Happy reading☆☆☆
.
.
.
"Jika memang kau ingin mengajakku menjenguk Sehyun, kau harus menuruti permintaanku." Hayoon yang sedang menyiapkan keperluan Cheonsa menghentikan kegiatannya dan menatap Jimin penasaran.
"Mwonde?" Jimin bersandar pada tembok di depan Hayoon sambil melipat tangan.
"Iya, atau tidak?" Tekan pemuda dua orang anak itu. "Aku tak mau berkata banyak. Iya atau tidak, pilihannya ada padamu, Nyonya Park." Hayoon berpikir sejenak. Akhir-akhir ini Jimin berubah menjadi sosok penuh misteri. Lelaki itu terlalu banyak menciptakan teka-teki. Hayoon jadi berpikir; jika dia menolak, belum tentu Jimin mau memberitahu tujuan lelaki itu memberi pilihan. Dan jika dia terima, tidak mungkin Jimin akan mencelakainya.
"Eoh. Apa pun itu aku setuju asal kau mau menjenguk Sehyun." Putus Hayoon.
"Geurae. Siapkan saja semua keperluan Cheonsa lengkap selengkap-lengkapnya." Dengan dahi berkerut Hayoon memandang Jimin yang tersenyum menang lalu beranjak keluar dari kamar anak-anak mereka.
.
.
"Jim... kau bilang kita akan menjenguk Sehyun?" Tanya Hayoon bingung. Jalan yang ditempuh Jimin adalah jalan menuju apartemen Jira dan Jungkook, bukan jalan menuju rumah sakit tempat Sehyun dirawat.
Jimin tersenyum seraya mengedik angkuh, abai pada rasa penasaran sang istri. "Pilihanmu, ya, Honey. Jadi jangan banyak tanya. That's your choice." Hayoon mendengus panjang. Lalu menolehkan kepala ke kursi belakang. Tampak Jiho sedang asik bermain dengan Cheonsa.
Mereka tiba di depan apartemen Jira dan Jungkook. Sebenarnya Hayoon senang Jimin membawanya kemari karena mereka sudah lama tak bertemu. Semenjak Jungkook mengikuti terapi patah tulangnya, pasangan itu sering berkunjung ke Los Angeles. Mengurangi waktu Hayoon untuk bertemu dengan adiknya itu.
"Appa, aku rindu Uncle Jung." Kadu Jiho pada sang ayah. "Dia sudah sembuh, 'kan?" Tanya bocah itu pada Jimin yang sedang memasukkan sandi apartemen. Sandi utama mereka memang tahu. Namun sandi untuk kamar sang empunya tentu Jimin dan Hayoon sama sekali tidak tahu. Terlalu banyak smartlock dalam apartemen ini. Semuanya mereka ketahui sandinya. Hanya sandi ruangan si pemilik saja yang tidak mereka ketahui.
"Eoh, kau akan bertemu Uncle Jung sekarang." Jimin menggenggam tangan Jiho membawanya masuk. Diekori Hayoon yang berjalan cepat menelusuri apartemen yang dibangun di kawasan real estate. Dia tak membawa apa-apa karena Cheonsa dalam gendongan Jimin. Sedang Jiho mendorong stroller adiknya.
"Ji!" Pekik Hayoon antusias.
"Ji-ya!" Pekiknya lagi karena tak kunjung ada sahutan.
"Apa mereka pergi?" Gumam Jimin seraya mendudukkan diri bersama kedua anaknya di ayunan besi di teras balkon.
"Chankkaman," Hayoon mendelik, mendengar suara sesuatu. Jimin duduk dengan tegap dan menajamkan pendengaran. Berusaha mendengarkan apa yang didengar Hayoon walau nyatanya rungunya tak menangkap suara apa-apa.
Hayoon membulatkan mata lantas berlari menuju kamar mandi utama apartemen. Perempuan itu berlagak seolah dia wanita muda yang belum pernah melahirkan dua orang anak, bertingkah layaknya remaja labil dengan tingkah berlari ke sana kemarinya mengelilingi apartemen. Kebetulan pintu kamar mandi sedang dibuka. Hayoon segera ke sana dan berdiri di ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomansMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...