Happy reading☆☆☆
.
.
.
"Aku mencintaimu." Jungkook mencium singkat bibir Jira.
Jira tersenyum lebar. Tangannya menangkup kedua rahang tajam Jungkook dan menyorot mata bulat itu lurus. "Aku juga mencintaimu." Balasnya seraya menggerakkan kedua ibu jarinya di rahang Jungkook.
"Ah, ralat." Satu alis Jira terangkat menatap Jungkook tak mengerti. "Maksudku, aku mencintaimu dan calon anak kita." Sekali lagi Jungkook peluk Jira erat. Saat Jira mengerjapkan matanya beberapa kali, saat itulah dia ingat satu hal. Perlahan ia dorong pelan tubuh Jungkook agar menjauh darinya. "Wae?" Tanya Jungkook bingung seraya merapikan poni Jira yang kembali berantakan.
"Aku tidak yakin hasil test pack itu akurat." Lirih Jira. Bibirnya melengkung ke bawah.
"Maksudmu?" Tanya Jungkook tak mengerti. Melihat perubahan air muka Jira membuatnya jadi gusar.
"Aku ingin memeriksanya dengan Jin Oppa." Jawab Jira.
Senyuman Jungkook kembali. "Ah... hanya masalah itu, jangan memasang ekspresi cemas yang berlebihan. Kupikir ada apa tadi. Kajja, kita ke rumah sakit sekarang." Jungkook menggandeng lengan Jira, lalu bersama meninggalkan kantornya setelah merapikan berkas-berkasnya di atas meja. Para karyawan yang melihat mereka keluar dari ruangan tersenyum iri, benar-benar iri melihat sepasang suami istri serasi itu. Senyum ramah pun tak terputus terukir di bibir keduanya. Keduanya sama sekali tidak terlihat angkuh dan menakutkan, malah terlihat hangat dan ramah. Tidak seperti seorang atasan pada umumnya. Para karyawan ingin lebih dekat dengan mereka. Bahkan mereka berbondong-bondong berdiri di depan pintu kaca demi melihat Jungkook dan Jira.
Mobil Jungkook yang ia letak di basement telah terparkir di depan pintu masuk kantor, dibawakan oleh salah seorang security. Lalu Jungkook membukakan pintu mobil untuk Jira, dan keduanya sama-sama masuk ke dalam mobil. Sejak keluar dari kantor hingga tiba di depan kantor, senyuman keduanya tak kunjung memudar. Menjelaskan betapa bahagianya mereka saat ini.
.
.
"Annyeong haseyo... Ada yang bisa dibantu?" Sapa resepsionis saat Jira dan Jungkook berdiri di depan mejanya.
"Apa kami bisa bertemu dengan Dokter Kim Seokjin?"
Jungkook mendengus kasar seraya memutar bola mata kala mendengar nama yang disebut Jira. "Haruskah dengan Jin Hyung?" Bisiknya terdengar jengkel.
"Geureom. Dokter Kim ada di ruangannya." Jawab sang resepsionis hangat.
"Apa dia memiliki jadwal saat ini?" Dan Jira mengabaikan keluhan Jungkook. Bagus sekali perempuan itu. Dia berhasil menyulut api.
"Tidak. Jadwalnya hari ini sudah selesai. Tapi dia masih di ruangannya."
"Ah, geurae. Kamsa hamnida." Ucap Jira sebelum berlalu dari hadapan sang resepsionis.
"Ne, cheonmaneyo..." Jira menggamit lengan Jungkook, sedikit menyeret suaminya itu menuju ruangan Seokjin. Tanpa perlu bertanya di mana posisi ruangan Seokjin berada karena dia sudah tahu.
"Ji-ya, jebal. Kita bisa menemui dokter lain selain Jin Hyung." Protes Jungkook dengan wajah cemberutnya.
"Wae?" Jira menatap Jungkook aneh. Harusnya mereka memang mendatangi dokter yang sudah mereka kenal karena hasilnya akan lebih terpercaya. Tapi penolakan keras Jungkook membuat Jira heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomanceMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...