Calisto keluar dari ruang kemudi dan memarkir mobil terbangnya di atap gedung, lantas membiarkan sistem otomatis menempatkannya di tempat parkir yang tersedia. Lelaki itu berdiri sejenak, memandangi sekeliling. Rambutnya beriap-riap tertiup angin menutup sebagian wajah.
Ia menghela napas. Pertemuan beberapa waktu lalu dengan Kaysen masih membuatnya tak percaya. Ia pikir adiknya itu akan memutuskan kapan saat-saat terakhirnya di tempat ini. Namun nyatanya, saat ini dirinya malah kembali datang ke gedung pusat untuk menunaikan tugas, menjadi penginterviu bagi calon pegawai. Ah, lebih tepatnya menemui Lucas Neron yang sedang menyamar.
Sudah cukup lama ia tak menginjakkan kaki di Win Thousand dengan perasaan lega seperti ini. Sudah lama pula ia tak menjalani rutinitas pekerjaannya seperti biasa. Dan kini, ia akan memulai kembali aktivitasnya itu meski sebentar lagi ia akan meminta bekerja dari rumah lagi demi menemani Drea yang sebentar lagi akan melahirkan putra pertama mereka.
Tanpa terasa, ekspresinya berubah lembut seiring bayangan bayi kecil yang bergerak-gerak di dalam perut Drea ketika mereka berdua mengadakan kunjungan dokter beberapa waktu lalu.
Drea. Istrinya itu sedang apa?
Calisto tersenyum-senyum sendiri ketika membayangkan wajah cemberut istrinya yang sedang merajuk sebelum ia berangkat . Tubuhnya yang sedikit berisi, perut membesar dengan pipi tembam yang selalu menggoda jemarinya untuk menyentuh. Lelaki itu berdeham kecil seolah malu pada sekitar karena terpergok berkhayal liar tentang istrinya.
Tersadar tengah melamun dan menyita waktu, lelaki itu mengangkat tangan kirinya ke depan tubuh dan menengok penunjuk waktu pada alat komunikasinya. Tiga puluh menit lagi. Calisto menghitung cepat dalam hati lalu mulai melangkah menuju pintu lift tedekat.
Lelaki itu mengangkat sebelah alis ketika mengetahui bahwa sedang ada seseorang yang tengah menuju lantai puncak ini. Pintu yang berdenting dan menyibak perlahan kemudian menampakkan sosok Reiga yang ternyata juga memandangi lekat-lekat dan ingin segera tahu, siapa yang datang selain Kaysen melalui pucuk gedung.
Kedua mata lelaki itu kemudian bersirobok dan ada sedikit senyum kelegaan mengetahui bahwa mereka saling tahu. “Ah, Tuan Calisto. Anda datang tepat waktu. Saya baru saja akan menunggu Anda di situ.” Reiga mengedikkan dagu ke arah pelataran tempat Calisto tadi memarkir mobilnya.
“Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Lucas Neron. Yah, meski mungkin akan sedikit berbeda karena ia memakai wajah yang lain.” Calisto tersenyum kecil sembari mengangkat bahu. Lelaki itu lalu masuk ke lift, berdiri bersisian dengan Reiga.
“Di mana Kaysen? Mengapa ia tak menangani sendiri interviu ini dan memintaku menggantikannya?” tanyanya kemudian.
“Tuan Kaysen sedang bersama nona Celosia.” Reiga menikmati keterkejutan Calisto yang terpantul di dinding lift. Lelaki itu spontan menoleh ke arah Reiga dengan mimik wajah penuh rasa penasaran begitu mendengar alasan yang mungkin saja tak pernah dibayangkan dalam benaknya.
“Celosia? Apakah Kaysen bermain hati? Dia mengabaikan pekerjaan ini dan lebih memilih bersama gadis itu? Apa yang mereka berdua lakukan dengan menghabiskan waktu bersama?” Calisto tak tahan untuk menyuarakan keingintahuannya. Dirinya memang telah lama tak mengikuti perkembangan anak Lucas Neron itu, sehingga ia tak tahu pula seperti apa hubungan adiknya dengan perempuan yang seharusnya menjadi tawanan mereka untuk menebus dosa Lucas.
Reiga terkekeh hingga tawanya terdengar menggema di ruang lift. Calisto lagi-lagi mengangkat sebelah alis mendengar suara lelaki di sampingnya. “Kenapa kau tertawa?” tanyanya dengan nada tersinggung.
“Anda sepertinya tertinggal banyak, Tuan.” Lelaki itu tersenyum pada akhirnya.
Calisto menghela napas, tak berminat menanggapi ucapan salah satu staf adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]
Romance"Kaysen, kau sedang apa?" Dari balik layar tipis itu, Kaysen tampak mengalihkan pandangan kepada Celosia yang datang membawa tanya, memasuki ruangan dan melangkah perlahan mendekatinya. Lelaki itu tersenyum hangat lalu bertopang dagu dengan kedua ta...