Chapter 13

146 15 1
                                    


Happy reading

☆☆☆

.

.

.

3 months later

Jimin dengan penuh kehati-hatian memutar knop pintu. Ia longokkan kepalanya ke dalam ruangan di depannya dan mendapati Hayoon tengah memperhatikan Jiho sekaligus Cheonsa yang sedang terlelap. Jimin tersenyum. Tanpa membiarkan ada suara derit, ia tutup pintu itu dan langsung memeluk Hayoon dari belakang. Hayoon terkesiap, nyaris menjerit jika tidak ingat Jiho dan Cheonsa yang baru saja tidur. Ia berdecak sebal lantas menyikut Jimin kuat. Jimin tertawa kecil lalu mencium pipinya.

Hayoon berbalik lantas mendengus, memandang Jimin datar seraya berkacak pinggang. "Tidak adakah pekerjaan lain selain mengejutkanku?!" Gerutunya sebal. Jimin malah menggeleng polos. Kedua sudut bibirnya terlihat tertahan untuk melengkung. Hayoon menoleh ke belakang sejenak, memastikan bahwa kedua anaknya tidak terganggu mendengar omelannya barusan. Lalu saat ia kembali menoleh ke depan, tahu-tahu wajah Jimin sudah tak berjarak lagi dengan wajahnya. Ujung hidung mereka saling bersentuhan. Dan itu membuat Hayoon nyaris memekik lagi. Bahkan saat Jimin sedikit memajukan bibirnya, bibir mereka sudah bersentuhan. Hayoon menatap Jimin tajam. Ia dorong bahu Jimin agar menjauh darinya.

"Aku sudah bilang, 'kan, jangan,"

"Aku akan selalu mengejutkanmu karena itu sudah menjadi hobi baruku sekarang." Jimin mengecup singkat bibir Hayoon. Hayoon memutar bola matanya jengah. Ia tepis tangan Jimin yang merengkuh pinggangnya. Ia benar-benar kesal dengan tingkah lelaki itu.

Jimin membiarkan Hayoon keluar dari kamar anak-anak mereka. Ia mendekat pada ranjang dan mengecup dahi Jiho sambil mengusap sayang kepala putranya. Lalu beralih pada box Cheonsa. Ia sedikit membetulkan posisi selimut putrinya. Mungkin Cheonsa terusik mendengar percakapan ia dan istrinya tadi hingga membuat putrinya itu bergerak kecil. Lalu melakukan hal yang sama seperti pada putranya, mengecup sayang dahi putrinya. Kemudian berlari mengejar Hayoon.

Hayoon kembali tersentak saat tangannya hendak memutar knop pintu karena suaminya yang lagi-lagi mengejutkannya. Jimin memeluk Hayoon dengan erat dari belakang. Bahkan membuat tubuh Hayoon sedikit tertarik ke belakang. Dengan cepat Hayoon berbalik dan menatap Jimin tajam.

"Ya! Park Jimin," Jimin membungkam Hayoon dengan ciumannya. Dengan cepat Hayoon menjauh.

"Hobi Park Jimin adalah mengejutkan Park Hayoon." Ucap Jimin lantas mengerling genit pada Hayoon. Hayoon berbalik hendak masuk ke dalam kamar, namun Jimin menutup matanya dengan tangannya.

"Apa lagi, Jim?!" Kesal Hayoon.

"Aku akan memberimu sesuatu, jadi kau juga harus memberiku sesuatu nanti." Jimin menyeret tubuh Hayoon sembari menutup matanya. Dia yang menuntun kemana Hayoon harus melangkah.

"Jim, jebal. Ini waktunya tidur. Kau sama sekali tidak lucu. Berhenti membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu. Aku ingin tidur." Hayoon mengernyit saat mendengar suara sebuah pintu berderit. Ia duga Jimin sedang membuka pintu, tapi pintu yang mana?

Ia rasakan kakinya yang tak beralas memijak rumput halaman belakang yang basah terkena embun. "Jim, kau tidak ada niat untuk menceburkanku ke kolam, 'kan?" Selidik Hayoon curiga.

"Ada, sedikit. Bukan menceburkanmu, tapi menceburkan kita berdua."

"Ya!" Hayoon berusaha berbalik, namun tak bisa karena Jimin menahan tubuhnya dari belakang. Ia menggerakkan tangan ke belakang, hendak menggapai rambut suaminya, namun Jimin mengelak.

Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang