Chapter 8

71 6 4
                                    


Happy reading

-||-

.

.

.

"Aku Min Yoongi, suamimu." Ucap Yoongi dengan senyum semanis gula khasnya. Laki-laki itu mengucapkannya saat mata Sehyun terbuka, dan seluruh nyawanya sudah terkumpul di raga. Raut pertama yang diperlihatkan Sehyun adalah rasa tidak percaya. Namun dengan segera Yoongi raih tubuhnya dan memperlihatkan cincin di jari manis perempuan itu. Sehyun mengulum senyum. Ia beringsut, menyurukkan kepala di dada Yoongi. Dia benar-benar tidak tahu siapa lelaki yang berbaring di sebelahnya ini. Tapi dia merasa nyaman berada di dekatnya, sangat nyaman. Setiap harinya dia selalu menanyakan siapa Yoongi dan mengapa dia ada di rumahnya. Jadi, sebelum dia bertanya, Yoongi akan lebih dulu menjawab.

"Mandi dan bersiap-siaplah. Aku harus ke kantor hari ini."

"Kau bekerja di kantor?"

"Hm."

"Apa yang akan kau lakukan di sana?"

"Aku akan mengurus kepindahan kita."

"Pindah? Memangnya kita akan pindah kemana?" Tanya Sehyun dengan vokal yang terdengar terkejut.

"Maka dari itu, cepatlah bersiap-siap. Aku juga tidak tahu kita bisa pergi atau tidak."

Sehyun semakin mengikis spasi dengan Yoongi. "Aku nyaman di sini. Tidak bisakah kita tetap di sini?" Pinta wanita itu.

Yoongi membingkai wajah perempuan itu - yang bisa dikatakan sempurna - dengan kedua tangannya. "Turuti saja perkataanku." Sehyun mengulum senyum, berhasil membuat jantung Yoongi berdegup cepat. Mengingat bagaimana perempuan itu selalu tersenyum licik padanya - dulu - membuat Yoongi sadar sekarang, bahwa perempuan itu sebenarnya cantik, bak malaikat jika dia meninggalkan sifat iblisnya, seperti sekarang. Ya, Sena cantik. Tentu adiknya juga cantik. Hanya saja, dulu, paras cantik itu dibalut sifat iblisnya. Membuat Yoongi tak akan pernah mengakui kecantikan gadis itu. Tapi lain halnya dengan sekarang.

Dan degup di jantung Yoongi semakin menjadi-jadi kala Sehyun mengalungkan tangannya di leher Yoongi, mencium leher lelaki itu dengan lembut, menghirup aroma citrus tubuhnya untuk ia ingat walau ia tahu dia tak akan pernah bisa.

Yoongi masih diam. Dia tidak mencintai perempuan ini, jadi untuk apa ia balas perlakuannya. Rasa untuk Jihyun masih tersimpan jelas di hatinya. Jadi, Yoongi menjauhkan diri dan segera duduk, menghentikan tindakan perempuan itu agar tidak semakin jauh lagi. Dia takut lepas kendali dan apa yang tak pernah ia inginkan terjadi. Membiarkan perempuan itu tinggal bersamanya dan ia urus sendiri tidak lebih hanya karena rasa iba, bukan cinta. Yoongi tahu betul perasaannya.

"Aku buru-buru. Cepatlah bersiap-siap. Hari ini aku ada rapat." Ucapnya kembali mengingatkan.

"Mengapa aku harus ikut?"

"Aku tak bisa meninggalkanmu sendiri."

"Aku tahu aku mempunyai kekurangan, sangat tahu." Yoongi mendesah kecil saat nada suara Sehyun terdengar lirih. Dia yang tadinya duduk di pinggir ranjang - membelakangi perempuan itu - kini berbalik menatapnya. "Tinggalkan saja aku. Aku terlalu menyusahkanmu." Sehyun turut mendudukkan diri, membelakangi Yoongi.

"Bukan. Bukan karena itu." Yoongi menarik tubuh Sehyun, ia dudukkan di pangkuannya. Lalu tangannya kembali menangkup wajah perempuan itu dengan lembut. "Tapi karena aku tidak mau kehilanganmu. Itu sebabnya aku selalu ingin kau bersamaku." Bohong. Yoongi jelas-jelas sedang berbohong. Itu hanya kalimat penenang untuk Sehyun. Yoongi berjanji dengan hatinya tak akan pernah mengucapkan kalimat penenang semacam itu lagi. Dia hanya mengucapkannya untuk menenangkan Sehyun, bukan karena dia mencintai Sehyun. Yoongi berjanji dan bersumpah.

Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang