Happy reading◇◇◇
.
.
.
Tepat saat Jimin keluar dari mobilnya, mobil Hayoon memasuki pelataran rumah. Jimin bersandar pada mobilnya menunggu Cheonsa keluar.
"Appa!" Cheonsa mendatanginya dengan berlari. Jimin berjongkok menyambutnya. Dan tepat, balita itu jatuh dalam dekapan sang ayah. Jimin langsung saja mengangkat tubuh Cheonsa, membawanya dalam gendongan.
"Jim, kau sudah pulang?" Dan langsung saja masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan pertanyaan Hayoon. Hayoon merengut. Lelaki itu memang menyebalkan, tapi tak pernah semenyebalkan ini. Padahal dia tahu betul, Hayoon sangat benci diabaikan.
Ia hela napas kecil, mencoba tersenyum. Lalu menyusul Cheonsa dan Jimin ke dalam rumah.
"Jim, kau kembali ke kantor lagi nanti?" Tanya Hayoon sembari mengambil posisi duduk di atas sofa di seberang Jimin.
"Tidak." Jawab Jimin tak acuh. Dia sibuk membuka bungkus cokelat untuk Cheonsa. Hayoon kembali merengut. Sejak mereka sama-sama tiba, Jimin tak mau menatapnya. Ada apa dengan lelaki itu.
Hayoon berdiri, menghentak satu kakinya lalu berjalan meninggalkan Jimin bersama Cheonsa. Melangkah dengan kaki menghentak yang menimbulkan suara bising, Hayoon tiba di depan kamarnya. Sebelum masuk, dia berbalik dan menatap Jimin lagi. Lelaki itu masih asik dengan putri mereka. Bahkan posisinya sudah pindah membelakangi pintu kamar, seolah benar-benar enggan menatap Hayoon. Hayoon menggeram dan mengepal kedua tangannya erat. Ia masuk ke dalam kamar, dan terdengar suara hempasan pintu yang kuat.
.
.
"Itu akan kau apakan?" Tanya Jungkook saat melihat Jira menyimpan sweater cokelat kecil hadiah Natal untuknya ke dalam sebuah kotak.
"Aku ingin memberinya pada Jungkook kecil." Dahi Jungkook langsung mengernyit. Seperti dia tak setuju dengan ide Jira barusan.
"Sebaiknya tidak usah..." larang Jungkook dengan lembut, takut menyinggung Jira.
"Wae?" Jira menatap Jungkook heran.
"Firasatku mengatakan tidak usah. Jika ingin memberi pakaian padanya, belikan saja yang baru. Toh, tak adil juga rasanya jika hanya dia yang mendapat pakaian. Anak-anak yang lain juga harus dapat. Lagipula... sweater ini bukan untuk anak seumuran dia, kurasa." Terang Jungkook.
Jira membawa dirinya duduk di pinggir ranjang seraya menatap nanar kotak yang ia pegang. Ucapan suaminya memang benar. Tapi ada perasaan lain di hatinya, yang selama ini ia pendam sendiri. "Tapi kurasa... sweater ini tak akan berguna jika kita simpan di rumah ini, Jung..." Ucap perempuan itu putus asa. Diam-diam menyeka matanya yang mendadak menjadi basah.
"Suatu hari, akan ada bayi yang akan memakai sweater itu. Bayi dari rahimmu. Percaya padaku, Sayang. Kita hanya perlu bersabar untuk menunggu." Ucap Jungkook seraya menarik tubuh Jira masuk ke dalam dekapannya, lantas mengusap rambut wanita itu dengan sayang.
.
.
.
Cukup lama menunggu Jimin mengajaknya bicara dan hasilnya sia-sia, Hayoon memilih keluar dari kamar. Jimin tampaknya masih belum memiliki niat untuk memulai konversasi dengannya. Jelas saja, karena lelaki itu yang mengibarkan bendera dan menyatakan perang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomansaMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...