Bab 38 - Memilih Wanita

12 4 1
                                    

Bunyi peringatan darurat terdengar nyaring kemudian di lantai tujuan tempat lift yang Calisto tumpangi akhirnya berhenti. Keributan yang sama terjadi di lantai medis gedung Win Thousand itu. Para petugas dan dokter yang sedang duduk damai karena telah purna menyelesaikan tugas, segera bergerak menghidupkan layar monitor untuk melihat di mana titik yang menjadi sumber masalah yang harus dihadapi.

Dokter yang berjaga mengerutkan kening kemudian ketika mengetahui bahwa seseorang yang membutuhkan bantuan medis berada di dalam lift. Pikiran waspada seketika terbetik dalam angan-angannya.

Apakah itu adalah pegawai Win Thousand? Atau siapa?

Sang dokter kemudian menoleh ke arah perawat yang tengah mempersiapkan alat-alat yang hendak dibawa untuk menjemput pasien. “Suster, bisakah kau menghubungi dewan keamanan terlebih dahulu?”

Perawat yang sedang antusias dengan aktivitasnya tersebut menghentikan kegiatannya dan mengangkat sebelah alis ke arah sang dokter. “Dewan keamanan? Untuk apa, dokter?”

Dokter itu menatap ke arah layar monitor kembali dengan ekspresi berpikir. “Pasien kita ini berada di dalam lift. Kita tidak tahu, apakah ini adalah bunyi peringatan asli atau palsu dari sistem, sebab di sini tidak teridentifikasi siapa orang tersebut. Jadi, kupikir kita harus berangkat bersama-sama dengan dewan keamanan gedung yang selalu membawa senjata di tangan mereka untuk melindungi kita jika nantinya ternyata ada sesuatu yang tak kita inginkan terjadi. Dan yang paling penting, kita bisa mengakses informasi lebih banyak karena tim keamanan lah yang memiliki akses untuk melihat kamera cctv,” ucapnya panjang lebar dengan penuh pertimbangan.

Perawat itu terlihat turut memusatkan perhatian pada layar sembari mendengarkan dengan saksama kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh sang dokter.

Benar juga. Bagaimana jika yang ada dalam lift itu adalah seorang penyusup yang menggunakan trik memecah belah pegawai gedung dengan kepanikan lantas menyerang kemudian?

“Ya, dokter. Anda benar. Saya akan menghubungi tim keamanan sekarang juga.” Perawat itu dengan sigap menghidupkan alat komunikasinya dan beberapa detik kemudian, muncullah salah satu wajah dewan keamanan dengan tampilan khasnya yang mengenakan seragam hitam.

Terdengar percakapan di antara mereka yang tak sempat terekam dalam benak sang dokter karena dokter itu kemudian berkutat dengan aktivitasnya sendiri, mempersiapkan ranjang elektrik serta ruangan gawat darurat terdekat yang bisa segera dijangkau dari lift berisi pasien tersebut.

“Baik. Kami akan datang dalam tiga menit.” Si perawat menutup sambungan dengan dewan keamanan, beriringan dengan gambar cctv lift tersebut yang memperlihatkan seseorang yang jatuh terduduk dengan kepala menunduk dalam.

“Mari kita berangkat, dokter,” ajaknya diiringi dengan anggukan dan langkah cepat dokter itu yang memimpin langkah menuju lift.

“Sepertinya orang yang berada dalam lift itu benar-benar membutuhkn bantuan karena sedari pertama dia memasuki lift, posisi tubuhnya menunjukkan jika benar-benar sakit sebelum kemudian ambruk sehingga kamera cctv tak dapat merekam dan mengetahui identitasnya.”

“Baik. Apakah dewan keamanan juga sedang bergerak?”

“Ya, dokter. Tiga orang dewan keamanan sedang berjalan menuju arah yang sama dengan kita saat ini. Kita bertemu di pintu lift darurat karena lift vertikal dan horisontal di tempat tersebut telah dikunci sehingga tidak ada siapa pun yang dapat keluar atau pun masuk dengan bebas.” Perawat tersebut menghela napas.

“Untunglah ini malam hari sehingga tak terjadi keributan karena para pegawai telah meninggalkan tempat. Dan liftnya ... tentu saja tak ada yang menggunakan.”

THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang