◇◇◇
"Eomma..." desis Cheonsa. Ia segera beringsut dan masuk ke dalam pelukan Jimin. Ya, memang seperti itu kebiasaan balita itu setiap pagi. Di saat dia baru bangun, dia akan memanggil Hayoon. Namun saat sadar Hayoon sedang tidak bersamanya, buru-buru ia beringsut mendekat pada Jimin.
Tidur Jimin sedikit terusik karena Cheonsa. Membuat ia terbangun dan tersenyum saat melihat Cheonsa kembali tertidur dengan kepala yang balita itu sandarkan di dadanya. Jimin ikut kembali memejamkan mata seraya memeluk sang putri dengan erat. Karena ini hari libur, mereka tak ada jadwal untuk ke kantor. Ini waktu senggang keduanya.
Kira-kira hampir dua jam kemudian, Jimin kembali terbangun. Dilihatnya Cheonsa juga sudah bangun dengan tangan yang memain-mainkan botol susunya yang kosong.
"Merindukan Eomma?" Cheonsa berhenti bermain, ia menolehkan kepala menatap Jimin dengan mata bulatnya.
"Eung."
"Kalau begitu mandi dulu. Setelah itu kita telepon Eomma." Balita itu tersenyum dan dengan segera mendudukkan diri, pertanda jika dia sudah tak sabar ingin melihat wajah ibunya. Ya, meski di awal Cheonsa selalu menolak untuk bicara atau melihat wajah sang ibu, namun setelah enam hari berada di sini Cheonsa selalu meminta Jimin untuk menghubungi Hayoon.
"Kau ingin sarapan apa?" Tanya Jimin sambil menuangkan susu Cheonsa ke dalam botol milik putrinya itu. Lantaran tak bisa menyebut nama makanan yang sedang ia inginkan, Cheonsa hanya bisa menunjuk sebuah kotak yang terdapat di atas meja, yang isinya sudah habis. "Ah... cup cake blueberry?" Balita itu mengangguk. "Okey, setelah ini kita keluar membeli cakemu." Cheonsa mengangguk dan kedua tangannya terulur menyambut susu yang sudah dibuatkan sang ayah. Jimin duduk di sebelah Cheonsa, juga menyantap sarapannya dengan senyum lebar menatap Cheonsa. Tangannya terulur mengusak gemas rambut sang putri.
●●
"Beli di sini, 'kan?" Tanya Jimin pada Cheonsa kala mereka keluar dari taksi. Cheonsa mengangguk girang. Mereka mendatangi toko kue yang menjual berbagai macam makanan manis. Di toko ini pulalah Jimin membeli cup cake blueberry yang dimaksud Cheonsa tadi.
Jimin terkekeh kecil kala melihat putrinya kegirangan masuk ke dalam toko. Balita itu melompat-lompat kecil dengan satu tangannya yang berada dalam genggaman Jimin. Jimin tahu, meminta cake hanya akal-akalan Cheonsa agar dia dibawa ke sini, dan bisa memilih banyak makanan manis favoritnya. Jimin jadi menyesal bertanya, dia merasa dijebak oleh balita dua tahun itu. Harusnya dia tak usah bertanya tadi. Dan membahas kecerdikan putrinya, membuat Jimin jadi teringat putranya. Mereka memiliki kecerdikan yang sama, dan Jimin harap Cheonsa kelak juga memiliki kepintaran yang sama dengan Jiho.
"Appa..." Cheonsa menyodorkan satu bungkus marshmallow ukuran besar. Balita itu tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-gig mungilnya yang baru tumbuh beberapa, serta mata yang tertimbun pipi mungilnya.
"Whoa... Kau berhasil menipu Appa, eoh." Ucap Jimin seraya mengacak rambut Cheonsa dengan gemas.
—
Seharian tadi Jimin dan Cheonsa menghabiskan hari di luar. Mereka menghabiskan hari di berbagai tempat menarik yang ada di Paris. Tidak lupa Jimin abadikan semua momen yang ia dan Cheonsa buat hari ini untuk memanas-manasi Hayoon nanti.
"Nde?" Jimin mengangkat tubuh Cheonsa keluar dari taksi. Ponselnya ia selipkan di antara telinga dan bahu. Ia sedang berkomunikasi dengan Hayoon.
"Cheonsa eodiya?"
"Cheonsa baru saja tidur." Dengan hati-hati dibaringkannya tubuh Cheonsa ke atas tempat tidur setelah ia masuk ke dalam kamar hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [Book II] | Jeon Jungkook | Finish
RomansaMenikah di usia muda memang menjadi keputusan paling nekat yang pernah Jungkook ambil dalam hidupnya. Banyak yang ia korbankan demi bisa melindungi gadis yang dicintai. Masa depan, masa remaja, kebebasan, semua Jungkook korbankan demi bisa melindung...