Happy reading☆☆☆
.
.
.
"Kajja." Jungkook dengan tidak sabarannya menarik tangan Jira untuk keluar dari mobil. Awalnya Jira terlihat biasa saja, tampak tidak terlalu tertarik dengan tempat yang akan mereka kunjungi. Namun setelah mereka masuk ke dalam ruangan yang bisa dikatakan ruang tamu itu, air muka Jira berubah murung. Ia melihat ada banyak anak-anak dengan berbagai macam usia berada di sana. Cukup membuat suasana hatinya keruh.
Hansa, si pemilik panti asuhan pun memunculkan diri. "Annyeong hasimnikka... ada yang bisa kubantu?" Tanya Hansa dengan hangat.
Jungkook dan Jira membungkuk sopan lalu tersenyum hangat. "Aku ingin melihat anak-anak di sini." Hansa tersenyum lebar. Dari penampilannya, ia terka Jungkook dan Jira adalah sepasang mahasiswa yang ramah dan hangat. Barangkali ingin berbagi di sini.
"Tentu. Anda boleh melihat anak-anak yang ada di sini." Jawab Hansa penuh kehangatan.
"Kajja." Jungkook menggandeng tangan Jira, membawanya menelusuri Jjomool Kingdom.
Pertama, mereka melihat-lihat anak yang sedang asik bercanda di ruang bersantai, di depan televisi. Mereka terlihat begitu akur. Lalu mereka melihat sekumpulan anak perempuan yang memainkan boneka-boneka mereka. Hingga langkah mereka terhenti di depan ruangan di ujung lorong.
"Ingin masuk ke dalam?" Tanya Hansa yang sedari tadi menuntun Jira dan Jungkook. Jungkook mengangguk.
Begitu pintu dibuka, deretan box-box bayi terlihat. Ada yang sedang tidur, dan ada yang sedang duduk sambil bermain dengan mainannya. Tidak banyak memang. Kira-kira ada lima bayi di sini. Perhatian Jira tertuju pada bayi di box ujung dekat jendela. Bayi laki-laki itu berdiri memegang pinggiran box, menatap Jira dan Jungkook dengan lekat. Perlahan Jira mendekatinya dan menggendong bayi itu.
"Kami masih belum memberikan nama untuknya. Dia begitu tampan, bukan?" Puji Hansa.
"Hm. Kenapa dia belum diberi nama? Anak-anak di sini sudah memiliki nama semua, 'kan?" Tanya Jira. Ia tersenyum hangat melihat bayi dalam gendongannya yang tak henti-hentinya tersenyum padanya.
"Yang lain sudah. Hanya dia yang belum. Dia baru kami temukan semalam. Ada seseorang yang meletakkannya di depan panti."
Jira menatap iba bayi laki-laki itu yang kini tengah tersenyum padanya. Ia kecup puncak kepala bayi itu dengan sayang. "Mengapa banyak sekali manusia yang tidak pernah bersyukur di dunia ini..." lirih Jira dengan tatapan sendu. Membuat Hansa menatap padanya dengan haru. Merasa tersentuh dengan kalimat wanita itu.
"Chankkamanyo..." Jungkook pergi, meninggalkan Jira bersama Hansa. Ada sesuatu yang ingin ia ambil di dalam mobil. Juga memberi waktu untuk Jira dan Hansa untuk saling berbagi cerita, mengakrabkan diri. Jungkook berlalu, kedua perempuan itu keluar dari ruangan bayi dan duduk di sofa ruang tengah.
"Ya, mereka belum siap menjadi orangtua, tapi sudah melakukan apa yang dilakukan oleh sepasang suami istri." Belum siap menjadi orangtua? Jira jadi teringat, itu alibi yang selalu ia ucapkan kala Jungkook menginginkan dirinya, dulu. Jira tersenyum lirih. Tuhan benar-benar membuatnya belum siap menjadi orangtua. Padahal, itu dulu hanya alibinya saja, tidak sungguhan ia inginkan dari hati. Hal ini membuat Jira sadar, bahwa seremeh apa pun sebuah ucapan, pasti akan didengar Tuhan. Kembali lagi dia menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi pada ia dan Jungkook kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomanceMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...