Xan berlari cepat menuju ruang sterilisasi dan langsung menyalakan tombol untuk menghidupkan pemindaian serta pembersihan. Pembersihan yang dilakukan oleh sistem tersebut adalah penonaktifan perangkat apa saja yang mungkin menempel pada tubuh tanpa terkecuali, sekecil apapun itu.
Lelaki itu berkali-kali mengembuskan napasnya lewat mulut untuk menetralkan jantungnya yang terpompa cepat. Sungguh ia tidak pernah menyangka. Perangkat apakah yang sedang hinggap ditubuhnya ini? Sebab jika sampai ada pengintai yang berhasil menyusup ke dalam lantai gedung berpenjagaan ketat ini, maka permasalahn besar sedang menghadang. Apalagi ia baru saja mengantar Celosia, seorang gadis yang entah bagaimana seolah menjadi barang antik yang diperebutkan oleh para lelaki berkuasa yang tengah berseteru.
Xan menggeleng cepat lalu mengingat-ingat lagi, alur kegiatannya dari ia tiba di gerbang masuk perusahaan sampai saat ini. Sepertinya, tidak ada sesuatu pun yang mencurigakan. Dirinya tidak berpapasan dengan sesiapa juga. Ah, orang yang sudah menempatkan pengintai itu berarti orang yang tidak bisa dianggap remeh. Siapa pun manusia asing yang telah berhasil menembus perimeter keamanan lantai ini, berarti ia lebih bisa berkeliaran di lantai mana saja.
Untunglah Kaysen membuat pengamanan satu lapis lebih ketat ke dalam ruang perawatan gadis itu sehingga kejadian kecil ini bisa diketahui olehnya. Tidak bisa terbayang seandainya saja alat pengintai itu hinggap di mana saja dan mengintai apa saja.
Sesuatu seperti jarum berukuran kecil tiba-tiba saja menusuk bagian pundaknya membuat Xan merintih. Dengan cepat dirabanya bagian pundak, hingga jemarinya menemukan sebuah benda kecil seukuran semut merah yang tengah menggigitnya di sana.
Sensasi panas langsung merayap di sekitar pundak, Xan menggerakkan bahunya sejenak untuk menyamankan pundaknya.
Begitu semut bionik itu berhasil ia genggam, dengan sigap Xan keluar dari ruangan sterilisasi dan melompat ke depan layar, melihat hasil pemindaian. Dan seperti yang diduganya, ada barang asing yang menempel pada tubuhnya.
Lelaki itu mengambil sebuah kotak kecil dan menempatkan semut bionik itu di sana, menutupnya rapat. Bentuknya sudah tidak sempurna karena tangan Xan sedikit memelintirnya ketika hewan tersebut menggigitnya.
“Reiga?” Lelaki itu mengaktifkan mode pemanggil.
Reiga tampaknya tengah sibuk karena ia mengangkat panggilan, tetapi hanya menampilkan citra dirinya saja di sana, belum ada kata-kata tanggapan yang keluar dari mulutnya. Beberapa detik berlalu, barulah lelaki berkacamata itu mengalihkan perhatian padanya.
“Ada apa, Xan? Aku ada di ruanganku,” ujarnya kembali fokus pada layar monitor.
“Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan,” jawabnya sambil melihat lagi kotak plastik bening yang ada di samping layar. “Aku membutuhkan profesor Efron untuk mengizinkanku memasuki ruang penelitian,” sambungnya.
Reiga menatap lelaki di seberang layar hologramnya dengan alis terangkat. “Untuk apa kau membutuhkan ruang penelitian?” tanyanya dengan penuh selidik.
“Ada alat pengintai yang menempel pada tubuhku. Aku mengetahuinya ketika tadi aku baru saja mengantar ranjang nona Celosia dan lampu indikator menyala oranye.” Xan mengangkat kotak kecil itu hingga tampak oleh Reiga di seberang sana.
Lelaki itu memajukan kepala dan membenarkan posisi kacamatanya untuk melihat lebih jelas apa sebenarnya yang sedang ditunjukkan oleh salah satu tim pengembang andalan di perusahaan tuannya itu.
Karena tak juga mengerti dan tak dapat melihat dengan jelas, Reiga akhirnya mengangguk. “Baiklah, mungkin kau bisa datang ke tempat profesor Efron nanti setelah ia pulang bertugas. Saat ini ia tengah diminta tuan Kaysen untuk mengunjungi rumah lama Luke di tepi danau Greensward,” jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]
Romance"Kaysen, kau sedang apa?" Dari balik layar tipis itu, Kaysen tampak mengalihkan pandangan kepada Celosia yang datang membawa tanya, memasuki ruangan dan melangkah perlahan mendekatinya. Lelaki itu tersenyum hangat lalu bertopang dagu dengan kedua ta...