◇◇◇
"Palli..." titah Yoongi seraya menarik lembut tangan Sehyun.
"Shireo..." tolak Sehyun dan kembali bergelung dalam selimut.
"Aku tak ada waktu lagi, Hyun-ah."
"Aku sudah bilang, 'kan, aku tidak mau pergi dari sini!" Bukan karena Sehyun telah mengingat semuanya perempuan itu bisa berkata demikian. Dia bisa bicara seperti itu karena tadi, sebelum Sehyun masuk ke dalam kamar, ia dan Yoongi sudah membahas ini. Namun Sehyun lagi-lagi menolak. Dia berdalih jika dia betah di sini.
"Sehyun-ah, jebal. Aku tidak bisa lama-lama di sini." Ya, jelas mereka tidak bisa berlama-lama di sini. Keadaan akan kacau bila mereka tak kunjung pergi. Bisa-bisa saham PJ Corp Korea Selatan akan turun drastis jika orang-orang tahu bahwa Im Sehyun masih hidup. Yoongi hanya sedang menghindari itu saat ini.
Sehyun meringis, terpaksa ia berjalan dengan langkah gontai masuk ke dalam kamar mandi guna bersiap-siap. Yoongi segera keluar dari kamar untuk menyiapkan perlengkapan mereka. Tidak semua barang yang ada di rumah ini Yoongi bawa. Hanya beberapa berkas pekerjaannya saja. Yoongi akan menyewa jasa seorang helper untuk mengurus rumah ini. Karena dia berpikir, suatu hari nanti dia akan kembali ke sini. Jadi yang perlu ia siapkan hanya berkas-berkas pekerjaannya, Sehyun dan dirinya sendiri. Jimin juga akan menemaninya di sana selama satu bulan nanti. Dan masalah tempat tinggal mereka di Paris, Yoongi juga sudah menyiapkannya lengkap dengan semua furnitur yang diperlukan. Semuanya benar-benar sudah ia persiapkan dengan matang.
"Aku sudah selesai." Yoongi mengalihkan pandangannya dari ponsel, menatap Sehyun yang sudah berdiri di depan ia duduk. Hampir satu jam ia menunggu gadis itu. Agaknya Sehyun memang sengaja mengulur waktu.
"Jihyun..." desis Yoongi tanpa sadar, dengan tatapan kosong menatap wajah Sehyun. Yang ada dalam netranya saat ini hanya Kim Jihyun yang tampak seperti biasanya, bukan Im Sehyun. Dia benar-benar merasa melihat Jihyun. Tersadar, Yoongi segera mengalihkan pandangan. Mungkin karena ia sedang memikirkan kenangan yang pernah tercipta di rumah ini bersama mendiang Jihyun dulu, itu sebabnya melihat Sehyun membuat Yoongi serasa melihat mendiang istrinya. Dan demi melindungi gadis Im itu, Yoongi rela meninggalkan semua kenangan indah yang pernah ada di rumah ini. Dan ini, konyol.
"Ne?" Tanya Sehyun bingung. Mendapati Yoongi yang menatapnya seolah dia pernah mati lalu hidup kembali membuat Sehyun merasa ada yang aneh pada suaminya itu.
Yoongi menggeleng singkat. "Ani." Lalu ia berdiri dari duduknya. "Sudah selesai, 'kan?" Sehyun mengangguk-angguk. "Kajja." Yoongi memberi lengannya pada gadis itu agar ia gandeng, dan digamit Sehyun dengan erat.
●●
"Tidak boleh lebih dari satu bulan." Peringat Jiho rerhadap sang ayah. Membuat laki-laki itu tersenyum sambil mengacak sayang rambut hitam Jiho.
"Ne, arraseo." Balas Jimin tanpa memudarkan senyumnya. "Tidak mau memeluk Appa?" Detik itu juga Jiho langsung berhambur memeluk Jimin, melingkarkan tangannya erat-erat di leher laki-laki yang sedang berjongkok di depannya. "Masuklah." Ucap Jimin setelah mereka melepaskan pelukan mereka. Jiho mengangguk. "Ingat semua pesan Appa. Dengarkan semua yang diperintahkan Eomma, jangan pernah membantah Eomma." Jiho mengangguk lagi. Jimin mengacak rambut putranya sekali lagi - yang langsung dirapikan Jiho lantaran tak ingin rambutnya terlihat berantakan. Lagi-lagi membuat Jimin terkekeh akan tingkah anak laki-lakinya itu. "Bye bye!" Jimin melambaikan tangannya. Ia berdiri lalu tersenyum lebar, menatap Jiho yang berjalan dengan kepala tertunduk hingga punggung mungil itu menghilang ditelan keramaian murid sekolah dasar Busan International School. Jimin berbalik, lalu masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomantikMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...