Chapter 7

226 19 1
                                    

Ponsel Jimin yang ia letak di atas nakas berdering. Sebelum deringnya bertambah kuat, lekas Jimin ambil dan ia terima panggilan itu. Ia tak mau suara itu membangunkan anaknya yang baru tidur. Apalagi Cheonsa. Di usianya yang sekarang Cheonsa sedang senang-senangnya bermain, selalu ingin menghabiskan waktu bersama orangtua dan kakaknya hingga tengah malam. Jimin tak masalah. Hanya saja, ia tak mau putrinya kelelahan lantaran terlalu banyak bermain. Terpaksa ia keluar dari kamar anaknya guna berbicara dengan seseorang di seberang. Ia sempat jengkel, beranggapan bahwa orang yang menghubunginya di saat nyaris tengah malam ini tak memiliki attitude, mengganggu jam istirahatnya. Namun saat melihat ID Kwon Soon Young tertera pada display ponsel, Jimin tahu tak ada alasan untuk abai pada panggilan tersebut. Menurutnya ini penting.

"Yeoboseo?" Sapanya lembut.

"Ne, yeoboseo. Dengan Tuan Park?"

"Ne."

"Ah, maaf mengganggu, Tuan. Aku hanya ingin memberitahu bahwa Tuan Jeon berada di rumah sakit di Downtown, Los Angeles, saat ini." Beritahu Soon Young dari seberang.

"Ne?!" Pekik Jimin terkejut. Bahkan dia menampar-nampar kecil pipinya berharap kesadarannya akan segera kembali, kendati dia benar-benar sedang sadar total sekarang.

"Ye. Dia masuk rumah sakit pukul sepuluh pagi tadi."

Dan Soon Young mulai menceritakan kronologi beserta kabar apa saja yang ia ketahui mengenai Jungkook yang tiba-tiba berada di rumah sakit Amerika.

"Geurae. Aku akan mengabari keluarga Jungkook. Terima kasih atas informasinya."

"Ne. Selamat malam, Tuan. Maaf mengganggu." Sambungan terputus.

"Ya! Apa yang dilakukan anak itu di sana?!" Gumam Jimin tak habis pikir.

"Wae geurae?" Hayoon bertanya dari ambang pintu kamar anak mereka. Ia baru berani bertanya setelah sambungan Jimin terputus, takut mengganggu tadi. Jimin menarik tangan Hayoon. Membawanya keluar dari kamar dan duduk di ruang bersantai.

"Jungkook... masuk rumah sakit, di Los Angeles." Mata Hayoon melebar. Bibirnya sedikit terbuka mendengar kabar tak terduga ini - yang sontak ia tutup dengan telapak tangan.

"A-apa yang terjadi? Bagaimana bisa?" Matanya mulai digenangi cairan bening efek rasa khawatir yang begitu besar.

"Dia jatuh dari lantai tiga gedung Hong Enterprises." Hayoon mengusap wajah gusar. Ia langsung teringat Jira. Bagaimana cara menghubungi adiknya itu. Hayoon tidak tahu di mana Jira kini. Menghubunginya pun sangat susah sekarang.

"Bagaimana bisa?" Tanyanya masih setengah tidak percaya.

"Tidak ada yang tahu. Karyawan di sana hanya tahu Jungkook sudah berada di bawah dengan kondisi mengenaskan." Hayoon mengambil ponselnya yang kebetulan berada di atas meja di depan mereka. Ia hubungi Jira berkali-kali, namun hasilnya tetap sama. Jira masih menonaktifkan ponselnya.

"Ayolah, Ji! Angkat!" Kesalnya.

"Kemana dia? Mengapa di saat seperti ini dia malah tidak mengaktifkan handphonenya." Jimin mulai geram. Hayoon mengusap wajah frustrasi, kemudian menyandarkan tubuh di sofa dengan mata terpejam. Menekan pelipis agar tidak memikirkan hal yang macam-macam.

"Ah... mereka masih labil. Belum bisa menyelesaikan masalah sendiri. Baru masalah pekerjaan seperti ini saja sudah kalang kabut." Desis Jimin. Hayoon diam membenarkan.

"Jadi sekarang bagaimana?" Tanya Hayoon gusar. Jimin memikirkan; jika dia menemani Jungkook di Los Angeles, dia tak mau meninggalkan anak dan istrinya di rumah. Mereka baru saja bersatu, belum genap seminggu malah. Tak mungkin Jimin berpisah dengan mereka lagi. Jika ia bawa anak dan istrinya, bagaimana dengan putranya yang baru akan masuk sekolah besok? Tidak mungkin dia tidak hadir di hari pertamanya sekolah. Tapi Jimin juga mengkhawatirkan Jungkook setengah mati. Jungkook dibawa ke rumah sakit pukul sepuluh pagi. Sekarang sudah pukul sepuluh malam. Berarti sudah setengah hari Jungkook belum sadar. Jimin khawatir. Ia tak ingin orang yang disayanginya mengalami tidur panjang lagi. Ia benar-benar tidak mau.

Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang