambil menyodorkan pesawat mainannya yang kini hanya memiliki satu sayap.

"Mengapa dia melakukan itu padamu, Princess? Kau tidak mengganggunya, 'kan?" Tanya Jimin heran.

"Tentu tidak, Appa. Jihoon sangat suka menggangguku." Rengek Cheonsa putus asa. Ya, anak ketiga Jimin yang diberi nama Park Jihoon itu memang suka sekali mengusili Cheonsa. Dan anak yang dikadukan Cheonsa pada kakaknya itu datang, merebut pesawat Cheonsa yang rusak. Ia pasang kembali sayap yang terlepas itu lalu menyerahkannya pada sang pemilik.

"Perempuan tidak memainkan pesawat, Cheonsa." Dan satu lagi, Jihoon tidak pernah memanggil Cheonsa Noona. Pernah, hanya saja sangat jarang sekali. Bisa dihitung. Cheonsa ingat, Jimin pernah bercerita jika sifat Jihoon sangat mirip dengan sifat ayah Jimin, kakek mereka. Terlalu sekenanya. Jadi tak heran jika dia seperti itu. Hanya saja yang Jimin takutkan, Jihoon akan tumbuh menjadi laki-laki yang tak segan menghajar seseorang jika orang itu melakukan apa yang tidak ia sukai, persis ayahnya.

"Bukan urusanmu!" Cheonsa mendekat pada Jimin dan memeluk laki-laki itu dari belakang. Jihoon tersenyum dan ikut memeluk Cheonsa dari belakang.

"Saranghae, Noona." Jimin mengulum senyum, Cheonsa pun diam-diam ikut tersenyum. Meski dia sering mengusili kakak perempuannya, Jimin tahu, putra terakhirnya itu sangat menyayangi kakak perempuannya. Hanya saja dia terlalu usil, persis seperti Jimin.

"Aku lebih suka melihat kalian bertengkar." Canda Jiho diselingi kekehan. Sontak membuat Jihoon melepaskan dekapannya pada Cheonsa, lalu menarik Cheonsa ke tengah.

"Ayo kita berkelahi." Dan Jihoon sangat patuh pada Jiho. Bocah itu mengangkat kedua tangannya yang terkepal, bersiap mengajak Cheonsa berkelahi.

"Jihoon-aahhhhh, nan shireoooo! Aku perempuan! Kau tidak boleh melawan perempuan! Apppaaa!" Jimin tak menanggapi. Ia tahu putra bungsunya hanya bercanda. Sekali lagi, Jihoon sangat suka mengusili Cheonsa, seperti Jimin yang sangat suka mengusili Hayoon.

"Andwaeyo, Jihoon-ah. Hyung hanya bercanda." Lalu Jiho meraih tangan Cheonsa, ia bawa untuk mendekat padanya. Kemudian melingkarkan tangannya di leher sang adik perempuan. "Kau tahu, dia ini Princess kita. Kita tidak boleh menyakitinya." Jiho mencium sayang kepala Cheonsa yang saat ini tingginya sepinggang laki-laki itu. Merasa tersanjung dengan pujian sang kakak, Cheonsa menjulurkan lidah mengejek Jihoon. Membuat sang adik bersungut.

Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang