Happy reading☆☆☆
.
.
.
"Jweoseonghamnida..." sesal Jimin sembari sesekali membungkuk pada orang-orang yang telah Hayoon tabrak. Perempuan itu berlari di tengah-tengah keramaian bandara. Tak peduli dengan orang-orang yang menatapnya jengkel lantaran beradu dengan tubuhnya. Hayoon benar-benar tak sabar lagi ingin bertemu anak-anaknya. Sengaja hari ini dia mengenakan flat shoes. Kemungkinan untuk jatuh tipis. Lain cerita jika dia memijak lantai yang licin.
"Jiho-ya! Cheonsa-ya!" Pekik Hayoon saat melihat kedua anaknya duduk dengan polos di bangku tunggu. Melihat Hayoon berlari ke arahnya, Cheonsa melompat dari bangkunya.
"Bogoshipeo!" Hayoon berjongkok di depan Jiho dan Cheonsa, lalu Cheonsa memeluk erat leher ibunya itu dengan erat. Mata Hayoon mulai berkaca-kaca lantaran rasa rindu terhadap kedua anaknya akhirnya terobati. Melihat Jimin sudah berdiri di belakang Hayoon, Cheonsa melepaskan pelukannya lalu beralih memeluk kaki Jimin. Jimin tersenyum lantas menggendong Cheonsa. Ia dekap erat seraya menciumi kedua pipi gembul itu bertubi-tubi. Membuat Cheonsa terkikik geli. Tawa putrinya ini benar-benar Jimin rindukan. Berkali-kali ia cium pipi putrinya demi mengobati rindunya pada buntalan menggemaskan itu. Bahkan saking gemasnya ia, Jimin menggigit kecil pipi Cheonsa, membuat kikikannya semakin bertambah.
"Jiho-ya, kau tak ingin memeluk Eomma? Cheonsa saja mau. Kau kalah dengannya." Tanya Hayoon.
"Aku sudah besar, Eomma. Aku akan ditertawakan orang-orang jika aku memeluk Eomma di tempat ramai seperti ini." Hayoon melongo. Hyun Shik dan Young Eun juga berjengit heran. Selama di Jeju mereka tak pernah mengajari Jiho seperti itu.
Tak sengaja, pandangan Jiho naik, bertemu dengan wajah Jimin yang menatapnya datar, sarat peringatan. Jimin sengaja memperingati putranya - melalui tatapan - agar Jiho tak merasa dewasa terlalu dini. Jiho masih tujuh tahun, namun dia bersikap seolah-olah usianya sudah remaja. Jimin tak mau Jiho dewasa sebelum waktunya.
Merasa bersalah, Jiho menundukkan kepalanya sejenak. Lalu ia angkat kembali dan tersenyum lebar seraya memeluk Hayoon erat. Barulah Jimin tersenyum dan kembali bermain dengan Cheonsa.
"Kami akan merayakan Natal di sini." Beritahu Young Eun. Mengalihkan perhatian keluarga Park, dan semuanya tampak antusias.
"Yeay!" Seru Jiho dan Hayoon girang. Jimin tersenyum simpul, sementara Cheonsa bertepuk tangan. Meski balita itu tak mengerti apa yang terjadi, namun melihat orang-orang di sekitarnya berteriak girang, dia ikut kegirangan.
.
.
Begitu pintu terbuka, Cheonsa langsung berlari memeluk kaki Jira yang tampak asik menghias pohon Natal di sudut ruang keluarga apartemen bersama Jungkook. Sedikit membuat perempuan itu berjengit kaget.
"Cheonsa-ya! Bogoshipeo!" Jira sontak mengangkat tubuh Cheonsa, mendekapnya erat, dan Cheonsa mendekap leher Jira tak kalah eratnya. Sementara Jiho dan Jiyeon bergantian berhigh five dengan Jungkook. "Whoa... kau sudah bisa berlari." Jira menoleh ke belakang, Hayoon dan Jimin sudah duduk di sofa bersama seseorang yang tak mereka kenal.
Kehadiran Jimin, Hayoon beserta kedua anak mereka dan Jiyeon guna menitipkan ketiga bocah itu pada Jira dan Jungkook karena mereka harus ke Jepang. Hyun Shik dan Young Eun memang sedang berada di Busan, tapi saat ini mereka tengah berada di Seoul, ada pertemuan dengan kolega mereka di sana, dan akan menyusul ke Jepang setelah pertemuan tersebut. Seung Cheol - sosok asing yang ikut berkunjung ke apartemen Jira dan Jungkook bersama pasangan Park - sebenarnya sudah memiliki seorang baby sitter untuk menjaga putri tunggalnya. Namun karena Jiyeon ingin bersama Jiho dan karena orangtua Jiho juga akan pergi ke Jepang, jadilah ketiga bocah itu dititipkan di apartemen Jungkook dan Jira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomansaMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...